Ternyata Program Ini yang Dianggap Jadi Biang Kerok Harga Minyak Goreng Makin Mahal
Indonesia sedang mengembangkan bahan bakar jet berbasis kelapa sawit.

Harga minyak goreng mengalami kenaikan dalam beberapa tahun terakhir, salah satunya dipicu oleh stagnasi produksi dan meningkatnya permintaan untuk biodiesel di negara produsen utama, seperti Indonesia. Kenaikan harga ini menyebabkan minyak kelapa sawit yang murah menjadi lebih mahal.
Dorab Mistry, Direktur Godrej Internasional, mengatakan bahwa setelah puluhan tahun minyak kelapa sawit dijual dengan harga murah, kini produksinya melambat akibat perebutan pangsa pasar. Indonesia juga semakin banyak menggunakan minyak kelapa sawit untuk membuat biodiesel.
"Minyak kelapa sawit tidak akan semurah itu lagi selama Indonesia tetap memprioritaskan biodiesel," kata Mistry dalam wawancara dengan Reuters, Senin (10/3).
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono, menjelaskan bahwa program biodiesel Indonesia diperkirakan akan mengurangi ekspor minyak kelapa sawit negara tersebut. Pada 2030, ekspor Indonesia diproyeksikan hanya akan mencapai 20 juta metrik ton, turun sepertiga dari estimasi ekspor sebesar 29,5 juta metrik ton pada 2024.
Selain itu, produksi minyak sawit di Malaysia juga mengalami penurunan akibat bencana banjir, yang mengakibatkan harga minyak sawit lebih mahal dibandingkan minyak kedelai. Hal ini mendorong pembeli untuk mengurangi pembelian.
Di India, negara pembeli minyak nabati terbesar, minyak sawit mentah (CPO) kini diperdagangkan dengan harga lebih tinggi dibandingkan minyak kedelai mentah selama enam bulan terakhir, dengan selisih harga kadang mencapai USD 100 per ton. Sebelumnya, hingga akhir 2022, minyak sawit diperdagangkan dengan diskon lebih dari USD 400 per ton.
Pemerintah Indonesia terus mendorong program Biodiesel 40 (B40), yang meningkatkan campuran wajib minyak kelapa sawit dalam biodiesel menjadi 40 persen pada tahun ini. Presiden Prabowo Subianto juga mengungkapkan rencana untuk meningkatkan campuran biodiesel berbasis minyak kelapa sawit menjadi 50 persen pada tahun depan, dengan harapan dapat memangkas biaya impor bahan bakar hingga USD20 miliar atau sekitar Rp309,7 triliun per tahun.
Mandat biodiesel sawit Indonesia juga mencakup sektor transportasi darat, kereta api, mesin industri, dan pembangkit listrik tenaga diesel. Indonesia sedang mengembangkan bahan bakar jet berbasis kelapa sawit dan telah melakukan uji terbang, meskipun rencana pencampuran biofuel sebesar 3 persen untuk bahan bakar jet pada 2020 sempat tertunda.