Aksi Represif China Hadapi Massa Demonstran Hong Kong
Merdeka.com - Demo Hong Kong tak kunjung usai. Tingkah demonstran semakin tak terkontrol. Mereka mulai merusak fasilitas negara hingga memboikot Bandara Internasional Hong Kong. Menanggapi masalah ini, China tak tinggal diam. China ikut mencari cara untuk hadapi demonstran Hong Kong.
Perlu diketahui, demo Hong Kong berawal dari dicetuskannya Rancangan Undang-undang tentang hukuman ekstradisi ke China. Masyarakat Hong Kong langsung menolak RUU tersebut dan meminta pemerintah Hong Kong untuk mencabutnya.
Berikut cara China untuk hadapi demonstran Hong Kong saat protes RUU ekstradisi:
-
Siapa yang ikut demo? Pada Minggu (17/3), warga di sepanjang Jalan Godean, tepatnya di Desa Sumberarum, Kecamatan Moyudan, Sleman, bersama satuan Jaga Warga mengadakan arak-arakan dengan membawa banner.
-
Bagaimana polisi menanggapi demo buruh? Polisi saat ini sudah melakukan rekayasa lalu lintas. Adapun, exit tol Cikarang dialihkan ke exit tol lain seperti Bekasi Barat maupun Cibitung.
-
Siapa saja yang ikut demo? Aksi demo kali ini sangat besar, melibatkan tidak hanya mahasiswa tetapi juga para komika seperti Arie Kriting dan Mamat Alkatiri yang ikut turun berdemo.
-
Apa tujuan warga demo? Dilansir dari akun Instagram @merapi_uncover, mereka mengadakan arak-arakan itu dengan tujuan 'Mberot Jalan Rusak' di sepanjang Jalan Godean.
-
Apa yang diminta oleh massa demo? Dalam aksinya, mereka mendesak DPR dan pemerintah untuk segera mengesahkan Revisi UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.
-
Apa tuntutan utama aksi demo? Reza Rahadian ikut turun ke jalan dan berorasi di depan gedung DPR RI untuk menolak RUU Pilkada dan mendukung putusan Mahkamah Konstitusi.
Menangkap Aktivis Muda Hong Kong
Aktivis muda Joshua Wong dan Agnes Chow ditangkap oleh pihak China. Kini dua aktivis itu sudah dibebaskan dengan jaminan. Pejabat pemerintah China, bersama dengan Hong Kong memutuskan untuk semakin gencar melakukan penangkapan demonstran.
Menurut anggota kabinet dan pemimpin kabinet Hong Kong, kebijakan tersebut berlaku kepada setiap warga yang secara terbuka dicap sebagai aktivis radikal.
Selain penangkapan, Beijing juga semakin pelit mengeluarkan izin kepada para demonstran. Di saat bersamaan, para pemimpin massa aksi unjuk rasa juga menolak mundur.
Politisi Hong Kong menilai, dengan dua pihak yang bersikukuh untuk bertahan maka krisis politik akan berlangsung lama, bahkan hingga 2020.
"Saya berharap kita dapat memulai proses rekonsiliasi sebelum akhir tahun ini," ujar Anggota Dewan Eksekutif Hong Kong, Ronny Tong.
Konvoi Militer ke Perbatasan Hong Kong
Salah satu media milik pemerintah China, People's Daily, menyiarkan sebuah tayangan tentang konvoi militer yang mengarah ke perbatasan Hong Kong pada Senin 12 Agustus. Konvoi militer itu terdiri dari serangkaian kendaraan lapis baja, tank, dan armada operasional lainnya.
People's Daily menyebut konvoi militer itu mengarah ke kota Shenzhen, yang berlokasi tepat di seberang perbatasan Hong Kong.
Alasan yang disertakan dalam siaran tersebut adalah untuk latihan militer, meski menurut para pengamat, Shenzhen hampir tidak pernah dijadikan lokasi kegiatan terkait.
Shenzhen adalah kota niaga yang dirancang untuk menyeimbangkan hubungan dengan Hong Kong, yang telah dikenal sebagai pusat keuangan utama Asia.
China Kecam Aksi Demo Hong Kong
China mengecam aksi demonstran Hong Kong karena menggunakan bom molotov kepada petugas kepolisian. China menyebut serangan itu sebagai tindakan radikal dan menunjukkan tanda-tanda terorisme.
"Demonstran radikal Hong Kong telah berulang kali menggunakan peralatan yang sangat berbahaya untuk menyerang polisi. Tindakan itu telah memenuhi unsur kejahatan kekerasan, dan menunjukkan tanda-tanda terorisme," kata Yang Guang, juru bicara untuk Kantor Perwakilan China untuk Urusan Hong Kong dan Makau.
"Tindakan ini mengganggu hukum Hong Kong dan ketertiban sosial," jelasnya dalam sebuah konferensi pers di Beijing.
China Siap Lindungi Kedaulatan Hong Kong
Komandan garnisun Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Hong Kong, Chen Daoxiang mengatakan siap untuk melindungi kedaulatan Hong Kong. Apalagi kondisi Hong Kong saat ini, menurutnya, mengancam kehidupan dan keselamatan warga Hong Kong.
"Kami dengan tegas mendukung tindakan mempertahankan aturan hukum Hong Kong oleh orang-orang yang mencintai bangsa dan kota".
"Kami bertekad untuk melindungi kedaulatan nasional, keamanan, stabilitas dan kemakmuran Hong Kong," kata Chen.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Massa pendukung hak angket yang geram langsung menyerang massa penolak hak angket.
Baca SelengkapnyaMassa akhirnya mundur secara perlahan dan membubarkan diri dari sekitar gedung DPR RI
Baca SelengkapnyaDi sisi kanan, massa membakar ban bekas dan melemparkan botol-botol ke arah barikade petugas yang berada di dalam kawasan Gedung DPR/MPR.
Baca SelengkapnyaSituasi sempat panas karena pendemo merangsek maju berhadapan dengan polisi.
Baca SelengkapnyaReaksi polisi kabur diskak advokat karena debat keras soal halangi bantuan hukum untuk para demonstran yang ditangkap.
Baca SelengkapnyaLemparan batu, botol, dan benda lainnya sempat mewarnai kericuhan tersebut.
Baca SelengkapnyaAksi demonstrasi di depan Gedung MPR DPR RI antara yang mendukung hak angket dan menolak ricuh.
Baca SelengkapnyaPasukan polisi anti huru-hara membuat formasi pertahanan saat massa berusaha masuk dengan merusak pagar Gedung DPR
Baca SelengkapnyaHingga malam hari, massa demonstran tolak Revisi UU Pilkada masih bertahan di depan Gedung DPR.
Baca SelengkapnyaKehadiran mereka disambut sejumlah mahasiswa yang masih bertahan di sekitar gedung DPR/MPR.
Baca SelengkapnyaKedua kubu awalnya hanya saling beradu argumen, namun situasi kian panas hingga diwarnai lemparan batu dan botol air mineral.
Baca SelengkapnyaDemonstran kini sudah sampai menutup Tol Dalam Kota tepat di depan gedung DPR, Kamis (22/8) sore.
Baca Selengkapnya