CEK FAKTA: Tidak Benar 40.000 Alat Tes Corona dari China untuk Bunuh Warga Indonesia
Merdeka.com - Viral di media sosial terkait Indonesia mendatangkan 40 ribu 40 ribu alat tes corona COVID-19 dari China untuk membunuh rakyat Indonesia.
Kabar tersebut disebarkan akun Facebook Ali Imron pada 13 April 2020. Mengunggaj gambar artikel berjudul "Menteri Australia: Alat Tes Corona Asal China Berbahaya" dari situs uzonews.com.
Terdapat juga narasi 40 ribu ton alat tes corona untuk membunuh masal rakya Indonesia.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Siapa yang menuduh China mengembangkan senjata genetik? Foto: AFP Kementerian Keamanan Negara bukanlah pihak pertama yang mengklaim adanya senjata biologis yang ditargetkan secara genetik. Pada Juni, calon presiden Amerika Serikat (AS) Robert F. Kennedy Jr. mengklaim 'China sedang mengembangkan senjata biologis etnis' dan menyatakan AS juga telah mengembangkan teknologi semacam itu.
-
Kenapa AS menuduh China dengan genosida? Laporan yang diterbitkan pada Rabu waktu setempat itu menggambarkan China sebagai 'rezim yang represif,' dengan mengklaim ada genosida di Xinjiang dan pembatasan kegiatan keagamaan tertentu.
-
Bagaimana Polda Bali memastikan informasi itu hoax? 'Kami langsung koordinasi dengan Kabiro Kompas wilayah Bali dan Kompas tidak ada berita di Website kompastv.com untuk tangga 13 Juni 2024, redaksionalnya juga berbeda dengan Kompas TV, dan itu berita hoaks karena logo Kompas TV di palsukan oleh oknum tersebut,' kata Kombes Jansen dilansir dari akun Instagram Polda Bali.
-
Kenapa alat deteksi kebohongan dibuat? Gagasan bahwa berbohong bisa memicu efek fisik yang bisa diamati membuat kita menciptakan alat yang dianggap bisa mendeteksi kebohongan.
-
Siapa yang mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
Penelusuran
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri kabar tentang Indonesia yang mendatangkan 40 ribu alat tes corona COVID-19 dari China untuk membunuh rakyat.
Penelusuran dilakukan menggunakan situs pencari Google Search dengan memasukkan kata kunci "indonesia beli rapid test china".
Hasilnya terdapat beberapa artikel yang menjelaskan mengenai pembelian alat tes corona dari China. Satu di antaranya artikel berjudul "Indonesia Pesan 500 Ribu Alat Deteksi Super Cepat Virus Corona dari China" yang ditayangkan situs Liputan6.com pada 18 Maret 2020.
Liputan6.com, Jakarta - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang farmasi dan agroindustri, PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) tengah melakukan kerjasama dengan China untuk mendatangkan alat pendeteksi virus Corona atau rapid test Covid-19.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menyatakan, rapid test tersebut akan segera diproduksi. Nantinya, deteksi gejala awal infeksi Corona bisa muncul hanya dalam beberapa belas menit hingga 3 jam saja.
"Nanti tes Corona ini bisa keluar dari rapid test hanya beberapa belas menit hingga 3 jam maksimal. Kita sudah pesan 500 ribu," kata Arya dalam teleconferens di Jakarta, Rabu (18/3/2020).
Lebih lanjut, pihaknya saat ini masih menunggu izin dari Kementerian Kesehatan terkait hal ini. Adapun izin sudah diajukan pada 10 Maret 2020 kemarin.
Untuk kisaran harga, Arya menyatakan belum mendapat rinciannya. Yang jelas, jika alat rapid test ini sesegera mungkin didatangkan, maka permasalahan penyebaran virus Corona selama ini akan teratasi.
Tanpa alat ini, tes deteksi virus Corona bisa memakan waktu hingga 2 hari.
"Ini memang bukan memberi diagnosa akhir, tapi untuk mencari kepastian gejala awal. Kalau memang ada gejala bisa langsung ke lab dokter," ujar Arya.
Liputan6.com kemudian menemukan artikel yang menjelaskan bahwa alat tes corona berbahaya. Adalah artikel berjudul "FKUI Ungkap Bahaya Alat Rapid Test Corona yang Dijual Online" yang dimuat situs cnnindonesia.com pada 27 Maret 2020.
Jakarta, CNN Indonesia -- Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tidak merekomendasikan masyarakat membeli rapid test kit atau alat tes cepat untuk mendeteksi Covid-19 atau penyakit Virus Corona secara daring.
"Saya sudah cek di website, ternyata ada puluhan rapid test yang memang ada di market. Ini internasional. Kita mesti hati-hati. Repotnya ketika kita melakukan rapid test yang ternyata tidak valid," ujar Dekan FKUI Ari Fahrial Syam dalam diskusi daring melalui akun Youtube Medicine UI, Jumat (27/3).
Menurutnya, penggunaan alat yang tak valid bisa berbahaya karena mengecoh pengguna. Efeknya, penularan Corona bisa semakin luas.
"Kalau itu kebetulan [hasil pemeriksaan] kita dibilang negatif, [padahal] ternyata positif. Ini orang yakin negatif, dia tidak [menerapkan] distancing. Dia merasa dia tidak positif, jadi tidak prevention. Ini berbahaya," jelasnya.
Ari mengingatkan masyarakat perlu mengetahui alat rapid test juga tak bisa sepenuhnya diandalkan tanpa pemeriksaan lain. Sebab, ada peluang alat rapid test salah mengidentifikasi.
Alat tersebut, katanya, mendeteksi antibodi. Sedangkan antibodi pada tubuh manusia bisa jadi belum terdeteksi karena belum ada gejala Corona meski sudah terinfeksi.
Ari menyebut cara kerja alat rapid test itu secara umum serupa alat tes kehamilan namun sampelnya menggunakan darah.
"Ini sistemnya seperti test pack ya untuk tes kehamilan," kata dia, yang merupakan Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam ini.
Sampel darah itu, lanjutnya, diteteskan pada alat. Setelah beberapa waktu, alat tersebut akan menunjukkan keberadaan antibodi pada tubuh yang mengindikasikan terinfeksi Corona.
Antibodi yang dicari adalah Immunoglobulin G (IgG) dan Immunoglobuli M (IgM) yang terepresentasi dalam dua garis pada alat tes. Hasil tesnya, kata dia, memiliki empat kemungkinan.
Pertama, IgG dan IgM negatif. Artinya, pasien bisa jadi negatif Corona atau masih dalam masa inkubasi infeksi. Kedua, IgM positif namun IgG negatif. Ini berarti pasien kemungkinan terjangkit virus pada fase awal.
Ketiga, IgG dan IgM sama-sama positif. "[Hasil tes] pasien ini dua garis muncul. Kita bilang fase aktif," ucap Ari.
Keempat, IgG positif dan IgM negatif, yang berarti pasien kemungkinan pernah terinfeksi atau terjadi infeksi berulang.
"Ini kemungkinan riwayat, pernah terinfeksi," imbuhnya.
Ari pun menyarankan pihak yang sudah melakukan rapid test untuk memeriksakan diri lebih lanjut dengan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) atau genome sequencing.
"Memang bagusnya dicocokkan dengan [hasil tes] PCR," tandas dia.
Diketahui, sejumlah toko online sudah menyetop penjualan alat-alat pelindung diri (APD) dengan harga selangit maupun alat yang terkait uji Corona.
Penelusuran soal Pernyataan Mendagri Australia
Penelusuran gambar tangkapan layar ungahan akun Facebook Ali Imron mengarah ke artikel berjudul Menteri Australia: Alat Tes Corona Asal China Berbahaya yang dimuat situs Uzonews.com.
Di situ disebutkan bahwa Mеntеrі Dаlаm Nеgеrі Australia Pеtеr Duttоn mеngіmbаu wаrgаnуа untuk mеwаѕраdаі tеѕ dеngаn alat ѕереrtі itu.
"Pеnggunааn kit іtu akan merusak реkеrjааn utаmа ѕеbаgаі penyelamat hidup раrа profesional kesehatan," kаtа Duttоn.
Penelusuran lebih lanjut dengan kata kunci "peter dutton china covid-19 test kit" salah satunya mengarah ke artikel berjudul Dutton warns of dodgy COVID-19 test kits yang dimuat The Canberra Times.
Dalam artikel tersebut diungkap, Mendagri Australia memperingatkan bahaya di balik alat uji COVID-19 'rumahan' berkualitas rendah.
Sejumlah alat abal-abal itu telah disita aparat penjaga perbatasan Australia atau ustralian Border Force. Diketahui barang-barang tersebut berasal dari China, dan masuk Perth lewat kargo udara dari Singapura.
Kesimpulan
Klaim tentang Indonesia yang mendatangkan 40 ribu alat tes corona COVID-19 dari China untuk membunuh rakyat tidak benar.
Sementara klaim alat tes corona berbahaya juga tidak sepenuhnya benar. Kata berbahaya dalam hal ini mengacu pada ketidakakuratan alat tes corona yang dibeli lewat online. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beredar unggahan di media sosial yang mengklaim pasukan tentara China disiapkan untuk menyerang Indonesia
Baca SelengkapnyaBeredar narasi Presiden Jokowi membangun IKN untuk warga China
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaNarasi yang beredar dalam unggahan video yang berbunyi “KEMUSNAHAN RAS MANUSIA sudah dekat..!! 4 ROBOT MENEMBAK 29 ILMUWAN DI JEPANG”
Baca SelengkapnyaTiktok diduga akan menggunakan data mengenai produk yang laris di suatu negara untuk kemudian diproduksi di China.
Baca SelengkapnyaBeredar yang mengklaim Indonesia bergabung dengan Rusia untuk menyerang Israel, simak penelusurannya
Baca SelengkapnyaBeredar video yang mengklaim adanya penganiayaan yang dilakukan oleh tenaga kerja asing (TKA) Chi
Baca SelengkapnyaCek Fakta: Amerika Cabut Internet di Indonesia per Tanggal 1 Desember 2023
Baca SelengkapnyaNelayan penangkap ikan, Sutrisno, menceritakan kronologi saat proses penangkapan ikan tersebut.
Baca SelengkapnyaBenarkah WNA Mexico tembak polisi hingga tewas? Begini penelusurannya
Baca SelengkapnyaBenarkah perusahan China melarang bendara merah putih berkibar di Morowali?
Baca SelengkapnyaJangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan.
Baca Selengkapnya