Terungkap, Ini Alasan Houthi Tidak Menyerang Kapal Kargo Asal China dan Rusia di Laut Merah
Beberapa perusahaan pelayaran menghindari jalur pelayaran tempat Houthi melancarkan serangan.
Beberapa perusahaan pelayaran menghindari jalur pelayaran tempat Houthi melancarkan serangan.
Terungkap, Ini Alasan Houthi Tidak Menyerang Kapal Kargo Asal China dan Rusia di Laut Merah
Ini Alasan Houthi Tidak Menyerang Kapal Kargo Asal China dan Rusia di Laut Merah
Sejumlah kapal kargo pengangkut peti kemas memilih untuk menghindari rute berlayar di Laut Merah. Menyusul, kian memanasnya konflik antara milisi Houthi yang menyasar kapal kargo asal Amerika Serikat (AS) dan negara sekutunya.
Namun, terdapat dua kapal kargo yang masih lalu lalang dengan bebasnya di jalur Laut Merah. Mereka ialah kapal kargo milik China dan Rusia.
Lantas apa yang membuat milisi Houthi yang enggan menyerang kapal milik China dan Rusia yang berlayar di Laut Merah?
Melansir lama VOA, seorang pejabat senior kelompok teroris Houthi yang didukung Iran mengatakan, kapal-kapal China dan Rusia akan memiliki jalur yang aman melalui Laut Merah.
Ini karena dua negara tersebut tidak memiliki hubungan buruk dengan Palestina yang tengah berperang melawan Israel.
"Mohammed al-Bukhaiti, seorang anggota kepemimpinan politik Houthi, mengatakan bahwa jalur pelayaran di sekitar Yaman aman untuk kapal-kapal dari China dan Rusia selama kapal-kapal tersebut tidak terhubung dengan Israel,"
bunyi laporan Agence France-Presse dikutip Rabu (24/1).
merdeka.com
Kelompok Houthi mengatakan, aksi serangan mereka terhadap kapal-kapal kargo asal AS dan sekutunya sebagai solidaritas terhadap Palestina di tengah perang Israel melawan militan Hamas di Gaza.
Tercatat, kelompok Houthi telah melakukan lebih dari 30 serangan di Laut Merah yang menyasar kapal-kapal kargo penting dari AS dan sekutunya.
Meski demikian, Houthi telah melancarkan serangan terhadap kapal-kapal yang tidak memiliki hubungan jelas dengan Israel.
Sehingga, beberapa perusahaan pelayaran menghindari jalur pelayaran tempat Houthi melancarkan serangan.
Alhasil, sejumlah perusahaan pelayaran besar telah menanggapi hal ini dengan mengubah rute kapal ke rute yang lebih panjang dan lebih mahal di sekitar Afrika.
Padahal, rute Laut Merah merupakan jalur pelayaran penting antara Eropa dan Asia, yang membawa sekitar 15 persen lalu lintas maritim dunia.
Sebelumnya, sejumlah produsen mobil dunia mulai menderita kerugian akibat konflik di laut merah. Semisal perusahaan mobil listrik Tesla inc hingga Volvo.
Manajemen Tesla mengatakan mereka akan menangguhkan sebagian besar produksi mobil dari pabriknya di dekat Berlin mulai 29 Januari hingga 11 Februari 2024.
Alasannya kekurangan komponen setelah banyak rute kapal dialihkan ke ujung selatan Afrika,akibat konflik di Laut Merah.
"Konflik bersenjata di Laut Merah dan pergeseran rute transportasi antara Eropa dan Asia melalui Tanjung Harapan berdampak pada produksi di Gruenheide,"
kata pernyataan Tesla kepada Reuters, dikutip Rabu (24/1).
Akibat peralihan rute untuk menghindari Laut Merah, lanjut Tesla, waktu tempuh transportasi pengiriman komponen mobil menjadi jauh lebih lama. Selain itu, peralihan rute pelayaran kapal tersebut membuat biaya logistik peti kemas menjadi lebih mahal.
Nasib serupa juga dialami Volvo. Perusahaan mengumumkan akan menangguhkan beberapa produksi di Eropa karena kekurangan komponen, akibat serangan terhadap pengiriman di Laut Merah memukul produsen di wilayah tersebut.
Bahkan, Volvo Car yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Geely China berencana akan menghentikan produksi di pabriknya di Ghent di Belgia selama tiga hari pada minggu depan.
Penutupan dilakukan karena keterlambatan pengiriman gearbox akibat kian memanasnya konflik di Laut Merah.