4 Sentimen rakyat China terhadap AS dalam isu Laut China Selatan
Merdeka.com - 4 sentimen rakyat China terhadap AS dalam sengketa Laut China Selatan
Kesal AS ikut campur isu Laut China Selatan, warga China rami-ramai buang iPhone
Netizen China buang iPhone karena kesal putusan pengadilan internasional mengenai Laut China Selatan. Alasan para netizen membuang ponsel pintar mereka karena Iphone adalah merek ponsel besutan Amerika Serikat (AS).
-
Siapa yang prihatin tentang konflik Laut China Selatan? Para menteri luar negeri di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) pada Sabtu, 30 Desember 2023 menyatakan keprihatinan mereka atas meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan.
-
Kenapa Laut Cina Selatan menjadi sorotan dunia? Teritorial LCS merupakan kawasan perairan yang menjadi sorotan tidak hanya di level Asia, namun juga dunia khususnya negara-negara Barat yang memiliki kepentingan ekonomi dan keamanan.
-
Apa yang ditemukan di Laut China Selatan? Dua kapal ini berasal dari masa Dinasti Ming, yang berkuasa di China dari tahun 1368-1644. Dua bangkai kapal kuno ditemukan di kedalaman sekitar 1.500 meter di Laut China Selatan.
-
Mengapa China tenggelam? Penulis studi tersebut mengatakan bahwa faktor utama yang paling berpengaruh terhadap penurunan permukaan tanah adalah adanya kehilangan air tanah, yaitu dengan pengambilan air di bawah atau di dekat kota-kota untuk digunakan penduduk setempat.
-
Apa yang dikhawatirkan AS tentang stasiun luar angkasa China? NASA berisiko menyerahkan lahan penelitian luar angkasa kepada Tiongkok jika tidak ada pengganti yang siap untuk Stasiun Luar Angkasa Internasional, kata anggota parlemen dalam sidang pada Rabu, (14/2).
-
Kenapa Jokowi membahas Laut China Selatan? Jokowi mengatakan dirinya akan membahas upaya meredakan ketegangan di Laut China Selatan.
AS dianggap ikut campur dalam putusan pengadilan internasional terhadap Laut China Selatan. Oleh karenanya, para netizen ini kemudian memboikot semua produk buatan AS, salah satunya Iphone.
Diberitakan Asian Correspondent , Rabu (13/7), iPhone 6 telah dilarang penjualannya di China pada akhir bulan lalu. Meski demikian, Pengadilan Properti Intelektual Beijing masih memperbolehkan Apple untuk menjual barangnya di Negeri Tirai Bambu ini.
Beijing dengan tegas menolak adanya putusan dari pengadilan internasional terkait Laut China Selatan. Putusan Mahkamah Arbitrase Internasional di Den Haag mengatakan China bersalah sebab mengklaim wilayah Filipina dan beberapa negara ASEAN lainnya.
Penolakan China ini dibarengi dengan pernyataan mereka tidak mengklaim wilayah negara mana pun di Laut China Selatan. Pernyataan tidak setuju Beijing terhadap putusan tersebut bukan saja dari pemerintah, rakyat pun juga menyatakan ketidaksetujuannya.
Kelompok akademisi China kemudian membuat petisi yang ditandatangani lebih dari 20.000 orang.
Sentimen anti AS menguat, pria China pakai sepatu Nike dipukuli
Pengadilan Arbitrase Internasional sengketa Laut China Selatan menetapkan Beijing tidak memiliki hak atas klaim sembilan garis putus di wilayah kaya sumber daya alam itu. Merasa tidak terima, pemerintah Tiongkok menuding ada intevensi Amerika Serikat saat putusan 12 Juli lalu.
Publik China pun geram. Sentimen anti-Barat di Negeri Tirai Bambu meningkat drastis. Diberitakan Shanghaiist, seorang pria di Kota Dalian menyerang penumpang di kereta bawah tanah karena menggunakan sepatu merek Nike. Si pelaku pemukulan menuding korban simpatisan Amerika Serikat. Nike adalah sepatu olah raga buatan AS.
Penumpang lain di gerbong itu tidak melarai. Dari unggahan rekaman video, hanya ada satu wanita penumpang lain coba meredam situasi namun tak berhasil.
Seorang dengan tas berlogo Nike berusaha kabur karena berada di dekat aksi pemukulan. Insiden penyerangan ini direkam oleh sesama pengguna kereta, lalu diunggah ke Youtube.
Sebelumnya diberitakan, ratusan warga China sengaja merusak ponsel besutan AS, iPhone 6. Publik China kesal pada Negari Paman Sam yang dituding mempengaruhi putusan arbitrase internasional.
Berikut videonya:
Buntut campur tangan AS soal Laut China Selatan, warga China boikot KFC
Kekesalan rakyat Tiongkok atas hasil keputusan Arbitrase Internasional terkait Laut China Selatan yang berpihak pada gugatan Filipina masih belum mereda. Ratusan orang menggelar unjuk rasa besar-besaran, termasuk menyasar simbol-simbol Amerika Serikat.
Restoran cepat saji populer akhirnya jadi korban: Kentucky Fried Chicken. Gerai KFC di Hangzhou, Zhejiang, Changsa, Yangzhou, hingga Hunan mengalami boikot. Tak sekadar boikot, warga berunjuk rasa di halaman restoran memprotes keputusan arbitrase yang diduga hasil intervensi Negeri Paman Sam.
BBC melaporkan, Rabu (20/7), unjuk rasa menyasar KFC pertama kali digelar akhir pekan lalu di Provinsi Hebei. Warga, tidak jelas siapa penggeraknya, memasang banyak spanduk di halaman parkir KFC. "Ketika kau makan KFC, engkau kehilangan kehormatan nenek moyangmu," tulis spanduk itu.
KFC merupakan salah satu gerai cepat saji Amerika Serikat paling sukses di Tiongkok, dibuka di ratusan lokasi hanya dalam waktu satu dekade terakhir.
Boikot patriotik seperti yang menimpa KFC rupanya bukan barang baru. PAda 1919, banyak mahasiswa China mengajak warga memboikot barang-barang Jepang. Saat itu Perjanjian Versailles selepas Perang Dunia ke-1, memberikan sebagian wilayah Tiongkok, terutama di Manchuria, ke Kaisar Tokyo.
Demikian pula pada 2008, ratusan warga memboikot berbelanja di toko grosir Carrefour. Alasannya, pada upacara pembawaan obor di Paris, otoritas keamanan setempat dituding memberi kesempatan aktivis Tibet melakukan kampanye kemerdekaan dari China.
Keputusan Badan Arbitrase di Den Haag, Belanda, pada 12 Juli lalu menyatakan pemerintah Tiongkok tidak memiliki dasar hukum menetapkan sembilan garis putus-putus yang mengesankan 80 persen perairan Laut China Selatan sebagai wilayah mereka. Dengan demikian, Pemerintah Filipina yang mengajukan gugatan berhak melaut di sekitar Kepualuan Spratly yang direklamasi oleh tentara China.
Sejak munculnya putusan itu, sentimen anti-Barat di Negeri Tirai Bambu meningkat drastis. seorang pria di Kota Dalian menyerang penumpang di kereta bawah tanah karena menggunakan sepatu merek Nike. Si pelaku pemukulan menuding korban simpatisan Amerika Serikat. Nike adalah sepatu olah raga buatan AS. Dilaporkan pula ratusan warga China sengaja merusak ponsel besutan AS, iPhone 6 di beberapa kota.
Warga China kini keranjingan hancurkan iPhone
Dampak keputusan Pengadilan Arbitrase Internasional yang menyatakan China tak memiliki hak atas hukum laut China Selatan (LCS) ternyata berpengaruh pada dunia gadget Negeri Tirai Bambu.
Ya, tanggal 20 Juli kemarin banyak warga China yang ramai-ramai membanting iPhone mereka untuk mengkritik keputusan Pengadilan Arbitrase itu. Mengapa iPhone?
iPhone dianggap sebagai produk yang paling bisa menyalurkan kebencian warga China terhadap Filipina yang gugatannya atas perairan di LCS yang menjadi sengketa dengan China. Ya, iPhone adalah produk buatan Amerika Serikat yang notabene adalah sekutu Filipina yang juga diklaim ikut campur dalam masalah LCS.
Mengatasnamakan patriotisme, banyak warga China yang akhir-akhir ini ramai memvideokan aksi mereka membanting dan memecahkan iPhone lalu mengunggah video itu ke sosial media.
Berikut videonya:
Â
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Responden mengharapkan bentuk kerja sama dengan negara Asean sebanyak 47,0 persen untuk membuat aliansi Pertahanan.
Baca SelengkapnyaAksi Manila ini sering memicu konflik terbuka dengan penjaga pantai China.
Baca SelengkapnyaChina benar-benar nekat membangun pangkalan udara di sana.
Baca SelengkapnyaKonflik Laut China Selatan kembali memanas. Kapal China Coast Guard menembakkan meriam air dan memblokade kapal Filipina.
Baca SelengkapnyaMiliter Filipina dan China kembali memanas di Laut China Selatan.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi melakukan kunjungan kerja ke Filipina.
Baca SelengkapnyaTerkait masalah Laut China Selatan, pihak pemerintah China membantah pernyataan Kemenhan AS.
Baca SelengkapnyaVietnam menggelar penyelidikan terhadap panitia tur konser Blackpink di negara itu setelah ada kritikan dari fans.
Baca SelengkapnyaPeristiwa pengusiran ini terjadi di Laut Natuna Utara, pada Senin (21/10).
Baca SelengkapnyaTema debat berkaitan dengan pertahanan, keamanan, hubungan internasional dan geopolitik.
Baca SelengkapnyaPerusahaan raksasa dunia yang lain bisa melihat ini menjadi celah atau dipandang sebagai buruknya tata kelola birokrasi di Indonesia.
Baca Selengkapnya"Perlu kehati-hatian dalam menangani konflik dan menyikapi dinamika situasi yang berkembang," kata Menko Polhukam
Baca Selengkapnya