CEK FAKTA: Salah, Video Direktur WHO Soal Vaksin Booster Bisa Bunuh Anak-Anak
Merdeka.com - Beredar unggahan yang mengklaim Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus membuat pernyataan memperingatkan beberapa negara jika memberikan suntikan booster vaksin Covid-19 dapat membunuh anak-anak. Unggahan itu berbunyi:
"Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus membunyikan alarm pada suntikan booster pada anak-anak."
Unggahan tersebut menyertakan tangkapan layar dari tweet yang menunjukkan video Tedros pada konferensi pers. Terdapat kutipan Tedros yang mengatakan: "Beberapa negara menggunakan untuk memberikan booster untuk membunuh anak-anak, yang tidak benar."
-
Bagaimana vaksin melindungi anak? Pemberian vaksinasi ini merupakan langkah penting untuk mencegah munculnya sejumlah masalah kesehatan.
-
Apa dampaknya jika anak tidak divaksinasi? Tidak memberi vaksin pada anak bisa menyebabkan sejumlah dampak kesehatan yang tidak diinginkan.
-
Kenapa informasi di video itu salah? Kesimpulan Prabowo lawan perintah Jokowi dan menolak mentah-mentah Kaesang untuk menjadi gubernur DKI Jakarta adalah tidak benar. Faktanya, video yang beredar berisi beberapa klip yang tidak saling berkaitan.
-
Siapa yang menyatakan bahwa mpox bukan efek samping vaksin? Juru bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, menjelaskan bahwa mpox dan Covid-19 merupakan dua penyakit yang berbeda.
-
Kenapa anak harus divaksinasi? Vaksinasi atau imunisasi adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan anak-anak kita.
-
Siapa saja yang berisiko karena anak tidak divaksinasi? Anak yang tidak divaksinasi juga membawa risiko bagi anggota keluarga lainnya.
Penelusuran
Dilansir dari factcheck.afp.com, terdapat kalimat yang dipenggal dan diinterpretasikan secara keliru. Penggalan video itu diambil dari YouTube yang diposting oleh media yang berafiliasi dengan pemerintah Rusia, Ruptly, pada 21 Desember. Klip itu menunjukkan pernyataan Tedros selama konferensi pers virtual WHO pada 20 Desember.
Dalam video tersebut, Tedros mengatakan tentang booster: "Ada bukti baru yang muncul sekarang tentang manfaatnya, terutama dengan kelompok lanjut usia, warga lanjut usia, terutama di atas 65 tahun dan di atas 60 tahun.
“Jadi, kalau mau digunakan lebih baik fokus pada kelompok yang berisiko penyakit parah dan kematian, daripada seperti yang kita lihat, beberapa negara menggunakan untuk memberikan booster kepada anak-anak (sic), yang tidak benar.
"Kemudian masalah kesetaraan muncul di sini. Daripada meningkatkan anak di negara-negara berpenghasilan tinggi, lebih baik memvaksinasi orang tua di negara-negara di mana orang tua belum divaksinasi, bahkan vaksin utama."
Komentar tersebut dipublikasikan dalam transkrip resmi konferensi pers WHO.
WHO mengatakan kepada AFP bahwa Tedros tergagap dalam konferensi pers dan komentarnya kemudian disalahartikan secara online.
"Saat mengucapkan kata 'anak-anak', dia terjebak pada suku kata pertama 'chil' dan yang keluar terdengar seperti 'cil/kill'", kata perwakilan WHO.
"Dia kemudian dengan benar melafalkan suku kata yang sama segera setelah itu, dengan itu keluar terdengar sebagai 'cil-anak'. Penafsiran lain dari ini 100% salah."
Kesimpulan
Video yang mengklaim Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan vaksin booster Covid-19 bisa membunuh anak-anak adalah keliru. Faktanya, pernyataan Tedros yang sebenarnya membahas ketidakadilan vaksin global - tidak mengomentari keamanan penguat vaksin Covid-19.
Jangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan. Pastikan itu berasal dari sumber terpercaya, sehingga bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Referensi
https://factcheck.afp.com/http%253A%252F%252Fdoc.afp.com%252F9VD49D-1 (mdk/lia)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaViral di media sosial vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks bisa memicu kemandulan.
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaBeredar penyebaran virus mpox merupakan efek samping vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaEpidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, ada kemungkinan kasus TTS dipicu vaksin AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca SelengkapnyaJamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca SelengkapnyaMelewatkan atau tidak memberi imunisasi pada anak bisa berdampak buruk pada kesehatannya.
Baca SelengkapnyaJika 1 provinsi saja ada 10 anak yang menderita hepatitis, maka 34 provinsi lain bisa mengalami hal serupa.
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaBadan Pengawas Obat Eropa juga telah melarang peredaran vaksin ini.
Baca Selengkapnya