Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Aktivis Myanmar Pantang Bungkam di Tengah Ancaman Pidana dan Kekerasan Junta Militer

Aktivis Myanmar Pantang Bungkam di Tengah Ancaman Pidana dan Kekerasan Junta Militer Aksi Protes Kudeta Militer Myanmar. ©2021 REUTERS/Stringer

Merdeka.com - Sejak pihak berwenang Myanmar mulai menindak keras warga sipil yang menentang kudeta militer tiga bulan lalu, pangusaha dan kreator digital Aung Min mulai mengampanyekan dukungannya untuk gerakan pembangkangan sipil dan Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) di sejumlah platform media sosial.

Tapi bulan lalu, setelah dia didakwa pihak berwenang Myanmar di bawah UU yang melarang kritik publik terhadap kudeta, Aung Min menerima sebuah petunjuk bahwa sesuatu yang lebih buruk bisa menimpanya.

Pria 28 tahun itu mengumpulkan beberapa baju, mengemas ponsel dan laptopnya, dan menuju perbatasan Myanmar-Thailand. Dengan bantuan kawan dan pendukungnya, Aung Min yang meminta menggunakan nama samaran demi alasan keamanan, sekarang “berada di tempat aman” di Bangkok.

“Dua kawan saya didakwa dan diculik, dan kami tidak tahu di mana mereka sekarang,” jelasnya, dikutip dari South China Morning Post, Senin (3/5).

Dia mengatakan, dia memilih meninggalkan Myanmar untuk terus menggunakan “kekuatan media sosial untuk mendorong gerakan tersebut lebih jauh”.

Aung Min berada di antara sekitar 1.000 orang yang didakwa menggunakan Pasal 505 hukum pidana, termasuk sejumah influencer media sosial ternama, selebritas, figur publik, PNS, jurnalis, dan juga tenaga kesehatan yang melakukan mogok kerja untuk menentang kudeta.

Sebelum kekuasaan digulingkan, Aung Min memproduksi vlog wisata berkolaborasi dengan biro media berita Myanmar dan membentuk start up yang diinisiasi anak muda.

“Sebagai influencer dan pemuda Myanmar, saya percaya saya bertanggung jawab secara sosial untuk berdiri bersama rakyat Myanmar untuk memperjuangkan keadilan,” jelasnya kepada This Week in Asia pada Maret lalu.

“Saya menginspirasi para pemuda melalui platform saya dengan artikel dan video untuk mendorong mereka atas perjuangan mereka dan tidak menyerah sampai tujuan kia tercapai.”

Pekan lalu dia mengatakan: “Militer ingin menakuti rakyat. Tapi mereka tidak akan berhasil. Saya berencana untuk terus menyuarakan apa yang ingin saya sampaikan."

KTT darurat pada 24 April, di mana para pemimpin Asean bertemu dengan pemimpin kudeta Jenderal Senior Min Aung Hlaing untuk menyerukan diakhirinya kekerasan, tidak mengubah pendekatan kekerasan yang digunakan militer untuk melawan orang yang berbeda pendapat.

Dalam sepekan terakhir, aparat terus menindak pengunjuk rasa anti-kudeta. Bentrokan besar pecah di Myanmar utara antara pasukan pemerintah dan pemberontak etnis Kachin, dan serangan terhadap desa-desa etnis Karen di tenggara, memicu ketakutan orang-orang akan melarikan diri secara massal. melintasi perbatasan ke Thailand.

Pada Jumat, kantor kemanusiaan PBB menyampaikan secara keseluruhan, sekitar 56.000 orang terlantar akibat konflik di Myanmar tahun ini, sementara Program Pangan Dunia PBB (WFP) mengatakan krisis tersebut akan "sangat merusak kemampuan" orang-orang termiskin untuk menyediakan makanan yang cukup.

Bank Dunia memperkirakan ekonomi Myanmar bisa menyusut 10 persen tahun ini. Sementara itu, aparat keamanan terus bersikap kasar terhadap mereka yang turun ke jalan. Lebih dari 750 pengunjuk rasa tewas dalam tiga bulan terakhir.

Iklim Ketakutan

Lucas Myers dari Program Asia Wilson Center, mengatakan Pasal 505 bukanlah alat penindasan baru di Myanmar. Bahkan pasal ini digunakan oleh pemerintah Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi untuk menentang unjuk rasa mahasiswa dan jurnalis.

“Namun (sejak kudeta), junta telah mengubah Pasal 505 (A) dan (B) dan memperluas penerapan undang-undang ini agar lebih efektif membungkam dan menghukum para pengunjuk rasa dan politikus NLD,” jelasnya.

“Bahasa dalam Pasal 505 sengaja diperluas, dan secara efektif mengkriminalisasi setiap pernyataan yang tidak disukai oleh rezim,” lanjutnya, menambahkan mengubah bagian tersebut untuk memasukkan tindakan atau pernyataan yang menentang pejabat pemerintah dan personel militer, serta amandemen yang mengkriminalisasi "berita palsu”, merupakan salah satu tindakan pertama yang dilakukan oleh otoritas militer.

Menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), lebih dari 3.400 orang ditangkap tetapi tidak jelas berapa banyak di antara mereka yang ditahan berdasarkan pasal tersebut.

Philipp Annawitt, yang menjabat sebagai penasihat parlemen Myanmar dan pemerintah sipil dari 2015 hingga digulingkan, mengatakan junta “tidak dapat (mengubah pendekatan mereka) bahkan jika mereka menginginkannya”.

Dia merujuk pada pertempuran militer yang sedang berlangsung dengan kelompik etnis bersenjata, seperti Tentara Pembebasan Nasional Karen dan Tentara Kemerdekaan Kachin, yang sejak lama menuntut otonomi yang lebih luas untuk minoritas dari pemerintah pusat.

Annawitt menambahkan, saat ini militer diserang oleh milisi yang dibentuk oleh pengunjuk rasa dan aktivis yang mempersenjatai diri dan sebagian dilatih oleh organisasi etnis bersenjata,

Merujuk pada KTT Asean - di mana partai NUG tidak diundang - Annawitt mengatakan: “KTT tidak akan pernah mengarah pada terobosan karena kesepakatan bukanlah kepentingan kedua belah pihak.”

Junta perlu memproyeksikan kekuatan untuk tetap berkuasa, dan kompromi apa pun akan dilihat sebagai tanda bahwa cengkeraman kekuasaannya sedang merosot, berpotensi tidak hanya membuka kritik tetapi juga untuk digulingkan dari dalam.

Di sisi lain, anggota parlemen NLD yang digulingkan yang membentuk Komite Perwakilan Pyidaungsu Hluttaw (CRPH) perlu mempererat koalisi NUG termasuk kelompok etnis bersenjata.

Myers mengatakan gerakan unjuk rasa yang berkelanjutan, penyebaran kekerasan yang terus berlangsung oleh militer dan penolakannya untuk membebaskan tahanan politik atau bernegosiasi dengan pemerintah NLD yang digulingkan menunjukkan bahwa kecil kemungkinan junta akan menahan diri.

“Tingkat kekerasan yang luar biasa, serta tanda-tanda yang memburuk bahwa Myanmar mungkin menuju perang saudara skala penuh, berarti bahwa Tatmadaw telah melewati batas yang tidak akan dapat dengan mudah mundur,” jelasnya.

Upaya ASEAN

Sementara konsensus lima poin KTT ASEAN mengusulkan bahwa utusan ASEAN yang ditunjuk secara khusus harus diizinkan mengunjungi Myanmar dan berbicara dengan semua pihak, Min Aung Hlaing telah menjelaskan bahwa utusan tersebut hanya dapat mengunjungi Myanmar setelah militer telah berhasil "menstabilkan" negara tersebut.

Ini, menurut Myers, berarti “menghentikan unjuk rasa melalui paksaan, baik melalui hukum pidana yang mana Pasal 505 tetap menjadi alat kunci, dan dengan kekerasan”.

Menurutnya hanya sedikit aktor internasional yang memiliki pengaruh atau keinginan untuk bertindak melawan junta, yang bersedia menghadapi serangkaian sanksi yang telah diberikan pemerintah Barat terhadap para pemimpin militer dan aset bisnis yang mereka kendalikan.

Jumat lalu, Dewan Keamanan PBB secara luas memberikan dukungan mereka pada konsensus lima poin ASEAN tetapi mempermudah dua klausul demi Rusia dan China. Atas permintaan mereka, DK PBB menghapus klausul yang mengatakan “sekali lagi mengutuk keras kekerasan terhadap pengunjuk rasa damai” dan “mengulangi seruan mereka pada militer untuk menahan diri sepenuhnya”.

Menurut Annawitt, KTT ASEAN telah menempatkan Myanmar kembali dalam agenda regional dan internasional, karena kisah kudeta itu “sangat jelas hitam dan putih, baik versus jahat” dan koalisi dari semua etnis mengesampingkan perbedaan mereka untuk menentang sebuah "rezim yang sangat ilegal, kekerasan, parasit”.

Myers mengatakan, para aktivis dan rakyat Myanmar harus terus menyoroti dan melaporkan pelanggaran HAM militer untuk menekan komunitas internasional agar mengambil tindakan lebih lanjut terkait masalah tersebut.

Pekan lalu, seorang atlet renang ternama Myanmar memutuskan tidak ikut berkompetisi di Olimpiade Tokyo sebagai protes terhadap junta yang berkuasa di tanah airnya, mengatakan ikut serta akan menjadi “propaganda” bagi rezim.

“Menerima MOC (Komite Olimpiade Myanmar) seperti yang saat ini dipimpin adalah mengakui legitimasi rezim pembunuh,” tulis Win Htet Oo dalam sebuah pernyataan di Facebook pada April.

“Saya tidak akan berbaris dalam (upacara pembukaan) Parade Bangsa-bangsa di bawah bendera yang berlumuran darah rakyat saya.”

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
FOTO: Perempuan-Perempuan Tangguh Mandalay Tak Gentar Perangi Junta Militer Myanmar
FOTO: Perempuan-Perempuan Tangguh Mandalay Tak Gentar Perangi Junta Militer Myanmar

Peran para wanita dibutuhkan dalam menambah personel untuk melawan junta militer Myanmar.

Baca Selengkapnya
18 September 1988: Pemberontakan 8888 di Myanmar Berakhir Setelah Kudeta Militer Berdarah
18 September 1988: Pemberontakan 8888 di Myanmar Berakhir Setelah Kudeta Militer Berdarah

Berakhirnya pemberontakan 8888 bukan hanya tragedi kemanusiaan, tetapi juga meninggalkan jejak kelam dalam sejarah Myanmar.

Baca Selengkapnya
Viral Persekusi Mahasiswa Papua di Kupang, 5 Anggota Ormas Diperiksa Polisi
Viral Persekusi Mahasiswa Papua di Kupang, 5 Anggota Ormas Diperiksa Polisi

Aksi persekusi dan penganiayaan terhadap mahasiswa Papua yang berunjuk rasa di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) viral di media sosial.

Baca Selengkapnya
Mahfud MD Pimpin Sidang APSC, Soroti Isu Perdagangan Orang hingga Konflik Myanmar
Mahfud MD Pimpin Sidang APSC, Soroti Isu Perdagangan Orang hingga Konflik Myanmar

Hal itu disampaikan Mahfud saat sidang sidang ke-27 ASEAN Political Security Community (APSC) Council, di Sekretariat ASEAN, Jakarta (4/9).

Baca Selengkapnya
AJI Desak Polisi Usut Tuntas Penyerangan Jurnalis saat Ricuh Diskusi Generasi Muda Partai Golkar
AJI Desak Polisi Usut Tuntas Penyerangan Jurnalis saat Ricuh Diskusi Generasi Muda Partai Golkar

Ketua AJI Jakarta, Afwan Purwanto mengatakan kasus kali ini merupakan kasus kekerasan terhadap jurnalis yang terus berulang menjelang tahun politik 2024.

Baca Selengkapnya
Buruh Demo Lagi di Kawasan Patung Kuda Desak UU Ciptaker Dicabut, Ribuan Personel Gabungan Siaga
Buruh Demo Lagi di Kawasan Patung Kuda Desak UU Ciptaker Dicabut, Ribuan Personel Gabungan Siaga

Adapun aksi ini akan dipimpin langsung oleh Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal bersama pimpinan serikat pekerja atau serikat buruh

Baca Selengkapnya
FOTO: Aliansi Mahasiswa Provinsi Banten Gelar Aksi Mimbar Rakyat untuk Selamatkan Demokrasi  dari Politik Dinasti
FOTO: Aliansi Mahasiswa Provinsi Banten Gelar Aksi Mimbar Rakyat untuk Selamatkan Demokrasi dari Politik Dinasti

Aliansi Mahasiswa Provinsi Banten (AMPB) menggelar mimbar rakyat di kampus Universitas Yuppentek Indonesia, Tangerang, Banten, Kamis (21/12/2023).

Baca Selengkapnya
Wartawan Dikeroyok dan Ditabrak Motor di Ancol, Enam Pelaku Diringkus Polisi
Wartawan Dikeroyok dan Ditabrak Motor di Ancol, Enam Pelaku Diringkus Polisi

Polisi menangkap enam pelaku pengeroyokan terhadap seorang wartawan berinisial MS.

Baca Selengkapnya
FOTO: Aktivis 98 Gelar Mimbar Rakyat di UNJ, Terbitkan Maklumat Tolak Kembalinya Orba dan Politik Dinasti
FOTO: Aktivis 98 Gelar Mimbar Rakyat di UNJ, Terbitkan Maklumat Tolak Kembalinya Orba dan Politik Dinasti

Maklumat Bersama Aktivis 98 dikeluarkan menjelang peringatan 26 tahun reformasi.

Baca Selengkapnya
Aksi Mahasiswa Aceh Usir Paksa Pengungsi Rohingya dari Tempat Penampungan Sementara
Aksi Mahasiswa Aceh Usir Paksa Pengungsi Rohingya dari Tempat Penampungan Sementara

Mahasiswa memaksa pengungsi naik ke truk yang telah disediakan. Semua barang milik pengungsi ikut diangkut

Baca Selengkapnya
DPR Usulkan ke AIPA Bentuk Satuan Tugas Bantu Demokratisasi di Myanmar
DPR Usulkan ke AIPA Bentuk Satuan Tugas Bantu Demokratisasi di Myanmar

DPR RI mengusulkan Asean Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) membentuk satuan tugas untuk membantu demokratisasi di Myanmar

Baca Selengkapnya
Polisi Datangi TKP Ricuh Diskusi Generasi Muda Golkar: Tidak Boleh Ada Keributan, Jelas!
Polisi Datangi TKP Ricuh Diskusi Generasi Muda Golkar: Tidak Boleh Ada Keributan, Jelas!

Massa mengatasnamakan kader Golkar datang sekira pukul 14.00 Wib. Tidak berselang lama kemudian, terjadi kericuhan.

Baca Selengkapnya