Puspo Wardoyo, Mantan PNS yang Sukses Bangun Bisnis Ayam Bakar Wong Solo
Merdeka.com - Aneka olahan ayam sebagai bisnis kuliner, dapat dikatakan menjadi bisnis paling populer. Banyak merek resto dengan menu ayam sebagai menu unggulan, salah satunya Ayam Bakar Wong Solo.
Rumah makan Ayam Bakar Wong Solo didirikan oleh Puspo Wardoyo. Dia kemudian mengembangkan bisnis kuliner Ayam Bakar Wong Solo sebagai bisnis waralaba yang cukup sukses di Indonesia. Ayam Bakar Wong Solo bahkan memiliki cabang hingga ke Malaysia.
Mengutip biografiku.com, Puspo merupakan pria kelahiran 30 November 1967 di Solo, Jawa Tengah. Dia sudah menekuni bisnis ayam bakar sejak tahun 1986.
-
Siapa yang memulai usaha Bakso Tusuk Payaman? Awalnya, usaha ini dimulai oleh sang ayah yang menjual salome (cilok) sebagai alternatif setelah tidak lagi mampu berjualan mie ayam karena kecelakaan.
-
Siapa pemilik Bubur Ayam Ko Iyo? Pengelola Bubur Ayam Ko Iyo, Hary Siswandy mengatakan bahwa resep, cara membuat, hingga cara menyajikannya tidak pernah dia ubah sejak dahulu.
-
Dimana Bakso Tusuk Payaman memulai usahanya? Bermula dari usaha sederhana di Payaman Selatan, Girirejo, Imogiri, Bantul, Yogyakarta, usaha yang dirintis sejak 2007 oleh sepasang suami istri kini telah tumbuh menjadi salah satu franchise kuliner yang paling dikenal di Yogyakarta dan sekitarnya.
-
Siapa yang mendirikan Warung Bakmi Yu Nani? Salah satu rumah makan legendaris yang menjajakan Mi Toprak adalah Warung Bakmi Yu Nani.
-
Mengapa resep bakso ayam blender cocok untuk bisnis kuliner? Resep bakso ayam blender ini telah terbukti menghasilkan produk berkualitas tinggi, sehingga sangat cocok untuk dijadikan pilihan dalam bisnis kuliner.
-
Siapa pemilik warung unik di Sumedang ini? Sementara itu sang pemilik warung Mak Edah mengatakan bawah kawasan ini memang memiliki pemandangan yang indah.
Orang tuan Puspo berprofesi sebagai pedagang daging ayam dan juga memiliki warung ayam yang berada di dekat kampus UNS (Universitas Sebelas Maret) Solo. Meskipun begitu, orang tuanya mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang SMA, empat diantaranya termasuk Puspo Wardoyo tamat di perguruan tinggi.
Puspo memulai pendidikannya di SDN Kenangasam Solo, setelah itu ia kemudian melanjutkan sekolahnya di SMP Islam Batik dan masuk di SMA Negeri 4 Solo. Usai tamat SMA, dia kemudian melanjutkan pendidikannya di UNS Solo.
Sejak kecil, Puspo sudah terbiasa membantu orang tuanya untuk berjualan daging ayam. Pagi-pagi sekali selepas shalat subuh, ia mulai membersihkan ayam untuk dijual dan berhenti saat waktu sekolah sudah masuk sehingga praktis dia tidak memiliki banyak waktu untuk bermain.
Bekerja Sebagai PNS
Setelah menyelesaikan pendidikannya di UNS Solo, Puspo diterima sebagai PNS dengan jabatan sebagai guru pendidikan seni di SMA Negeri 1 Blabak Mutilan. Awalnya ia sangat senang karena jaminan hidup sebagai pegawai.
Namun belakangan, dia merasa bosan menjadi guru. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk berhenti menjadi PNS. Puspo kemudian pulang kampung ke Solo dan banting setir menjadi pedagang ayam bakar di sekitar pasar tradisional Kleco, Solo pada tahun 1986.
Keputusan Puspo tersebut disayangkan, Namun dia bertekad untuk fokus membangun usaha ayam bakar. Di awal usaha, penjualan tidak cukup berjalan baik, tidak banyak pembeli. Puspo tak menyerah.
Satu waktu, Puspo bertemu dengan perantau yang baru pulang dari Medan, perantau tersebut juga berprofesi sebagai pedagang makanan. Dia bercerita bahwa di Medan dagangannya dengan cepat bisa terjual habis apalagi peluang bisnis ayam bakar disana masih sangat besar.
Tergiur cerita perantau itu, Puspo kemudian menyerahkan usaha ayam bakarnya di Solo kepada temannya. Dia kemudian berangkat ke Medan.
Di Medan, Puspo terlebih dahulu menjadi guru sekolah dari tahun 1989 hingga 1991 di daerah Bagan Siapi-api demi mengumpulkan modal untuk usaha. Di situ pula dia bertemu dengan Rini Purwati yang kemudian menjadi istrinya. Modal sudah terkumpul, dia bersama dengan istrinya akhirnya pindah ke kota Medan.
Disana Puspo bersama sang istri mengontrak rumah dan membeli motor. Sisa tabungannya sekitar Rp700.000 rupiah dia pakai untuk membuka usaha ayam bakar di Jl. SMA 2 Padang Golf Polonia, Medan dengan nama Ayam Bakar Wong Solo.
Menurut Puspo, usaha ayam bakar merupakan wasiat dari ayahnya sebelum meninggal. Lama-kelamaan, warung ayam bakar milik Puspo mulai berkembang.
Dalam sehari, dia mampu menjual 3-4 ekor ayam. Ini dilakukannya selama satu tahun tanpa bantuan Istrinya, sebab istrinya diterima bekerja sebagai Dosen di Politeknik UNS Medan.
Istrinya yang seorang dosen dan Puspo yang hanya pedagang ayam bakar terkadang membuat pihak keluarga agak malu sehingga terkadang membujuk Puspo agar kembali menjadi guru. Namun keyakinan Puspo akan usahanya sangat kuat.
Pada tahun 1992, Puspo sudah memiliki dua orang karyawan di warung ayam bakarnya. Suatu hari, salah seorang karyawannya mengeluh kepada Puspo dan istrinya ketika rumah keluarganya akan disita oleh rentenir karena utangnya. Puspo bersama istrinya akhirnya merelakan tabungannya sebesar Rp800.000 untuk melunasi utang tersebut.
Tak lama usai melunasi utang, resto Puspo didatangi oleh seorang wartawan lokal Harian Waspada.
Wartawan tersebut merupakan teman dari suami karyawan yang ditolong oleh Puspo. Setelahnya berita mengenai profil Puspo diangkat ke surat kabar dengan judul Puspo Wardoyo, Sarjana Membuka Ayam Bakar Wong Solo di Medan.
Artikel berita tersebut ternyata berimbas pada penjualan ayam bakar miliknya. Besoknya, dagangan ayam bakarnya laku 100 potong ayam.
Pendapatannya terus meningkat dari waktu ke waktu sehingga pada waktu itu dia sanggup menghasilkan Rp350.000 dalam sehari. Selanjutnya dia mulai menyisihkan 10 persen keuntungannya di bidang sosial.
Usaha ayam bakarnya terus berkembang di Medan, dari warung kecil hingga menjadi restoran. Karyawannya juga semakin bertambah. Pada tahun 1996, Puspo Wardoyo menikah lagi dengan karyawatinya yang bernama Supiyati.
Dia menikah tanpa diketahui oleh istri pertamanya karena belum siap untuk dimadu. Walaupun pada akhirnya istrinya kemudian menerima Puspo kawin lagi.
Setelah Istri keduanya, Supiyati melahirkan anak pertama mereka, dia kemudian menikah lagi dengan karyawatinya yang bernama Annisa Nasution. Meskipun pernikahan ini ditentang oleh orang tua Annisa, namun istri pertamanya yaitu Rini Purwati membantu suaminya ketika melamar Annisa.
"Banyak istri banyak rezeki, mungkin inilah yang dipercaya oleh Puspo. Pada tahun 1999, restoran ayam bakarnya sudah memiliki tiga cabang. Tak lama kemudian dia kembali menikah dengan Intan Ratih atas pilihan istri keduanya.
Dari pernikahannya dengan empat istrinya, Puspo memiliki 15 orang anak. Hingga tahun 2006, restoran ayam bakar Wong Solo miliknya berkembang pesat menjadi 26 buah restoran yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.
Dia sempat membuat heboh dengan berani merogoh koceknya dengan membiayai 'Poligami Award' hingga Rp2 milyar. Langkah Puspo itu membuat namanya meroket melebihi popularitas Ayam Bakar Wong Solo miliknya.
Banyak pihak terutama kaum wanita yang menentang idenya. Bahkan hingga istri presiden KH Abdurrahman Wahid kala itu yakni ibu Shinta Wahid ikut memboikot Warung Ayam Bakar miliknya.
Namun itulah Puspo Wardoyo, mungkin baginya pers, gosip serta kontroversi adalah iklan yang murah berkaca pada pengalamannya sebelumnya. Meskipun banyak yang mengira Ayam bakar Wong Solo milik Puspo wardoyo bangkrut namun hingga saat ini restorannya masih terus beroperasi.
Hingga kini Ayam Bakar Wong Solo sudah memiliki puluhan cabang yang tersebar di seluruh Indonesia bahkan di Malaysia yang kini berjumlah 7 outlet.
Ayam Bakar Wong Solo pun sudah berubah menjadi waralaba dengan ribuan karyawan di bawah kendali Wong Solo Group. Puspo Wardoyo pun dikenal sebagai pelopor waralaba ayam bakar di Indonesia dan pemilik waralaba tertua di Indonesia yaitu Ayam Bakar Wong Solo.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang pensiunan Perwira Tinggi TNI AU memilih menjadi penjual bakmi pasca purna tugas sebagai prajurit TNI.
Baca SelengkapnyaJika kualitas produk yang dijual disenangi masyarakat global, ekspansi membangun bisnis di luar negeri bukan hanya cita-cita.
Baca SelengkapnyaTak kunjung lolos setiap kali seleksi CPNS, Ermawanto akhirnya memilih bekerja sebagai pegawai swasta dan kemudian membuka usaha.
Baca SelengkapnyaKeberadaan para pengrajin bawang di Kampung Jaha tak lepas dari peran Soeparno yang dianggap sebagai 'guru'.
Baca SelengkapnyaKuliner ayam yang disajikan punya cita rasa gurih dan legit yang khas karena berasal dari daging ayam kampung segar yang langsung diolah.
Baca SelengkapnyaAyah Ojak membuka cabang baru tempat makan khas Betawi di Bekasi.
Baca SelengkapnyaUsai purna tugasnya di tubuh militer tanah air, Mbah Wo memilih tak berdiam diri.
Baca SelengkapnyaTepat di 3 tahun 2 bulan, Puguh memutuskan tidak melanjutkan kontrak kerja.
Baca SelengkapnyaPaman Amru bersedia menjadi mentor baginya tanpa bayaran, alias gratis. Bahkan, sang paman bersedia membantu Amru sampai satu bulan pertama.
Baca SelengkapnyaYongki, membuktikan, selagi ada kemauan dan ulet, akan terbuka jalan untuk mendirikan sebuah bisnis.
Baca SelengkapnyaKisah Yoyon mantan pekerja media menjadi penerus bakso legend Pak Joni di Blok S.
Baca SelengkapnyaUnang Bagito berbagi cerita mengenai kisahnya dulu yang merupakan seorang pengusaha sukses.
Baca Selengkapnya