Penjelasan Polisi soal Hoaks-Hoaks yang Beredar di Media Sosial 22 Mei
Merdeka.com - Sejumlah kabar bohong atau hoaks sempat berseliweran di media sosial saat terjadi kericuhan pada aksi 22 Mei 2019 lalu. Info-info yang beredar itu sangat meresahkan masyarakat.
Karena itu, Polri mengimbau masyarakat agar tidak mudah percaya informasi yang banyak beredar di media sosial tanpa mengkroscek kembali kebenarannya. Berikut ini beberapa hoaks yang berseliweran seputar 22 Mei dan penjelasan polisi:
Tidak Pernah Perintahkan Tembak Massa
-
Apa isi hoaks yang beredar? 'Berita yang menyebar itu adalah hoaks yang sengaja dihembuskan oleh OPM dan simpatisannya. Justru saat ini aparat TNI dari Yonif 527 membantu melaksanakan pengamanan RSUD Madi Paniai karena adanya pengaduan dari masyarakat bahwa gerombolan OPM akan membakar RSUD tersebut,' katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/5).
-
Apa isi hoaks tentang Kominfo? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Siapa yang menyebarkan informasi hoaks itu? Yayuk memastikan akun Instagram bernama BP2MI dengan centang hijau yang menyebarkan informasi tersebut bukan akun resmi milik BP2MI.
-
Siapa yang membuat berita hoaks? Menurut NewsGuard, situs-situs ini mengklaim diri mereka sebagai sumber berita lokal yang independen, namun tidak mengungkapkan afiliasi partisan atau asing mereka.
-
Siapa yang menyebarkan hoaks ini? 'Berita yang menyebar itu adalah hoaks yang sengaja dihembuskan oleh OPM dan simpatisannya. Justru saat ini aparat TNI dari Yonif 527 membantu melaksanakan pengamanan RSUD Madi Paniai karena adanya pengaduan dari masyarakat bahwa gerombolan OPM akan membakar RSUD tersebut,' katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/5).
-
Bagaimana cara BP2MI mengklarifikasi informasi hoaks tersebut? Yayuk memastikan akun Instagram bernama BP2MI dengan centang hijau yang menyebarkan informasi tersebut bukan akun resmi milik BP2MI. Dia mengatakan, akun itu dibuat oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan informasi hoaks yang ingin menyasar masyarakat ataupun Pekerja Migran Indonesia.
Banyak kabar yang mengatakan bahwa pihak kepolisian sengaja menembak massa selama aksi 21 dan 22 Mei lalu. Hal itu dengan tegas dibantah oleh pihak kepolisian.
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menegaskan pihaknya tidak pernah memerintahkan kepada jajarannya untuk menembak di tempat terhadap masyarakat pelaku kerusuhan. Kabar yang beredar soal perintah penembakan adalah hoaks.
"Tak pernah ada (perintah) tembak di tempat. Kami punya SOP (standar operasional prosedur), tahapannya dari soft ke hard. Anggota (Polri) memahami SOP itu," kata Kapolri Tito.
Kabar Pakai Peluru Tajam
Polri membantah telah menggunakan peluru tajam dalam penanganan aksi massa 22 Mei lalu. Kabar yang beredar soal penggunaan tajam dalam pembubaran massa adalah tidak benar alias hoaks.
Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo, polisi dalam melakukan pengamanan aksi 22 Mei 2019 hanya dibekali tameng, gas air mata, dan water cannon.
Kabar Brimob Warga Negara Asing (WNA)
Sempat beredar kabar seorang anggota Brimob yang bermata sipit. Warga net menduga ia adalah WNA China. Kabar ini langsung dibantah pihak kepolisian.
"Bahwa (personel) negeri seberang yang sipit-sipit tidak ada. Semuanya murni personel Brimob WNI," kata Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal M Iqbal.
Belakangan diketahui anggota Brimob itu bernama Andre K. Iroth asli Manado, Sulawesi Utara. Ia adalah satu dari banyaknya anggota yang dikirim menjaga Jakarta.
Identitas Andre K. Iroth pun dikonfirmasi anggota brimob lain seperti Rocca Baraya melalui akun @Roccabarayaa. "Ini junior saya. Dia asli tanah Manado. Salah satu kota di Indonesia yang di kenal pencetak penerus generasi bangsa berfisik rupawan," tulis @Roccabarayaa. (mdk/has)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berita hoaks didominasi oleh isu kesehatan, pemerintahan, penipuan dan politik di luar pada isu-isu lain
Baca SelengkapnyaPolisi memantau dan mendeteksi konten-konten hoaks yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat.
Baca SelengkapnyaMenurut Bery, hoaks menggunakan kecerdasan buatan memang sudah cukup meresahkan.
Baca SelengkapnyaAiman mengaku bukan polisi tidak netral dalam Pemilu, melainkan oknum
Baca SelengkapnyaYouTube menjadi tempat penyebaran hoaks terbanyak dengan presentase 44,6 persen.
Baca SelengkapnyaKabidhumas Polda Kepri Kombes. Pol. Zahwani Pandra Arsyad pun telah membantah kabar tersebut.
Baca SelengkapnyaMasyarakat harus memiliki pemikiran kritis dalam membaca berita.
Baca SelengkapnyaDisinformasi yang bersumber dari platform media sosial merembes ke forum-forum personal seperti whatsapp group.
Baca SelengkapnyaCekFakta merupakan kolaborasi antara Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), dan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO).
Baca SelengkapnyaLangkah hukum akan diterapkan Kominfo apabila ditemukan kasus hoaks yang memiliki intensitas berat dan berpotensi memecah belah bangsa.
Baca SelengkapnyaPenyebaran hoaks Pemilu ditemukan paling tinggi di Facebook.
Baca SelengkapnyaProses pemeriksaan saksi fakta maupun saksi ahli terus berjalan.
Baca Selengkapnya