CEK FAKTA: Hoaks Imbauan Jangan ke Rumah Sakit Jika Alami Gejala Covid-19
Merdeka.com - Beredar informasi di media sosial Facebook terkait larangan masyarakat ke rumah sakit sekalipun mengalami gejala virus corona Covid-19.
Informasi tersebut berisi agar masyarakat yang mengalami gejala Covid-19 untuk memanfaatkan obatan tradisional dan tidak pergi ke rumah sakit. Berikut narasinya:
HINDARI RUMAH SAKIT SEBISA MUNGKIN
-
Kenapa penting segera ke dokter? “Hal yang paling perlu diwaspadai dalam kasus gigitan ini adalah infeksi,“ Dalam waktu maksimal delapan jam usai digigit anjing, penting untuk segera mengatasi masalah dan mengonsultasikannya dengan dokter. Risiko infeksi bisa meningkat jika menundanya.
-
Kapan orang perlu dibawa ke rumah sakit? Bila orang tersebut mengalami denyut jantung cepat, suhu badan meningkat, dan sesak napas, segeralah bawa ke rumah sakit terdekat dengan fasilitas medis lengkap, termasuk dokter spesialis penyakit dalam, dokter jiwa, dan dokter anestesi.
-
Kapan harus segera ke dokter? Apabila duri ikan tidak dapat diambil dengan metode yang tersedia di rumah, atau jika Anda mengalami gejala seperti kesulitan bernapas atau adanya darah dalam air liur, segeralah konsultasikan kondisi Anda kepada dokter.
-
Kapan harus ke Dokter? Jika Anda khawatir anak Anda mengidapnya, segera hubungi dokter.
-
Kapan harus ke dokter? Jika Anda mengalami gejala yang tidak biasa atau mengkhawatirkan, sebaiknya berkonsultasi dengan profesional medis untuk diagnosis dan perawatan yang tepat.
- Jika kalian sedang batuk, pilek, demam, anggap aja itu kalian kena Covid-19. Obatnya gampang di dapur banyak banget- Jika batuk-batuk, ambil jeruk nipis potong jadi dua peras & masukkan ke air mendidih, minum saat hangat² tambahkan Madu/gula jawa.- Jika panas & batuk beli obat Aspirin 100mg, dan paracetamol, dan minum vitamin atau perbanyak makan sayur & buah²an. Jangan makan buah yg banyak getahnya, paling bagus jeruk dan Buah mengkudu.-Jika sesak nafas lakukan Nebul (caranya masak air saat air mendidih, uapkan hidung dan mulut diatas air mendidih tersebut) Lakukan 2 kali sehari.
JANGAN PERNAH MAU DIRUJUK KE RS KECUALI SAKIT PARAH
Istirahat di rumah aja sampai bener² sehat, bukan agak sehat tapi bener² sehat.INGAT! COVID tidak sehebat seperti video² viral yg bredar. Buang rasa takut pada Covid jauh², karena obatnya didapur sudah tersedia.
Semoga bermanfaat, Semoga masyarakat +62 tambah pinter gak digoblok²in sama Medsos. Terutama video dari Luar Negeri yg menakut²i masyarakat sedunia. Tapi ingat jangan sampe meremehkan Covid-19, tetap mengikuti protokol kesehatan.
Inshaallah tidak lama lagi semua akan terungkap, ada tujuan apa di balik Covid ini.
INGAT! Covid itu hanya penyakit batuk, pilek biasa,,,! Berpikir positif hilangkan rasa was² dan takut, itu akan menambah imun kita naik. SELAMAT TINGGAL TINGGAL COVID-19...
©2020 Merdeka.com/ KominfoPenelusuran
Cek Fakta merdeka.com menelurusi klaim agar masyarakat tidak pergi ke rumah sakit, walau mengalami gejala Covid-19.
Dikutip dari Kompas.com berjudul "Informasi Viral Jangan ke Rumah Sakit meski Alami Gejala Covid-19, Ini Imbauan Dokter" dokter spesialis penyakit dalam yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof DR dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, Minggu (31/5/2020).
Ia mengatakan, sebagian besar informasi yang disebutkan dalam pesan tersebut tidak benar atau hoaks. Ari menekankan, jika mengalami gejala Covid-19, sebaiknya segera menuju ke rumah sakit sebelum terlambat mendapatkan penanganan.
"Info ini (yang viral di Facebook) hoaks. Pasien Covid-19 yang meninggal karena terlambat datang ke RS. Lebih cepat datang ke RS, lebih cepat mendapat pengobatan kalau memang masuk orang dalam pantauan (ODP) atau pasien dalam pengawasan (PDP). Kalau sudah sesak datang ke RS sudah terlambat," ujar Ari saat dihubungi Kompas.com, Minggu.
Menurut dia, informasi dalam unggahan akun di atas menyesatkan dan dapat membahayakan. Apalagi, jika seseorang berstatus ODP dan PDP, kemudian mengalami gejala Covid-19, ada tindakan medis yang harus dilakukan petugas medis. Pasien ODP atau PDP ini akan diperiksa apakah terdapat keluhan demam, batuk, dan pilek karena Covid-19 atau tidak.
"Pasien juga perlu pemeriksaan darah, di beberapa RS bisa dikerjakan rapid test, apalagi kalau ada riwayat kontak, jika ternyata masuk ODP dan PDP dirawat dan akan mendapat obat standar yang bisa menekan jumlah virus, sehingga inflamasi yang terjadi tidak berat," ujar Ari.
Sementara itu, ahli penyakit tropik dan infeksi, dr Erni Juwita Nelwan, SpPD-KPTI, mengatakan, ia tak menyarankan anjuran seperti dalam pesan di atas, yaitu untuk melakukan pengobatan di rumah dan tidak memeriksakan diri ke rumah sakit.
Menurut dia, seseorang dengan kondisi tertentu membutuhkan sejumlah pemeriksaan, termasuk tes darah dan hal tersebut hanya dapat dilakukan di RS.
"Sebenarnya kalau memang sakitnya ringan dan bisa dengan obat yang dijual bebas memang tidak apa-apa. Akan tetapi, ada beberapa penyakit gejalanya demam, ternyata demam berdarah," ujar Erni saat dihubungi secara terpisah oleh Kompas.com, Minggu siang.
Erni menjelaskan, masyarakat harus berhati-hati dengan gejala tersebut untuk memastikan penyakit yang dideritanya. Oleh karena itu, butuh penanganan dari petugas RS.
"Jadi, harus lihat gejalanya itu sendiri. Jangan sampai bahaya karena terlambat. Misal kondisinya sudah lemah sekali, atau sampai tidak bisa makan, karena muntah-muntah tentu kondisi seperti ini harus ke dokter," lanjut dia.
Menilik gejala ringan yang disebutkan dalam unggahan akun Facebook di atas, yakni batuk, pilek, dan demam, Erni menjelaskan, yang penting dipahami adalah fase inkubasi.
"Kalau gejala agak sulit, patokannya keadaan umum saja, dan sakitnya tidak yang pas hari itu keluar langsung jatuh sakit. Ada fase inkubasinya. Yang penting jaga daya tahan tubuh dan menerapkan protokol kesehatan," ujar Erni.
Dokter spesialis paru dan konsultan onkologi di Rumah Sakit Umum Pringadi, Kota Medan, dr Mohammad Ramadhani Soeroso, SpP(K) mengatakan, mengobati batuk dan pilek dengan jeruk nipis dan mengonsumsi aspirin memang tidak ada efek samping.
Namun, yang perlu diperhatikan adalah tindakan nebul saat seseorang mengalami gejala sesak napas. Ramadhani menjelaskan, nebul dapat berbahaya jika uap panas yang dihirup terlalu lama dan berakibat iritasi pada kulit wajah. "Hati-hati kalau nebul pakai air mendidih, karena uap panas ini dapat berakibat iritasi pada kulit wajah, wajah bisa terluka," ujar Ramadhani kepada Kompas.com, Minggu (31/5/2020).
Ia menambahkan, gejala batuk dan pilek merupakan salah satu gejala infeksi virus corona yang juga berdampak pada saluran pernapasan dan bisa mengakibatkan gagal napas. Ramadhani mengatakan, jika berstatus PDP ringan atau orang tanpa gejala (OTG) dengan rapid test reaktif atau swab positif, maka dapat melakukan isolasi mandiri dengan arahan dari tenaga medis yang tepat.
Sementara itu, orang dengan status PDP sedang dan PDP berat dapat dirujuk ke rumah sakit. Jangan remehkan Covid-19 dan kenali gejalanya Dokter Erni mengimbau masyarakat untuk tidak meremehkan Covid-19. Hal terpenting yang dijalankan adalah selalu menerapkan prokotol kesehatan yang sudah dianjurkan, memperhatikan kesehatan setiap anggota keluarga di rumah, dan jika membutuhkan perawatan medis harus segera dilakukan.
Kesimpulan
Informasi terkait imbauan jangan ke rumah sakit jika mengalami gejala Covid-19 tidak benar. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof DR dr Ari Fahrial Syam menekankan, jika mengalami gejala Covid-19, sebaiknya segera menuju ke rumah sakit sebelum terlambat mendapatkan penanganan.
Jangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan, pastikan itu berasal dari sumber terpercaya, sehingga bisa di pertanggungjawabkan kebenarannya. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beredar Surat Edaran (SE) Kementerian Kesehatan mewajibkan masyarakat pakai masker, benarkah?
Baca Selengkapnyamengonfirmasi tren kasus mingguan Covid-19 di Indonesia kembali mengalami peningkatan.
Baca SelengkapnyaMeskipun Covid-19 yang muncul saat ini sudah tidak berbahaya seperti dulu.
Baca SelengkapnyaImbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaVarian tersebut memicu ada peningkatan kasus Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaBanyak masyarakat yang menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) akibat polusi udara di Jakarta.
Baca SelengkapnyaJangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.
Baca SelengkapnyaPada saat anak sakit, orangtua perlu tahu kapan sebaiknya dia libur bersekolah.
Baca SelengkapnyaPB IDI memberi sejumlah langkah preventif bagi masyarakat untuk menghadapi cacar monyet.
Baca SelengkapnyaOrang tua bisa melatih anak sebisa mungkin untuk belajar memakai masker.
Baca Selengkapnya