Pupuk Indonesia Klaim Kausai 4 Persen Produksi Amonia Global
Tujuan utama pengembangan clean ammonia adalah untuk mewujudkan industri pupuk dan kimia yang rendah karbon.
Pupuk Indonesia klalim saat ini menjadi pemain utama amonia di Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika Utara.
Pupuk Indonesia Klaim Kausai 4 Persen Produksi Amonia Global
Pupuk Indonesia Klaim Kausai 4 Persen Produksi Amonia Global
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero), Rahmad Pribadi mengklaim bahwa pihaknya berhasil menguasai 4 persen produksi amonia global atau sekitar 7 juta ton per tahun. Di mana, seluruhnya adalah grey ammonia atau masih menghasilkan emisi karbon.
DIa menjelaskan, saat ini pihaknya adalah pemain utama amonia di Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika Utara. Oleh karena itu atas capaian tersebut, pihaknya mengembangkan bisnis baru bernama clean ammonia.
Rahmad menyebutkan, Pupuk Indonesia telah berhasil menurunkan emisi karbon secara nyata, yaitu sebesar 1,55 juta ton atau di atas target 1,21 juta ton pada tahun 2023.
"Penurunan ini berasal dari optimalisasi dan efisiensi konsumsi energi, utilisasi renewable energy, co-firing bio massa, solusi berbasis alam, hingga revitalisasi sejumlah pabrik pupuk,” kata Rahmad dalam keterangannya, Jumat (8/12).
Dia menerangkan, pengembangan clean ammonia akan semakin besar pada tahun 2050. Pada titik ini, Pupuk Indonesia diharapkan sudah dapat meningkatkan produksi amonia dari 7 juta ton per tahun pada tahun 2023 menjadi 12,9 juta ton per tahun pada tahun 2050.
Menurut Rahmad, pengembangan ekosistem pendukung clean ammonia ini sangat penting. Karena selain mendukung kelancaran pasokan bahan baku pupuk, clean ammonia juga dibutuhkan sebagai sumber energi bersih masa depan.Namun dalam pengembangannya terdapat sejumlah tantangan, seperti kepastian regulasi, kelayakan secara ekonomi, teknologi, hingga infrastruktur pendukung.
“Oleh karena itu kami siap berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengembangkan clean ammonia di Indonesia. Mulai dari kolaborasi untuk pengembangan renewable energy yang terjangkau, teknologi, fasilitas CCS, logistik, termasuk berkolaborasi dengan para pembeli potensial,” tutup Rahmad.