Adopsi anak cacat mental dan fisik, wanita ini malah dihukum
Merdeka.com - Kebaikan mungkin tidak selalu dihargai. Sebagaimana terjadi di China, ketika pejabat setempat malah menghukum seorang nenek yang suka merawat anak-anak cacat.
Kong Zhenian, 65, telah merawat anak-anak telantar dengan cacat fisik dan mental selama 40 tahun terakhir. Wanita itu kini tinggal di daerah pedesaan Jiu Jiu di Provinsi Shanxi, utara China.
"Saya menemukan anak (pertama) di pinggir jalan," kata Kong, "Dia tampaknya baru saja ditinggalkan di sana dan saya merasa sangat kasihan padanya. Jadi saya harus melakukan sesuatu untuknya."
-
Apa kondisi yang dialami wanita China itu? Berdasarkan laporan dari SCMP pada Minggu (27/10/2024), wanita yang hanya dikenal sebagai Li mendapati dirinya mendadak tidak responsif, sehingga ia tidak bisa makan, minum, bergerak, atau berkomunikasi.
-
Apa penyakit keterbelakangan mental itu? Keterbelakangan mental merupakan suatu kondisi medis yang memengaruhi fungsi intelektual dan keterampilan adaptif seseorang.
-
Kenapa wanita itu mengalami kondisi seperti itu? Wanita yang berasal dari Provinsi Henan itu diketahui telah ditegur oleh atasannya sebulan sebelumnya, yang mengakibatkan ia mengalami perasaan tidak bahagia yang berkepanjangan.
-
Kenapa anak bisa mengalami keterbelakangan mental? Penyakit ini dapat menyebabkan seorang anak belajar dan berkembang lebih lambat dibandingkan anak lain seusianya. Mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk belajar berbicara, berjalan, berpakaian, atau makan tanpa bantuan, dan biasanya akan mengalami kesulitan saat belajar di sekolah.
-
Kenapa ibu di Tiongkok ini alami serangan jantung dan stroke? Seorang ibu di Tiongkok yang mengalami stres dilaporkan menderita serangan jantung dan stroke. Hal itu diduga akibat perasaan emosi berlebihan saat membantu putranya mengerjakan pekerjaan rumah, khususnya mata pelajaran matematika.
-
Kapan anak mengalami keterbelakangan mental? Penyakit ini dapat memengaruhi individu sejak usia dini dan memberikan dampak signifikan pada perkembangan kognitif, sosial, dan emosional mereka.
Tanpa pikir panjang, Kong kemudian membawa anak itu bersamanya. Sejak itu, dia tidak pernah berhenti untuk membantu anak-anak yang ditelantarkan, khususnya yang menderita cacat fisik dan mental.
"Saya sekarang telah mengangkat 39 anak," tambahnya.
Semua anak asuh Kong memiliki masalah, baik secara fisik maupun mental. Namun pada kenyataannya, sebagian besar dari mereka, menurut dia, menderita karena kelalaian orang tua. Biaya untuk mengurus anak-anak itu tentu tidak murah. Tetapi, Kong dan anak-anak asuhnya mengaku bisa menangani itu dengan baik.
Photos by Austrian Times
Karena kasih sayang Kong, beberapa anak bahkan telah melanjutkan studi hingga ke universitas dan menemukan pekerjaan yang layak. "Yang tertua sekarang berusia 27 dan sudah hidup mandiri," jelasnya. "Yang termuda baru berusia satu bulan. Enam dari mereka telah pergi ke universitas dan dua lainnya sudah diterima di sekolah kejuruan."
Bukannya diberi penghargaan, pemerintah daerah malah menghukum Kong. Dia dianggap telah melanggar undang-undang adopsi yang ketat di China, yang hanya memungkinkan untuk mangadopsi maksimal tiga anak per keluarga.
Mereka pun memutuskan untuk menghukumnya dengan menyita 8.000 meter persegi tanah milik Kong dan suaminya, serta memotong semua bantuan keuangan untuknya. Meskipun hukuman itu telah menghancurkan hidupnya, Kong tak ingin berkecil hati. "Meskipun ini sulit, saya akan tetap melanjutkannya," tegasnya.
Kong berani mengatakan itu karena hingga sekarang masih banyak orang berhati baik yang ikut menolongnya untuk merawat anak-anak asuhnya. Mereka telah menyumbangkan uang, pakaian dan makanan mereka kepadanya. Dan anak asuhnya yang lebih tua juga ikut membantunya untuk mencari donasi.
"Masih ada kebaikan di dunia ini, tetapi saya khawatir apa yang akan terjadi pada anak-anak saya ketika saya meninggal," tandasnya.
Jadi, apakah Kong pantas dihukum atas apa yang telah dilakukannya? Berikan pendapat Anda di kolom komentar!
(mdk/des)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kasus itu mengemuka setelah korban berperilaku tak biasa. Kondisinya kerap gelisah dan kerap ketakutan.
Baca SelengkapnyaSeorang ibu berinisial I (39), warga Semanu, Gunungkidul, DIY, tega membunuh bayinya sendiri karena alasan faktor ekonomi.
Baca Selengkapnyakorban mengalami pelecehan seksual oleh pelaku selama kurun waktu enam bulan
Baca SelengkapnyaPemulihan psikologis dilakukan dengan koordinasi bersama Biro SDM Polda Metro Jaya.
Baca SelengkapnyaKisah seorang anak perempuan yang ditolak keluarganya setelah diusir.
Baca SelengkapnyaSelain cedera otak berat, korban mengalami patah leher akibat dianiaya pacar tantenya.
Baca SelengkapnyaSeorang ibu akhirnya laporkan anaknya kepada polisi.
Baca SelengkapnyaMereka meninggalkan bayinya di depan rumah dan menyisipkan sepucuk surat yang memohon agar sang bayi tidak diserahkan kepada orang lain.
Baca SelengkapnyaPelaku mengakui pada penyidik jika apa yang dilakukannya, yaitu memberikan obat jenis Deksametason dan Pronicy pada bayi adalah hal yang biasa dikalangan teman.
Baca SelengkapnyaSaat ini polisi masih memeriksa kondisi kejiwaan pelaku.
Baca SelengkapnyaVideo anak perempuan diikat rantai pada bagian leher dengan luka lebam di wajah itu viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaR (22) ibu mencabuli anak kandung dinyatakan dalam kondisi sehat baik secara fisik maupun mental.
Baca Selengkapnya