CEK FAKTA: Hoaks Tulisan Mencatut Nama Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Soal RUU HIP
Merdeka.com - Beredar sebuah tulisan yang berjudul "Mana Teriakan 'Saya Pancasila Mu'". Tulisan tersebut mengatasnamakan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti.
Tulisan "Mana Teriakan 'Saya Pancasila mu'" beredar luas di media sosial, tulisan ini sudah beredar baik di Facebook sampai di jejaring pesan WhatsApp. Berikut narasinya:
Mana teriakan “Saya Pancasila mu ?”
-
Siapa Tokoh Besar Muhammadiyah dari Minangkabau? Nama Buya Haji Ahmad Rasyid Sutan Mansur atau dikenal dengan A.R. Sutan Mansur menjadi salah satu tokoh berpengaruh di Indonesia. Beliau merupakan salah satu tokoh besar Muhammadiyah di Minang dan berkecimpung di dunia politik semasa perjuangan kemerdekaan.
-
Siapa yang menyebarkan hoaks ini? 'Berita yang menyebar itu adalah hoaks yang sengaja dihembuskan oleh OPM dan simpatisannya. Justru saat ini aparat TNI dari Yonif 527 membantu melaksanakan pengamanan RSUD Madi Paniai karena adanya pengaduan dari masyarakat bahwa gerombolan OPM akan membakar RSUD tersebut,' katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/5).
-
Siapa yang menyebarkan informasi hoaks itu? Yayuk memastikan akun Instagram bernama BP2MI dengan centang hijau yang menyebarkan informasi tersebut bukan akun resmi milik BP2MI.
-
Apa sikap Muhammadiyah terkait pilpres? Sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah menyampaikan sikap politik terkait Pilpres 2024 besok.
-
Siapa yang menyebarkan informasi penipuan tentang Jusuf Hamka? Informasi yang beredar merupakan modus pencurian data ataupun terhubung dengan pinjaman online ilegal.
-
Siapa yang menyatakan Muhammadiyah tidak mudah percaya? Busyro Muqoddas sebagai Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengatakan organisasi itu tidak mudah percaya pada capres tertentu, terutama dengan janji-janjinya.
Oleh : Dr Abdul Mu’ti MEd
(Sekum PP Muhamadyah)
Alhamdulillah saya berkesempatan membaca Naskah Akademik yang 100 halaman dengan daftar pustakanya itu dan draft RUU HIP hasil Badan Legislasi DPR RI per tanggal 26 April 2020 yang berisi 10 Bab dan 60 pasal itu.
Selain membaca naskahnya, saya juga mengikuti sejumlah kajian daring dengan tema membahas RUU HIP yang menghadirkan banyak pakar dari berbagai bidang, khususnya pakar Hukum, pakar Sejarah dan Agama.
Kalau menurut saya, sejak dari aspek Filosofis urgensi RUU ini telah cacat. Demikian pula argumen yuridis dan sosiologisnya.
Secara prosedur pembahasan perlu dipertanyakan, terutama ketergesaan membahasnya dengan kecepatan turbo ditengah situasi wabah Covid 19, layaknya sopir minibus kejar setoran. Sangat tidak biasa dibanding sejumlah RUU lain yang mengalami pelambatan bahkan terbengkalai.
Muatan materi isi dari RUU nya pun banyak kejanggalannya, terutama keberanian para iniisiator mereduksi idiologi Pancasila menjadi Trisila dan Ekasila dengan menempatkan Ketuhanan dibawah derajat kemanusiaan dan kebudayaan.
Tak pelak ujung-ujung nya menimbulkan kecurigaan adanya agenda tersembunyi dibalik semua proses politik di DPR ini, apalagi kalau bukan kecurigaan atas konsolidasi kekuatan anasir Komunis yang merongrong dasar negara Pancasila.
Menurut saya, dengan sejumlah alasan fundamental itu seharusnya DPR membatalkan pembahasan RUU ini. Sekali lagi, membatalkan, bukan memperbaiki pasal-pasal dan redaksinya.
Namun sayangnya Fraksi-Fraksi dari Partai berbasis Islam dan Nasionalis yang ada di Parlemen nampaknya tidak cukup tajam hidungnya mengendus bau tak sedap di balik RUU HIP ini. Mungkin dampak Covid 19 yang merusak sistem pernapasan mereka dan mengurangi imunitas idiologisnya.
Ketiika pertahanan idiologis di Parlemen kedodoran dan jebol, saat nya lah kekuatan-kekuatan masyarakat tampil memberikan warning kepada para wakil rakyat itu, sebagai sinyal kesiagaan umat untuk membentengi idiologi bangsa dari infiltrasi idiologi-idiologi lain yang akan merusaknya.
Untuk yang biasa berteriak ; “Saya Pancasila…….!” saatnya anda bangun dan sadar, jangan tertipu oleh mereka yang akan merusak Pancasila. Kalau hanya teriak, dulu tokoh-tokoh Komunis juga berteriak yang sama, tapi mereka berhianat pada Pancasila.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah membentuk Tim khusus untuk berjihad konstitusional mempertahankan ideologi Pancasila. Sangat bagus kalau seluruh Pinpinan Wilayah Muhammadiyah se Indonensia bersama Ortom-Ortomnya melakukan kajian terhadap RUU HIP ini di wilayahnya dan hasilnya disampaikan sebagai masukan kepada Tim PP.
Lebih bagus lagi kalau seluruh Ormas (Islam maupun nasionalis) melakukan kajian dan membentuk Tim serupa sehingga terbanngun integrasi idiologis bangsa Indonesia.
Ingat selalu dan jangan lupakan sejarah. Dalam catatan sejarah Indonesia kekuatan Ideologi Komunis itu sangat piawai memengaruhi kekuatan-kekuatan rakyat, bahkan (Pimpinan struktural) Ormas-Ormas Islam dengan berbagai cara, terutama jika oknum-oknum komunis telah menguasai posisi-posisi strategis Negara. Mereka tak segan mengumbar janji-janji manis duniawi yang membius jika Ormas Islam itu mendukung mereka.
PKI itu ibarat virus Corona, tidak terlihat bentuknya tapi terasa kebinasaan yang ditimbulkannya. Kesadaran Ormas-ormas Islam jangan sampai baru tumbuh setelah kekuatan komunis merajalela membinasakan lawan-lawan nya.
“SAYA PANCASILA, SAYA MENOLAK RUU HIP”
Penelusuran
Cek Fakta merdeka.com menelusuri sebuah tulisan berjudul “Mana Teriakan Saya Pancasila Mu?”. Tulisan tersebut mencatut nama Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti.
Dikutip dari muhammadiya.or.id, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti membantah telah menulis yang berjudul Mana Teriakan Saya Pancailas Mu.
muhammadiyah.or.idMUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA - Sebuah tulisan opini di salah satu website yang berjudul “Mana Teriakan Saya Pancasila Mu?” mencatut nama Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti.
Ketika dikonfirmasi redaksi Muhammadiyah.id pada Jum’at (12/6) Abdul Mu’ti menegaskan bahwa tulisan tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan (hoax).
Mu’ti mengajak semua pihak, khususnya warga Muhammadiyah untuk bijak dalam bermedia sosial, tidak mudah mempercayai suatu tulisan yang belum tentu kebenarannya, mengedepankan sifat tabayun, dan berfikir kritis ketika menerima suatu informasi di media sosial.
Kesimpulan
Tulisan yang berjudul Mana Teriakan Saya Pancasila Mu?” mencatut nama Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti adalah hoaks. Ia sudah membantah bahwa tulisan tersebut bukan berasal darinya.
Jangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan, pastikan itu berasal dari sumber terpercaya, sehingga bisa di pertanggungjawabkan kebenarannya. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masyarakat tidak mudah terpengaruh dengan banyak hoaks yang beredar di media sosial
Baca SelengkapnyaSaid Didu dicecar 30 pertanyaan oleh penyidik berdasarkan barang bukti video di media sosial.
Baca SelengkapnyaSaid dilaporkan Maskota HJS, ketua Apdesi Kabupaten Tangerang yang juga Kades Blimbing, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang.
Baca SelengkapnyaDzulfikar Ahmad mengingatkan soal pendewasaan dalam proses beragama dan berpolitik.
Baca SelengkapnyaSuara Hasyim kemudian meninggi, ketika disinggung sumber dari surat tersebut.
Baca SelengkapnyaVideo tersebut viral dan menimbulkan kontroversi di media sosial lantaran membawa nama organisasi Muhammadiyah.
Baca SelengkapnyaWakil Deputi Hukum TPN Ganjar-Mahfud, Henry Yosodiningrat meralat ucapannya terkait isu Kapolri memerintahkan Dirbinmas untuk memenangkan paslon 02
Baca SelengkapnyaBeredar surat palsu berisi soal pembatalan seleksi CPNS di wilayah Kemenkumham NTT
Baca SelengkapnyaHasyim menduga ada yang memalsukan tanda tangan Sri tersebut
Baca SelengkapnyaCEO KBA News, Ramadhan Pohan menyatakan nama medianya telah dicatut untuk menyebarkan informasi tersebut
Baca SelengkapnyaLukman Edy dilaporkan karena dianggap menyebarkan berita bohong, fitnah
Baca SelengkapnyaHashim Djojohadikusumo sebelumnya dilaporkan ke polisi setelah menyebut deklarasi Golkar mendukung Prabowo Subianto atas seizin Presiden Jokowi.
Baca Selengkapnya