CEK FAKTA: Hoaks, CDC Akui Ketidakmampuan Tes PCR Membedakan Covid-19 dan Influenza
Merdeka.com - Beredar unggahan di media sosial Facebook mengenai Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) telah mengakui ketidakmampuan tes PCR untuk membedakan antara virus Covid-19 dan influenza.
Berikut narasinya:
"CDC akhirnya mengakui tes PCR tidak dapat membedakan antara Covid dan influenzaMullins merancang tes PCR untuk keperluan manufaktur. Tes ini tidak pernah dimaksudkan untuk penggunaan diagnostik."
-
Siapa yang memberikan tanggapan mengenai PCR? Setelah mendengar pernyataan itu, epidemiolog Dicky Budiman memberikan tanggapan, khususnya mengenai penggunaan tes PCR. Dicky menjelaskan bahwa PCR merupakan metode yang digunakan untuk menggandakan materi genetik, baik DNA maupun RNA, dari sampel agar dapat dianalisis dengan lebih efektif.
-
Apa saja jenis tes DNA yang ada? Tahukah kalian, ada beragam jenis tes DNA yang bisa dilakukan. Bahkan masing-masing jenis tes DNA ini mempunyai manfaat yang berbeda. Tes DNA pun juga bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Meski begitu, semua cara ini dirancang untuk mengidentifikasi perbedaan dan persamaan antara gen yang diuji
-
Apa itu influenza? Influenza, atau flu, adalah infeksi virus yang sangat menular dan biasanya terjadi pada musim dingin.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Kenapa flu bisa mematikan? Meskipun bagi banyak orang, influenza adalah penyakit ringan yang dapat sembuh dengan sendirinya, influenza dapat mematikan, terutama bagi populasi yang rentan seperti orang tua, anak kecil, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Pada kasus yang parah, flu dapat menyebabkan pneumonia atau komplikasi lain yang dapat berakibat fatal.
-
Bagaimana Dharma menjelaskan ketidakefektifan PCR? 'Bahkan, banyak di antara kita yang tidak menyadari bahwa PCR yang selama ini digunakan tidak ditujukan untuk mendeteksi virus. Itu hanya untuk memeriksa asidosis. Lalu, mengapa harus dilakukan pemeriksaan dengan cara menyodok, kenapa tidak sekadar mengambil sampel dari air liur jika memang ingin menguji virus,' jelasnya.
Penelusuran
Hasil penelusuran, melansir dari Reuters, Klaim tersebut berawal dari laporan laboraturium yang diunggah oleh CDC Division of Laboratory System pada 21 Juli 2021 bahwa pasca 31 Desember 2021, CDC akan menghapus tes PCR dan menggantikannya dengan CDC Influenza SARS-Cov-2 (Flu SC2) Multiplex Assay.
Namun, ini bukan karena tes PCR gagal atau membingungkan antara SARS-CoV-2 atau Covid-19 dengan influenza, tetapi untuk beralih ke penggunaan tes yang dapat memfasilitasi diagnosis kedua virus tersebut.
Juru bicara CDC Jasmine Reed mengatakan kepada Reuters, permintaan untuk pengujian PCR telah menurun dengan munculnya pengujian throughput dan multiplexed lainnya yang lebih tinggi.
“CDC mendorong laboratorium kesehatan masyarakat untuk mengadopsi CDC Influenza SARS-CoV-2 (Flu SC2) Multiplex Assay untuk memungkinkan pengawasan lanjutan untuk influenza dan SARS-CoV-2, yang akan menghemat waktu dan sumber daya,” kata Reed.
Metode ini disebut lebih efisien dalam penggunaan reagen RT-PCR Real-Time, memungkinkan throughput yang lebih tinggi, serta secara bersamaan memberikan hasil yang akurat tentang keberadaan SARS-CoV-2, influenza A, dan asam nukleat influenza B dalam spesimen pasien.
Kesimpulan
Informasi CDC telah mengakui ketidakmampuan tes PCR untuk membedakan antara virus Covid-19 dan influenza adalah tidak benar. CDC akan menghapus tes PCR dan menggantikannya dengan CDC Influenza SARS-Cov-2 (Flu SC2) Multiplex Assay. Bukan berarti PCR tidak mampu membedakan virus SARS-CoV-2 dan influenza.
Namun, Multiplex Assay dinilai memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mendeteksi virus baik virus Covid-19 dan influenza secara bersamaan.
Jangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan. Pastikan itu berasal dari sumber terpercaya, sehingga bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Referensi
https://www.reuters.com/article/factcheck-covid19-pcr-test-idUSL1N2P42U5https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/lab/multiplex.html (mdk/lia)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beredar penyebaran virus mpox merupakan efek samping vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaMetode PCR sebelumnya juga digunakan untuk mendeteksi virus corona.
Baca SelengkapnyaVarian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaVarian tersebut memicu ada peningkatan kasus Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaAhli epidemiologi molekuler membuat heboh dengan pernyataan muncul gelombang pandemi 2.0.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaCovid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaPemerintah berupaya mencegah penyebaran Mpox dengan melakukan vaksinasi yang sudah disetujui WHO dan BPOM.
Baca SelengkapnyaBawaslu buka suara terkait dugaan penggelembungan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Baca SelengkapnyaAdapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaBeredar Surat Edaran (SE) Kementerian Kesehatan mewajibkan masyarakat pakai masker, benarkah?
Baca Selengkapnya