CEK FAKTA: Hoaks Terlalu Sering Tes PCR Bisa Menimbulkan Magnet di Dahi
Merdeka.com - Sebuah video memperlihatkan seorang pria menempelkan kunci berbahan besi ke dahinya. Pria dalam video mengklaim terlalu sering tes PCR menyebabkan dahinya seperti magnet, bisa menempelkan kunci berbahan besi.
"Ini cukup mengejutkan. Ini menunjukkan mengapa kita harus menolak saat akan dites Covid-19. Orang dalam video tersebut belum tertular Covid-19. Tapi dia sudah melakukan tes swab Covid-19 dua kali seminggu selama setahun. Akibatnya, dahinya menjadi magnet," tulis pengunggah video dalam bahasa Korea.
Penelusuran
-
Kenapa tes sidik jari diragukan para ahli? Banyak ahli di bidang psikologi dan pendidikan meragukan akurasi serta validitas dari tes tersebut.
-
Siapa yang memberikan tanggapan mengenai PCR? Setelah mendengar pernyataan itu, epidemiolog Dicky Budiman memberikan tanggapan, khususnya mengenai penggunaan tes PCR. Dicky menjelaskan bahwa PCR merupakan metode yang digunakan untuk menggandakan materi genetik, baik DNA maupun RNA, dari sampel agar dapat dianalisis dengan lebih efektif.
-
Bagaimana Dharma menjelaskan ketidakefektifan PCR? 'Bahkan, banyak di antara kita yang tidak menyadari bahwa PCR yang selama ini digunakan tidak ditujukan untuk mendeteksi virus. Itu hanya untuk memeriksa asidosis. Lalu, mengapa harus dilakukan pemeriksaan dengan cara menyodok, kenapa tidak sekadar mengambil sampel dari air liur jika memang ingin menguji virus,' jelasnya.
-
Kenapa informasi yang salah berbahaya? 'Sering kali orang terdekat justru memberikan informasi yang tidak terbukti kebenarannya sehingga menghalangi para pejuang kanker payudara mendapatkan pengobatan lanjutan,' jelasnya.
-
Siapa yang mungkin mengalami hasil positif palsu? Jika seseorang melakukan tes kehamilan dalam beberapa hari setelah menerima suntikan hCG, hasilnya mungkin menunjukkan positif palsu.
-
Mengapa beberapa orang kebal terhadap Covid-19? Meskipun vaksin dan booster secara radikal mengurangi risiko kematian dan komplikasi berat dari COVID-19, mereka tidak banyak membantu menghentikan virus dari memasuki lapisan hidung dan sistem pernapasan.
Dari hasil penelusuran merdeka.com, informasi tersebut adalah hoaks. Dalam artikel AFP Fact Check berjudul "Coronavirus tests do not make your forehead magnetic" pada 2 Juni 2021, dijelaskan bahwa tidak ada penelitian mendasar terkait video tersebut.
Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) menyebutkan bahwa sering melakukan tes PCR dapat menimbulkan magnet di tubuh adalah tidak berdasar dalam sains dan tidak masuk akal.
Para ahli juga menekankan bahwa tes PCR tidak menyentuh dahi seseorang.
“Untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi virus corona, petugas kesehatan menggunakan swab dengan poros panjang untuk mengikis bagian belakang nasofaring seseorang dengan lembut. Nasofaring adalah bagian atas tenggorokan, tepat di belakang hidung,” kata Departemen Biokimia Universitas Otago dalam situsnya.
Kesimpulan
Informasi terlalu sering tes PCR dapat menimbulkan magnet di dahi seseorang adalah hoaks. Tes PCR tidak menimbulkan magnet di dahi maupun tubuh manusia. Karena saat PCR, poros kecil hanya menjangkau Nasofaring, yakni bagian atas tenggorokan, tepat di belakang hidung
Jangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan, pastikan itu berasal dari sumber terpercaya, sehingga bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. (mdk/lia)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
enelitian terbaru yang ditinjau oleh WHO menunjukkan tidak ada bukti bahwa radiasi gelombang radio dari ponsel berhubungan dengan risiko kanker otak.
Baca SelengkapnyaBeredar penyebaran virus mpox merupakan efek samping vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaSelama ini, penggunaan smartphone kerap dianggap bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Penelitian terbaru WHO ungkap dampaknya terhadap otak.
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaBenarkah filter rokok mengandung darah babi? Simak penelusurannya
Baca SelengkapnyaBanyak mitos penyakit cacar air yang tidak memiliki penjelasan ilmiah namun dipercaya.
Baca SelengkapnyaJangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan.
Baca SelengkapnyaBeredar klaim kacamata hitam menyebabkan penggunanya terkena kanker kulit
Baca SelengkapnyaBeredar video yang mengklaim larangan konsumsi sayap dan leher ayam pedaging karena sudah disuntik hormon.
Baca SelengkapnyaBanyak orangtua berusaha untuk mengetahui bakat dan minat anak, salah satunya dengan tes sidik jari padahal hal ini tidak ilmiah.
Baca SelengkapnyaSalah satunya mitos ketombe bisa menular ke orang lain. Apakah benar demikian?
Baca SelengkapnyaKejatuhan tahi cicak dikaitkan dengan beberapa mitos di masyarakat.
Baca Selengkapnya