CEK FAKTA: Disinformasi Vaksin Sinovac China Membuat Relawan Positif Covid-19
Merdeka.com - Beredar di media sosial yang mengklaim vaksin Sinovac, China membuat relawan menjadi positif virus Covid-19.
Unggahan tersebut berupa tangkapan layar artikel media online berjudul "Waduh! Relawan yang Sudah Disuntik Vaksin China Kini Malah Positif Corona".
Dalam unggahan tersebut bernarasi, "Vaksinnya sudah berhasil membuat jadi positif, lanjutkenn."
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
-
Mengapa beberapa orang kebal terhadap Covid-19? Meskipun vaksin dan booster secara radikal mengurangi risiko kematian dan komplikasi berat dari COVID-19, mereka tidak banyak membantu menghentikan virus dari memasuki lapisan hidung dan sistem pernapasan.
-
Bagaimana vaksin kanker ini bekerja? Putin menyatakan keyakinannya bahwa vaksin tersebut, bersama dengan obat imunomodulator generasi baru, akan segera menjadi bagian integral dari terapi individual yang efektif.
-
Virus itu apa? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
-
Apa yang menyebabkan beberapa orang tidak terinfeksi Covid-19? Berdasarkan analisis aktivitas genetik dalam jaringan hidung dan darah orang yang tidak berhasil terinfeksi SARS-CoV-2, tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
Penelusuran
Cek Fakta merdeka.com menelusuri kabar vaksin Sinovac, China membuat relawan menjadi positif virus Covid-19. Dilansir dari CNN Indonesia berjudul "Relawan Uji Vaksin Positif Covid-19 Usai Pulang dari Semarang" pada 10 September 2020.
Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Fakultas Kedokteran Unpad Kusnandi Rusmil mengatakan salah satu relawan tersebut diketahui terpapar Covid-19 sebelum dilakukan penyuntikan tahap kedua.
"Jadi dia sudah disuntik pertama kali. Kemudian pergi (ke Semarang), pas pulang dicek lagi swabnya positif," ujarnya saat ditemui di Rumah Sakit Pendidikan (RSP) Unpad, Rabu (9/9).
Berdasarkan prosedur yang diberikan kepada para relawan, mereka tak boleh keluar kota dan menjaga kondisi tubuh dan imunitas. Jika relawan akan bepergian keluar kota terutama zona merah, maka mereka harus melaporkan kepada tim pengawas.
Menanggapi hal ini, Kusnandi menyebut pihaknya berencana melakukan penyuntikan ulang vaksin terhadap relawan tersebut.
"Tetap kita lakukan penyuntikan ulang dengan pemantauan," ucapnya.
Menurut Kusnandi, terpaparnya seorang relawan bukan berasal dari vaksin. Sebab, vaksin Sinovac yang sedang diteliti saat ini adalah vaksin yang sudah dimatikan.
"Yang disuntik kan vaksin yang mati. Kalau PCR (reaktif) karena virus yang hidup. Dia (relawan) ada kontak ke Semarang," ungkapnya.
Kusnandi menjelaskan, dalam penelitian vaksin ini jika ada relawan yang ketahuan positif Covid-19 saat pemeriksaan pertama atau kunjungan pertama, dipastikan tidak memenuhi syarat dan tidak akan mendapatkan vaksinasi.
"Kalau yang sudah disuntik (kemudian positif Covid-19) nanti ada ulangannya. Kalau sudah bagus (negatif) kita suntik lagi," ujarnya.
Sementara itu, dilansir dari Detik.com berjudul "Relawan Vaksin Sinovac Positif COVID-19, Begini Kronologinya" dimuat pada 12 September 2020. Tim Riset Uji Klinis Vaksin COVID-19 menjelaskan kronologinya lewat siaran pers yang diterima detikcom, Sabtu (12/9/2020).
Relawan itu tidak disebutkan identitasnya karena kerahasiaan identitas dijaga. Tak ada pula keterangan kapan relawan tersebut menerima vaksin. Yang jelas, seorang relawan mendapat vaksin dua kali dalam waktu kunjungan yang berbeda.
Berikut adalah kronologi yang disampaikan oleh Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin COVID-19 dari Unpad Prof Kusnandi Rusmil, tertanggal 10 September 2020.
1. Kronologi pada relawan tersebut, setelah mendapatkan 'suntikan' (tidak diketahui vaksin atau plasebo) pertama pada kegiatan penelitian vaksin COVID-19, bepergian ke luar kota.
2. Pada kunjungan 'suntikan' selanjutnya (kedua), relawan secara klinis dinyatakan sehat dan diberi 'suntikan' kedua.
3. Keesokan harinya, relawan menjalani program pemeriksaan swab nasofaring dari dinkes karena ada riwayat ke luar kota. Oleh petugas, dilakukan pengambilan bahan dari apus hidung dan kemudian dikirimkan ke laboratorium BSL2 (Dinas Kesehatan) dengan hasil positif.
4. Hasil yang positif tersebut harus disampaikan kepada yang bersangkutan.
"Hasil pemeriksaan apus hidung positif bukan berasal dari tim penelitian, tapi hasil dari program pemeriksaan swab nasofaring oleh pemerintah dan perlu dilanjutkan dengan pengawasan ketat. Selama sembilan hari pengawasan, kondisi yang bersangkutan dalam keadaan baik," kata Kusnandi.
Pada dasarnya, semua relawan diimbau menerapkan protokol pencegahan COVID-19. Untuk relawan yang positif COVID-19 tersebut, tim tetap memantau. "Uji klinis ini masih panjang jalannya, agar kita bersama-sama dapat menjaga privasi sukarelawan," kata Kusnandi.
Kesimpulan
Vaksin Sinovac, China membuat relawan menjadi positif virus Covid-19 adalah keliru. Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Fakultas Kedokteran Unpad Prof Kusnandi Rusmil memastikan satu relawan yang positif Covid-19 bukan akibat vaksin yang sudah disuntikan. Menurut keterangan relawan tersebut sempat melakukan kontak perjalanan ke luar kota.
Jangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan, pastikan itu berasal dari sumber terpercaya, sehingga bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beredar penyebaran virus mpox merupakan efek samping vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaJamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca SelengkapnyaCovid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaBenarkah Nyamuk Wolbachia Bisa Sebarkan Radang Otak? Ini Faktanya!
Baca SelengkapnyaPemerintah berupaya mencegah penyebaran Mpox dengan melakukan vaksinasi yang sudah disetujui WHO dan BPOM.
Baca SelengkapnyaEpidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, ada kemungkinan kasus TTS dipicu vaksin AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaPasien mengembuskan napas terakhir di RS Embung Fatimah pada 18 Desember 2023.
Baca Selengkapnya