5 Mantan Pejabat Tinggi AS Beberkan Keburukan Donald Trump
Merdeka.com - Baru-baru ini, mantan menteri luar negeri Amerika Serikat (AS), Rex Tillerson, mengatakan Donald Trump sulit diarahkan. Presiden Negeri Paman Sam itu dianggap sering bertindak semuanya sendiri.
Tillerson, menguak hal itu dalam sebuah wawancara yang jarang terjadi dengan outlet media televisi, Jumat 7 Desember.
Ia mengaku berulang kali harus memberi tahu sang miliarder nyentrik bahwa apa yang ingin dilakukannya tidak mungkin terlaksana karena melanggar hukum atau perjanjian internasional.
-
Apa yang terjadi pada Donald Trump? Mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump ditembak. Peristiwa tersebut terjadi kala Trump sedang kampanye Pilpres AS di depan pada pendukungnya di Butler, Pennsylvania, Amerika Serikat, pada Sabtu (14/7).
-
Siapa yang meramalkan Trump? Ramalannya itu dilakukan oleh seorang paranormal bernama Paula Roberts yang disiarkan oleh Fox News pada Januari lalu.
-
Apa yang diramalkan tentang Donald Trump? Roberts menunjukkan bahwa Trump mungkin lebih fokus pada kekalahannya di masa lalu dibandingkan peluang yang ada saat ini. Maksudnya adalah Trump diramalkan bakal kalah di pemilu presiden tahun ini.
-
Kenapa 'Presiden' trending topik? Acara ini menarik perhatian banyak warganet, dan di platform X atau Twitter, kata kunci 'Presiden' menjadi trending topic dengan ribuan komentar mengenai program kerja Prabowo-Gibran serta ucapan selamat.
-
Siapa yang digugat Trump? Gugatan yang diajukan oleh Trump Media di 24 Maret ditujukan kepada Andy Litinsky dan Wes Moss, dua mantan kontestan reality show Trump yang kemudian menjadi salah satu pendiri calon dari Partai Republik untuk perusahaan teknologi Presiden.
-
Siapa pendiri Kementerian Luar Negeri? Teuku Mohammad Hadi Thayeb, Pendiri Kemlu yang Pernah Menjabat Jadi Gubernur Aceh Putra Aceh yang pernah menjadi diplomat RI serta tokoh di balik berdirinya Kementerian Luar Negeri (Kemlu) ini sangat menginspirasi banyak orang.
Mantan CEO Exxon itu menyebut Trump sebagai "seorang pria yang sangat tidak disiplin, tidak suka membaca, tidak mengindahkan arahan, tidak suka masuk ke rincian tentang banyak hal". Donald Trump hanya percaya dengan apa yang diyakininya.
Sebelumnya, Tillerson dipecat dari jabatan menlu via kicauan Trump di Twitter. Pemecatan itu menyudahi 13 bulan jabatan canggung, yang kerap diterpa isu miring tentang perselisihan di antara keduanya.
Bukan hanya Tillerson, ada beberapa eks pejabat lainnya yang turut mengkritik kebijakan Donald Trump, dan bahkan tidak jarang berani mengungkap sebagian boroknya.
Biasanya, Trump akan membalas dengan kemarahan yang meluap di Twitter, yang seringkali didasarkan pada keyakinannya pribadi, tanpa melalui konsultasi dengan para penasihat pemerintahannya.
Berikut adalah empat eks pejabat AS yang berani mengkritik dan juga mengungkap kebobrokan dalam pemerintahan Donald Trump. Dirangkum dari beberapa sumber:
*Mantan Penasihat, Sebastian Gorka
Mantan penasihat Donald Trump, Sebastian Gorka, mengatakan pada akhir tahun lalu, bahwa presiden Amerika Serikat (AS) dapat mendukung kemerdekaan Skotlandia pada referendum masa depan, jika diperkirakan masuk akal secara ekonomi.
Gorka, yang bekerja di Gedung Putih hingga Agustus 2017, mengatakan kepada kantor berita BBC, Trump "percaya bahwa setiap negara akan makmur ketika mereka berdaulat".
Namun, hal itu segera ditepis oleh Gedung Putih, yang mengatakan bahwa AS sangat menghormati Kerajaan Britania Raya. Adapun "rasa cinta melimpah" yang ditunjukkan Trump kepada Skotlandia, tidak lebih karena garis keluarga ibunya berasal dari wilayah setempat.
*Eks Wakil Jaksa Agung, Sally Yates
Mantan Wakil Jaksa Agung Sally Yates sempat mengatakan bahwa Donald Trump telah melakukan "serangan terhadap aturan hukum ke tingkat yang baru", dengan menuntut Kementerian Kehakiman (DOJ) terlibat dugaan pelanggaran dalam penyelidikan terhadap kampanye presidennya pada 2016 lalu.
"Saya pikir apa yang kami lihat di sini adalah presiden telah melakukan serangan habis-habisan terhadap aturan hukum ke tingkat yang baru, dan kali ini dia memerintahkan investigasi terhadap para penyelidik yang memeriksa kampanyenya sendiri. Anda tahu, itu benar-benar mengejutkan," ujar Yates, yang dipecat pada 2017 karena mengkritik keengganan Trump dalam melawat beberapa negara yang mayoritas penduduknya muslim.
*Mantan Direktur FBI James Comey
Sejak hari-hari pertamanya menjabat sebagai presiden AS, Donald Trump berulang kali menekan kepala FBI kala itu, James B. Comey, untuk menyatakan kesetiaan terhadap pemerintahannya.
Comey mengatakan bahwa Trump berulang kali mendesak dirinya untuk mencabut agenda penyelidikan terhadap salah seorang penasihat pemerintah.
Dalam kesaksian tertulisnya apda Komite Intelijen Senat, Comey menyebut Trump terus melakukan panggilan terhadapnya, baik via telepon ataupun pertemuan canggung selama berbulan-bulan.
Salah seorang sumber anonim di Gedung Putih, mengatakan bahwa ketika keduanya tidak menemukan titik temu, Trump dengan singkat menyatakan pemecatan Comey dalam sebuah jamuan makan malam, yang disebutnya sangat menegangkan.
*Eks Asisten Omarosa Manigault Newman
Dalam memoarnya, mantan asisten Donald Trump di Gedung Putih, Omarosa Manigault Newman, mengatakan bahwa sang presiden adalah seorang rasis, yang berulang kali menyebut "kata-N", di mana merujuk pada pandangan merendahkan terhadap masyarakat kulit hitam.
Omarosa juga mengklaim bahwa dia secara pribadi menyaksikan Trump menggunakan julukan rasial tentang suami konselor Gedung Putih Kellyanne Conway, George Conway, yang setengah keturunaan Filipina.
"Apakah Anda melihat artikel George Conway ini?" Dia mengutip kata-kata presiden. “F ** ing FLIP! Tidak loyal! Sialan Goo-goo. "
Baik "flip" dan "goo-goo" adalah istilah-istilah pelecehan rasial bagi orang Filipina.
Reporter: Happy Ferdian Syah Utomo
Sumber: Liputan6.com (mdk/ian)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Terdapat lima aspek utama yang perlu diperhatikan terkait kebijakan ekonomi dan politik di bawah kepemimpinan Trump.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani menjelaskan bahwa Trump merupakan sosok yang dikenal proteksionisme dalam melindungi neraca dagang negaranya.
Baca SelengkapnyaBiden resmi mengumumkan mundur dari konstestasi Pilpres AS dan mendukung Kamala Harris. Dia beralasan, ingin fokus pada tugas-tugasnya di sisa masa jabatan.
Baca SelengkapnyaTrump sering kali menekankan prinsip "America First".
Baca SelengkapnyaKekhawatiran bagi Indonesia karena sikap proteksi Donald Trump terhadap perdagangan internasional.
Baca SelengkapnyaDaftar Terbaru Ranking Presiden AS Dirilis, Siapa Terburuk dan Terbaik?
Baca SelengkapnyaSebagian orang AS yang takut jika Trump kembali menjabat sebagai presiden.
Baca SelengkapnyaTrump hari ini mendeklarasikan kemenangan setelah mengalahkan Kamala Harris dalam pilpres AS.
Baca SelengkapnyaKedua capres justru melenceng dan saling menyerang rivalnya dengan pernyataan yang berkelok-kelok.
Baca SelengkapnyaSelain karena akan merusak proses pemulihan ekonomi China, pengenaan tarif impor 60 persen juga berpotensi biaya hidup di Amerika Serikat bakal melonjak.
Baca SelengkapnyaElon Musk bisa mendapat keuntungan besar jika Trump kembali menjadi Presiden, dari pajak rendah hingga kontrak pemerintah.
Baca SelengkapnyaPerbedaan tersebut tidak terlepas dari latar belakang Trump yang berasal dari Partai Republik, yang memiliki pendekatan berbeda dengan Presiden Joe Biden.
Baca Selengkapnya