CEK FAKTA: Disinformasi WHO Larang Vaksin Covid-19 untuk Anak-Anak
Merdeka.com - Informasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melarang vaksin untuk anak-anak beredar di media sosial. Informasi menyebutkan bahwa anak-anak tidak seharusnya divaksin.
KominfoPenelusuran
Dari hasil penelusuran merdeka.com, informasi WHO melarang vaksin untuk anak-anak adalah disinformasi. Dalam artikel usatoday.com berjudul "Fact check: Claims about WHO guidance for vaccinating children are missing context" pada 25 Juni 2021, dijelaskan bahwa vaksin untuk anak-anak belum terlalu mendesak.
-
Kenapa negara termiskin kesulitan beli vaksin? Ini terlepas fakta bahwa negara termiskin juga berjuang untuk membeli dan meluncurkan vaksin COVID-19 untuk melawan pandemi.
-
Bagaimana cara orang tua melanjutkan imunisasi anak yang terlambat? Orang tua tetap bisa melanjutkan imunisasi anak dengan langkah-langkah yang tepat sesuai panduan dokter. Dengan demikian, menjaga kesehatan anak tetap menjadi prioritas utama, dan imunisasi adalah salah satu cara efektif untuk mencapainya.
-
Kenapa vaksin dalam negeri penting? Hal ini disampaikannya saat meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia di Kabupaten Bogor, pada Rabu (11/9). Menkes Budi menekankan bahwa pengalaman sukses dalam mengembangkan Vaksin Merah Putih menunjukkan betapa krusialnya memiliki berbagai jenis vaksin untuk memastikan keamanan kesehatan masyarakat.
-
Apa tujuan produksi vaksin dalam negeri? Kemandirian dalam produksi vaksin merupakan salah satu kebijakan utama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam meningkatkan ketahanan kesehatan nasional.
-
Siapa saja yang berisiko karena anak tidak divaksinasi? Anak yang tidak divaksinasi juga membawa risiko bagi anggota keluarga lainnya.
-
Siapa yang butuh vaksin cacar api? Vaksin ini terbukti mengurangi risiko terkena cacar api dan mengurangi tingkat keparahan gejala jika infeksi tetap terjadi.
Ada sebuah inti dari situs WHO pada 22 Juni yang mengatakan, "anak-anak belum boleh divaksinasi untuk saat ini."
Pedoman sebelumnya mengatakan belum ada cukup bukti untuk membuat rekomendasi umum dalam penggunaan vaksin Covid-19 pada anak-anak.
"Anak-anak dan remaja cenderung memiliki penyakit yang lebih ringan dibandingkan dengan orang dewasa, kecuali mereka adalah bagian dari kelompok yang berisiko lebih tinggi terkena COVID-19 parah, vaksinasi untuk anak-anak tidak terlalu mendesak daripada orang dewasa, mereka yang memiliki kondisi kesehatan kronis, termasuk petugas kesehatan," kata juru bicaea WHO Tarik Jasarevic.
WHO sebelumnya sudah menjelaskan bahwa pasokan vaksin masih langka di negara-negara tertentu, itulah sebabnya WHO membuat rekomendasi ini.
"Kecuali sangat sedikit anak-anak yang berisiko tinggi, itu tidak dianggap sebagai prioritas saat ini karena kami memiliki dosis vaksin yang terbatas," kata kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan.
Situs WHO masih memerlukan lebih banyak bukti tentang penggunaan vaksin Covid-19 pada anak-anak sebelum membuat rekomendasi umum.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) terus merekomendasikan vaksin Covid-19 untuk siapa saja yang berusia 12 tahun ke atas. Pada 10 Mei, vaksin Pfizer menerima izin penggunaan darurat di AS untuk anak-anak berusia 12 tahun ke atas.
Jasarevic mengatakan uji coba vaksin untuk anak-anak masih berlangsung. Nanti WHO akan memperbarui rekomendasinya jika semua bukti atau situasi epidemiologis memerlukan perubahan kebijakan.
Kesimpulan
Informasi WHO melarang vaksin Covid-19 untuk anak-anak adalah disinformasi. WHO masih belum memberikan izin vaksin, karena vaksin Covid-19 masih terbatas, dan penggunaan vaksin untuk orang dewasa masih menjadi prioritas.
Jangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan, pastikan itu berasal dari sumber terpercaya, sehingga bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Maxi berujar, kelompok pertama yang bisa mendapatkan vaksin gratis adalah yang belum pernah menerima vaksin Covid-19 sama sekali.
Baca SelengkapnyaViral di media sosial vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks bisa memicu kemandulan.
Baca SelengkapnyaDokter anak menegaskan bahwa imunisasi polio tetap aman diberikan pada anak berkebutuhan khusus kecuali pada penderita masalah kesehatan tertentu.
Baca SelengkapnyaMenteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin menyebut, pihaknya telah mendatangkan 1.000 dosis vaksin Mpox.
Baca SelengkapnyaData ini berdasarkan informasi yang dikumpulkan sejak 2018 sampai 2023.
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaMelewatkan atau tidak memberi imunisasi pada anak bisa berdampak buruk pada kesehatannya.
Baca SelengkapnyaMulai 1 Januari 2024, vaksinasi Covid-19 bagi masyarakat umum berbayar.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Budi menyatakan vaksin cacar monyet masih menyasar kelompok tertentu, seperti penderita HIV.
Baca SelengkapnyaCakupan imunisasi PCV pada bayi tahun 2023, yakni sebanyak 139.887 atau 84,48 persen.
Baca Selengkapnya