CEK FAKTA: Tidak Benar Data Kematian Akibat Vaksin Sinovac Disembunyikan
Merdeka.com - Informasi data kematian akibat vaksin Covid-19 Sinovac disembunyikan beredar di media sosial.
Kominfo"BERITA TERBARU HARI INI - DATA KEMA.TIAN AKIBAT VAKSIN CINOVAC DISEMBUNYIKAN,TEMPO UNGKAP FAKTANYA !"
Penelusuran
-
Apa isi hoaks yang beredar? 'Berita yang menyebar itu adalah hoaks yang sengaja dihembuskan oleh OPM dan simpatisannya. Justru saat ini aparat TNI dari Yonif 527 membantu melaksanakan pengamanan RSUD Madi Paniai karena adanya pengaduan dari masyarakat bahwa gerombolan OPM akan membakar RSUD tersebut,' katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/5).
-
Kenapa informasi ini hoax? Penelusuran Setelah dilakukan penelusuran, klaim Gibran Rakabuming Raka ditangkap polisi karena narkoba adalah tidak benar alias hoaks. Pada tanggal 28 Agustus 2024, Gibran terlihat mendampingi pasangan bakal Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maemoen mendaftar ke KPU Jawa Tengah, Rabu (28/8). Kemudian tidak juga ditemukan berita dari media nasional yang memberitakan soal penangkapan Gibran karena pakai narkoba.
-
Apa isi hoaks tentang Kominfo? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Mengapa isu hoaks kesehatan banyak ditemukan? Berdasarkan kategori, sejak Agustus 2018 hingga Desember 2023, isu hoaks paling banyak berkaitan dengan sektor kesehatan. Tim AIS Kementerian Kominfo menemukan sebanyak 2.357 isu hoaks dalam kategori kesehatan. Isu yang berkaitan dengan penyebaran Covid-19 masih mendominasi dalam kategori ini. Selain itu ada banyak informasi yang menyesatkan berkaitan dengan obat-obatan dan produk kesehatan.
-
Kenapa berita hoaks tentang Kominfo diklaim tidak benar? Hasilnya tidak ditemukan artikel dengan judul yang sama.
-
Siapa yang menyebarkan informasi hoaks itu? Yayuk memastikan akun Instagram bernama BP2MI dengan centang hijau yang menyebarkan informasi tersebut bukan akun resmi milik BP2MI.
Menurut penelusuran merdeka.com,informasi data kematian akibat vaksin Covid-19 Sinovac disembunyikan adalah hoaks. Tidak ada informasi resmi terkait hal tersebut.
Dalam artikel liputan6 berjudul " "Komnas KIPI: Belum Ada Efek Samping Vaksinasi COVID-19 yang Perlu Perhatian Khusus" pada 20 Januari 2021, dijelaskan bahwa belum ada data resmi terkait efek samping vaksin Sinovac.
Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) mengatakan bahwa sepekan usai penyuntikkan perdana, mereka belum menemukan efek samping serius yang terjadi usai vaksinasi COVID-19.
Komnas KIPI sendiri pada 19 Januari 2021 kemarin telah menerima sebanyak 28 laporan kasus efek samping usai penyuntikkan vaksin COVID-19 buatan Sinovac.
Hindra Irawan Satari, Ketua Komnas KIPI mengatakan bahwa sebagian besar efek samping dari vaksin COVID-19 yang dilaporkan ke mereka masih di tahap yang dapat diatasi dan disembuhkan.
"Jadi pegal, nyeri tempat suntikan, kemerahan, lemas, demam, mual, perubahan nafsu makan, semua menunjukkan gejala yang sebagian besar tidak perlu pengobatan, ada yang diberi obat, ada yang diobservasi," kata Hindra dalam dialog virtual yang disiarkan di Youtube FMB9ID_IKP.
"Namun Alhamdulillah, mereka semua berakhir dengan happy ending, sehat. Kemudian sampai saat ini kami pantau aman," kata Hindra dikutip Rabu (20/1/2021).
Hindra mengatakan bahwa memang tubuh awalnya akan mengenali vaksin sebagai sebuah benda asing. Reaksinya setiap orang akan berbeda-beda di tahap ini.
Meski begitu, efek samping vaksin corona Sinovac yang dilaporkan sebelumnya juga telah tercatat dalam uji klinis di Bandung dan dalam beberapa jurnal.
"Semua bersifat ringan dan sesuai dengan yang dilaporkan di jurnal-jurnal dan tempat lain, dan semua sehat, tidak ada yang memerlukan perhatian khusus sampai saat ini," ujarnya.
Kemudian dalam artikel merdeka.com berjudul "Jokowi Kembali Minta Data Corona Terbuka: Jangan Ada Anggapan Kita Menutupi" pada 20 April 2020, dijelaskan bahwa data Covid-19 tidak ada yang ditutupi.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi melakukan rapat terbatas bersama tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Dalam rapat, Jokowi kembali mengingatkan agar data atau komunikasi Gugus Tugas soal corona harus terbuka.
"Mengenai komunikasi yang terbuka, sistem data dan informasi yang terbuka kepada semua pihak. Jangan ada yang menganggap lagi kita menutupi. Tidak ada sejak awal kita menutupi masalah yang ada," kata Jokowi dalam rapat virtual, Senin (20/4).
Dan dalam artikel merdeka.com berjudul "Satgas Perbaiki Pengumpulan Data Covid-19 Agar Realtime" pada 4 November 2020, dijelaskan bahwa perbaikan dan penyelarasan koordinasi pelaporan data Covid-19 terus dilakukan
Koordinator Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, pihaknya terus melakukan perbaikan dan penyelarasan koordinasi pelaporan data Covid-19 dari daerah kabupaten/kota ke provinsi dan ke pemerintah pusat atau Kementerian Kesehatan.
"Hal ini menyangkut teknik pengumpulan dan validasi data yang jumlahnya sangat besar, dan membutuhkan waktu pemrosesannya, sehingga belum bisa betul-betul realtime," jelasnya melalui keterangan tulis, Selasa (3/11).
Dalam memproses data, pihaknya mengantisipasi update data setelah terjadi proses verifikasi yang dilakukan di tingkat daerah dan tingkat pusat. Hal ini dilakukan, kata Wiku, agar menjadi bagian dari proses satu data Covid-19 dan upaya interoperabilitas atau kemampuan penukaran dan penggunaan data di pusat dan daerah.
"Terkait data suspek, Kementerian Kesehatan sudah berkoordinasi dengan daerah, baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota sehingga terjadi perubahan cukup signifikan," ungkapnya.
Kesimpulan
Informasi data kematian akibat vaksin Covid-19 Sinovac disembunyikan adalah hoaks. Tidak ada informasi resmi terkait hal tersebut, dan belum ada data resmi terkait efek dari vaksin Sinovac yang perlu perhatian khusus.
Jangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan, pastikan itu berasal dari sumber terpercaya, sehingga bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaJamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca SelengkapnyaViral di media sosial vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks bisa memicu kemandulan.
Baca SelengkapnyaBeredar penyebaran virus mpox merupakan efek samping vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca SelengkapnyaCovid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaEpidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, ada kemungkinan kasus TTS dipicu vaksin AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaPetugas kesehatan langsung datang ke rumah Bayi MKA, dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit.
Baca SelengkapnyaJangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan.
Baca Selengkapnya