CEK FAKTA: Universitas di Australia Sebut Invermectin Belum Terbukti Sembuhkan Corona
Merdeka.com - Informasi obat invermectin paling cepat menyembuhkan Covid-19 beredar di media sosial. Informasi menyebutkan temuan itu bersumber dari penelitian salah satu universitas di Australia.
Instagram"Ivermectin can kill COVID-19 within 48 hours', Monash University study finds"
Berikut terjemahannya:
-
Apa yang ditemukan oleh ilmuwan di Australia? Ilmuwan menemukan fosil mata terbaik di dunia, yang kondisinya masih sangat terpelihara dengan baik.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama ditemukan? Menurut pengumuman resmi dari Presiden Joko Widodo, kasus Covid-19 pertama di Indonesia terjadi pada dua warga Depok, Jawa Barat, yang merupakan seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya berusia 31 tahun.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Siapa yang mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
"Ivermectin bisa membunuh Covid-19 hanya dalam waktu 48 jam, menurut penelitian Universitas Monash"
Penelusuran
Dari hasil penelusuran merdeka.com, informasi tersebut adalah tidak benar. Dalam artikel AFP Fact Check berjudul "Misleading posts touting ivermectin as Covid-19 treatment distort results of preliminary Australian study" pada 29 Juni 2021, dijelaskan bahwa penelitian ini adalah masih awal dan bukan bukti konklusif tentang efektivitas ivermectin terhadap Covid-19.
Kemudian AFP menemukan sebuah jurnal di jurnal medis Antiviral Research pada 3 April 2020.
Studi tersebut sebagian berbunyi: "Ivermectin adalah penghambat virus penyebab Covid-19 (SARS-CoV-2) secara in vitro… Oleh karena itu, Ivermectin memerlukan penyelidikan lebih lanjut untuk kemungkinan manfaatnya pada manusia."
Siaran pers Universitas Monash yang mengumumkan hasil penelitian ini juga menjelaskan sebagiandari penelitiannya.
"Meskipun terbukti efektif di lingkungan laboratorium, Ivermectin tidak dapat dikonsumsi pada manusia untuk menyembuhkan Covid-19 sampai pengujian dan uji klinis diselesaikan untuk menetapkan efektivitas obat tersebut. obat yang aman untuk dosis manusia."
"Potensi penggunaan Ivermectin untuk menyembuhkan Covid-19 masih belum terbukti, dan tergantung pada pengujian pra-klinis dan uji klinis untuk keefektivitasnya."
Juru bicara Universitas Monash mengkonfirmasi bahwa penelitian masih terus berlangsung.
Kesimpulan
Informasi Universitas Monash Australia menemukan Invermectin paling cepat menyembuhkan Covid-1i adalah hoaks. Hingga saat ini, Universitas Monash masih melakukan penelitian tentang Invermectin dan efeknya pada manusia.
Jangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan, pastikan itu berasal dari sumber terpercaya, sehingga bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaKemenkes menegaskan, penelitian nyamuk wolbachia dilakukan Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan World Mosquito Program (WMP).
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaBeredar penyebaran virus mpox merupakan efek samping vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaNyamuk wolbachia diyakini bisa menekankan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Baca SelengkapnyaPemerintah berupaya mencegah penyebaran Mpox dengan melakukan vaksinasi yang sudah disetujui WHO dan BPOM.
Baca SelengkapnyaKemenkes meminta masyarakat untuk tidak panik dengan adanya pneumonia misterius yang tengah merebak di China dan Eropa.
Baca SelengkapnyaBenarkah Nyamuk Wolbachia Bisa Sebarkan Radang Otak? Ini Faktanya!
Baca SelengkapnyaBeredar video yang mengklaim bentonite clay dapat memperbaiki gigi berlubang di media sosial.
Baca SelengkapnyaKepala Dinkes Sumsel Trisnawarman menegaskan, pihaknya telah memeriksa sampel swab pasien J. Hasilnya diketahui negatif cacar monyet.
Baca SelengkapnyaViral di media sosial soal ulat bisa membunuh manusia dalam waktu 4 jam.
Baca Selengkapnya