CEK FAKTA: Tidak Benar Dokter di Palembang Meninggal Akibat Vaksinasi Covid-19
Merdeka.com - Informasi seorang dokter di Palembang, Sumatera Selatan meninggal dunia usai disuntik vaksin Covid-19 viral di media sosial.
Kabar tersebut salah satunya diunggah akun Facebook dengan narasi sebagai berikut:
ALLAHUMMAGHFIRLAHU
-
Mengapa korban diduga meninggal? Diduga kuat, korban meninggal karena sakit karena tidak ditemukan luka akibat kekerasan.
-
Bagaimana ilmuwan ini meninggal? Meskipun penyebab pastinya tidak dapat dipastikan, dugaan kuat adalah bahwa kandung kemihnya pecah. Pengabaian untuk buang air kecil selama waktu yang lama diyakini telah menyebabkan tekanan tidak biasa pada kandung kemihnya yang kemudian mengakibatkan pecahnya organ tersebut.
-
Bagaimana korban meninggal? 'Dalam proses dari Lampung ke Jakarta ini (korban) pendarahan hebat. Pelaku juga mengetahui bahwa si korban sedang pendarahan. Pelaku ini mengetahui bahwa korban sedang pendarahan hebat, namun dibiarkan saja, sehingga korban kehabisan darah dan meregang nyawa,' kata dia.
-
Kenapa orang meninggal karena penyakit jantung ? Menurut data yang disampaikan Prima, setiap tiga detik ada orang yang meninggal karena penyakit jantung koroner atau stroke di dunia. Di Indonesia, satu dari sepuluh kematian disebabkan oleh penyakit jantung koroner, dan pada tahun 2016, biaya pelayanan kesehatan untuk penyakit jantung mencapai Rp7,4 triliun, angka tertinggi dibandingkan penyakit lainnya.
-
Siapa yang meninggal dalam insiden ini? Yang lebih memilukan, kedua teknisi itu masih sangat muda, berusia 19 tahun dan 21 tahun.
-
Bagaimana wanita tersebut meninggal? Dua kerangka ini telah dipindahkan untuk uji laboratorium, bertujuan untuk memastikan bagaimana pasangan ini meninggal dan mengapa wajah wanita itu bolong.
Semalam sahabatku (dokter, 49 thn) ditemukan wafat di mobilnya. Kamis kemarin ia divaksin. Ia tidak punya comorbid & tak ada riwayat dirawat di rumah sakit.
Apakah ini ada hubungannya dgn vaksin? Perlu penjelasan dari dinkes kota sebagai penanggungjawab vaksin sekaligus lembaga di mana sahabatku mengabdi. Sebagai dokter saya sdh bilang bhw pemberian vaksin atau obat apapun harus benar2 ilmiah dg jaminan safety & efficacy yg baik.
Tidak ada yg kebetulan di dunia ini dan tidak ada mushibah termasuk kematian kecuali sudah digariskan oleh Allah. Manusia diberi kebebasan bersikap & bertindak sesuai dgn kapasitas keilmuannya. Karena itu saya tak jemu mengingatkan utk selalu memutuskan, bersikap & berbuat berdasarkan ilmu bukan berdasar kepentingan.
Moga para pemimpin bijak dalam hal apapun krn mereka akan diminta pertanggungjawabannya.
Selamat jalan sahabatku, Allah menyayangimu
Penelusuran
Cek fakta merdeka menelusuri kabar dokter di Palembang meninggal dunia usai disuntik vaksin Covid-19.
Dilansir dari merdeka.com dokter berinisial JF ditemukan meninggal dunia di dalam mobil yang terparkir di salah satu mini market, Jumat (22/1) pukul 23.00 WIB.
Dokter forensik RS M Hasan Bhayangkara Palembang, Indra Nasution menjelaskan, korban tewas karena sakit. Diperkirakan korban menghembuskan napasnya sejak Jumat pagi atau belum 24 jam sebelum ditemukan lantaran otot tubuhnya belum kaku.
Dari hasil pemeriksaan ulang, tim forensik menemukan bintik pendarahan yang disebabkan kekurangan oksigen di daerah mata, wajah, tangan dan dada. Temuan itu menyimpulkan dugaan penyebab kematiannya.
"Korban meninggal dunia karena sakit jantung," ungkap Indra, Sabtu (23/1).
Dia mengakui JF baru saja menjalani vaksinasi Sinovac. Indra menilai vaksinasi itu tidak ada hubungan dengan penyebab kematiannya.
"Vaksin kan disuntikkan, jika disuntik reaksinya lebih cepat dan juga matinya lebih cepat juga. Saya kira, tidak benar korban meninggal karena divaksinasi," terangnya.
Juru bicara penanganan Covid-19 Palembang, Yudhi Setiawan mengatakan, korban menerima suntikan vaksin Sinovac sehari sebelum ditemukan tewas atau Kamis (21/1). Selama 30 menit usai divaksinasi, korban tidak menunjukkan reaksi apa-apa dan dipastikan aman.
"Bukan karena divaksinasi tapi sakit jantung, sesuai hasil pemeriksaan forensik. Kami imbau tenaga kesehatan tidak takut divaksinasi karena kematiannya tidak ada hubungan sama sekali," tutupnya.
Kemudian dalam artikel merdeka.com, berjudul "Polisi Pastikan Dokter Tewas dalam Mobil Bukan karena Vaksin Covid-19". Tim forensik Rumah Sakit M Hasan Bayangkara Palembang memastikan kematian seorang dokter berinisial JF (49) tewas akibat serangan jantung, bukan dampak dari vaksin Sinovac yang diterimanya. Diketahui, korban ditemukan tewas di dalam mobilnya.
Kabid Humas Polda Sumsel Kombes Pol Supriadi mengungkapkan, saat ditemukan wajah korban membiru, pendarahan pada bola mata, tangan, dada, kaki, dan ada tanda kebiruan di bibir dan wajah. Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan di tubuhnya.
"Hasil forensik, almarhum meninggal karena kekurangan oksigen akibat ada penyakit jantung," ungkap Supriadi, Senin (25/1).
Kesimpulan pemeriksaan itu juga berdasarkan temuan di TKP. Korban ditemukan dalam posisi terlungkup ke kiri dengan tangan memegang dada kiri dan ditemukan obat jantung jenis Nitrokaf Retard berisi 10 kapsul dan sudah terpakai sebanyak satu kapsul.
"Tiga bulan sebelum tewas, korban mengalami nyeri dada berat dan berobat dengan ahli penyakit jantung," ujarnya.
Supriadi menjelaskan, korban menerima suntik vaksin Sinovac di Puskesmas 1 Ulu Palembang, Kamis (21/1) pukul 10.06 WIB. Sementara korban ditemukan tewas di dalam mobil dan dilanjutkan dengan pemeriksaan pada Sabtu (23/1) pukul 01.07 WIB.
"Dari CCTV, mobil korban terparkir pada Jumat (22/1) pukul 08.05 WIB, dan korban meninggal dunia dugaannya rentang waktu pukul 13.00-15.00 WIB. Atau jarak vaksinasi dengan kematian sekitar 26 jam," kata dia.
Dari hasil koordinasi dengan Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), kata dia, didapat keterangan bahwa kejadian syok anafilatif pasca imunisasi dapat diabaikan sebagai sebab kematian karena waktu terjadinya syok anafilatif berkisar 1-2 jam setelah vaksin. Sementara korban tewas lebih dari 24 jam usai menjalani vaksinasi.
"Karena itu kami tegaskan bahwa kematian korban tidak ada kaitannya dengan vaksinasi corona," tegasnya.
Sementara itu dilansir dari tempo.co Juru Bicara Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, kematian seorang dokter berinisial JF di Palembang, Sumatera Selatan, tidak ada hubungannya dengan vaksinasi Covid-19.
JF (49) diketahui ditemukan tewas di dalam mobilnya sendiri, Jumat lalu. Sehari sebelumnya, ia disuntik vaksin Covid-19.
"Laporan sementara, almarhum memang menerima vaksin pada Kamis dan ditemukan telah meninggal Jumat malam. Dari pemeriksaaan sementara, ditemukan tanda-tanda kekurangan oksigen dan tanda ini tidak berhubungan dengan akibat vaksinasi," ujar Nadia saat dihubungi Tempo, 24 Januari 2021.
Kesimpulan
Kabar dokter di Palembang meninggal dunia akibat suntik vaksin Covid-19 adalah tidak benar. Tim forensik RS M Hasan Bhayangkara Palembang menemukan bintik pendarahan yang disebabkan kekurangan oksigen di daerah mata, wajah, tangan dan dada.
Jangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan, pastikan itu berasal dari sumber terpercaya, sehingga bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, ada kemungkinan kasus TTS dipicu vaksin AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaPetugas kesehatan langsung datang ke rumah Bayi MKA, dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit.
Baca SelengkapnyaSebelum meninggal dunia, dokter yang akrab disapa dokter Helmi itu mengoperasi 10 pasien. Setelah itu, dia mendadak mengalami sesak napas.
Baca SelengkapnyaPasien mengembuskan napas terakhir di RS Embung Fatimah pada 18 Desember 2023.
Baca SelengkapnyaIa membenarkan jika dokter Lo Siauw Ging MARS saat ini sedang mendapat perawatan di Rumah Sakit Kasih Ibu (RSKI) Solo.
Baca SelengkapnyaPengacara menduga ada kelalaian yang dilakukan petugas jaga saat itu.
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaDirektur RSUD Sulbar, dokter Erna mengatakan, dokter Helmiyadi meninggal dunia di Puskesmas Sendana, Kabupaten Majene, saat hendak dirujuk ke Makassar, Sulawesi
Baca SelengkapnyaViral Bayi Meninggal Pascaimunisasi di Sukabumi, Ini Kronologinya Menurut Kemenkes
Baca SelengkapnyaSelain menangani pasien, dokter Helmi aktif di media sosial seperti Instagram dan Tiktok. Di Instagram, dokter Helmi memiliki pengikut sebanyak 492 ribu.
Baca SelengkapnyaKorban pertama kali ditemukan kekasihnya yang datang ke indekos karena curiga teleponnya tak kunjung diangkat.
Baca SelengkapnyaRSUD Pirngadi Medan tak menampik dalam proses distribusi obat mengalami keterlambatan. Namun kini obat-obatan itu telah tiba di RSUD Dr.Pirngadi Medan.
Baca Selengkapnya