Anak-anak ISIS, Akankah Mereka Jadi Bom Waktu?
Merdeka.com - Anak-anak itu belum masuk usia sekolah ketika orangtua membawa mereka ke Irak dan Suriah untuk bergabung dengan Kekhalifahan ISIS. Ribuan lainnya bahkan baru lahir di Irak dan Suriah.
Anak-anak dari ISIS menjadi yang paling rentan nasibnya setelah kelompok militan itu kalah di Irak dan Suriah. Saat ini masih ada lebih dari 40.000 lebih militan asing dan keluarga mereka yang datang dari 80 negara untuk mendukung ISIS. Sebagian dari mereka kini ditahan di kamp dan penjara di seantero Suriah, Irak, dan Libya.
"Apa yang sudah diperbuat anak-anak ini?" tanya Fabrizio Carboni, pejabat Palang Merah setelah menyaksikan langsung penderitaan mereka ketika mengunjungi kamp Al Hol di Suriah, seperti dilansir laman the New York Times, Kamis (9/5).
-
Bagaimana anak-anak dikorbankan? 76 anak-anak itu dibelah dadanya dan dalam keadaan telanjang dengan pakaian berada di sampingnya. Dada mereka telah dipotong terbuka dari tulang selangka hingga ke tulang dada. Tulang rusuk mereka dipaksa terbuka, yang kemungkinan untuk mendapatkan akses ke jantung mereka.
-
Siapa yang mengorbankan anak-anak? Sebagai pusat kekuasaan utama di Mesoamerika pra-Hispanik, Chichén Itzá terkenal dengan tradisi berdarahnya, penduduk masa ini juga mengorbankan kerabat termasuk saudara kandung khususnya laki-laki.
-
Mengapa anak-anak dikorbankan? Pemakaman anak-anak di gundukan ini mungkin merupakan persembahan untuk memberi energi pada ladang,' kata Prieto, seperti dikutip Live Science.
-
Kenapa anak-anak dikorbankan? Arkeolog Ungkap 1000 Tahun Lalu Ratusan Anak Jadi Tumbal Pengorbanan untuk Dewa Hujan, Ternyata Ini Tujuannya atau dikorbankan untuk mendukung siklus pertanian jagung dan sebagai korban persembahan kepada dewa hujan oleh penduduk pada masa kejayaan Chichén Itza .
-
Dimana anak-anak dikorbankan? Sejauh ini, para peneliti baru bisa mengidentifikasi sisa-sisa 64 anak dari total 106 anak yang ditemukan pada 1967, di sebuah tangki air bawah tanah yang dikenal sebagai chultun, di situs Chichén Itzá, Meksiko Selatan.
Sejumlah pemerintah negara asing juga kini masih kerepotan dengan apa yang harus diperbuat terhadap anak-anak itu.
Menurut para ahli, ISIS memperalat anak-anak untuk menjadi mata-mata, tukang masak dan pembawa bom. Mereka juga kadang harus ikut bertempur dan menjadi pengebom bunuh diri. Dalam sebuah video propaganda bahkan anak-anak itu disuruh memenggal kepala dan menembak tahanan.
Sebagian dari mereka sudah terdoktrin selama beberapa tahun dan mendapat pelatihan militer.
"Mereka menjadi korban keadaan karena harus melakukan apa yang bukan kemauan mereka," ujar Peter Neumann, direktur Pusat Internasional Studi Radikalisasi di King's College London.
©REUTERS/Rodi SaidMemikirkan apa yang harus dilakukan terhadap anak-anak itu saja sudah sedemikian rumit, terlebih lagi apa yang harus diperbuat terhadap kaum wanita dan pria.
Saat ini ada sedikitnya 13.000 militan asing ISIS yang ditahan di Suriah, termasuk 12.000 perempuan dan anak-anak. Angka itu tidak termasuk 31.000 perempuan Irak dan anak-anak yang ditahan di sana. Sebanyak 1.400 lainnya ditahan di Irak.
Tapi hanya ada sedikit negara, termasuk Rusia, Kosovo, Kazakhstan, Indonesia, dan Prancis, yang bersedia memulangkan warganya.
Di tengah kondisi sesak di kamp penampungan di sebelah timur Suriah, istri dan anak-anak ISIS mengalami kekurangan gizi dan sakit. Milisi lokal yang mengelola kamp mengatakan mereka tidak bisa lagi menahan warga asing itu selamanya.
Di sepanjang perbatasan Irak, pemerintah lokal menerapkan hukuman keras kepada mereka yang dituduh anggota ISIS. Mereka dihukum mati dalam pengadilan yang hanya berlangsung lima menit saja.
"Memangnya politisi mana yang memutuskan mau mengembalikan mereka tapi dua tahun kemudian mereka akan meledakkan diri?" kata Lorenzo Vidino, direktur Universitas George Washington Program Ekstremisme.
Faktanya, kata Vidino, sejumlah ekstremis yang kembali ke negaranya melancarkan serangan bom bunuh diri. Setidaknya satu pengebom bunuh diri di Sri Lanka saat Minggu Paskah adalah orang yang pernah mendapat pelatihan ISIS di Suriah.
Sejumlah negara, seperti Inggris dan Asutralia sudah mencabut kewarganegaraan mereka yang diduga bergabung dengan ISIS di luar negeri. Mereka dan anak-anaknya terabaikan di kamp penahanan tanpa dakwaan dan tidak punya kewarganegaraan. Inggris saat ini sudah membatalkan lebih dari 150 paspor, kata Menteri Dalam Negeri Sajid Javid.
Dari catatan sejarah, militan yang mendapat pengalaman dari satu kelompok ekstremis akan menurunkan pengalamannya itu kepada keturunannya, kata Seamus hughes, wakil direktur Universitas George Washington Program Ekstremisme.
Ahli mengatakan membawa pulang anggota ISIS ke negara asal mereka dan menjalankan program pengawasan jauh lebih baik di banyak negara dan lebih manusiawi ketimbang mengabaikan mereka di gurun atau menyerahkan mereka kepada sistem peradilan di Irak.
"Mereka adalah warga kalian, mau baik atau buruk, kalian bertanggung jawab atas kekacauan yang mereka perbuat," kata Tanya Mehra, peneliti dari Pusat Internasional Kontra-Terorisme di The Hague.
"Kalau kalian mengabaikan mereka di sana kemudian mereka tidak terlacak, cepat atau lambat mereka akan kembali dan kalian tidak akan tahu apa yang bisa mereka lakukan," kata Mehra. "Setidaknya jika mereka dipulangkan itu akan meminimalkan risiko."
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Densus 88 mengungkapkan awal mula terduga teroris remaja berinisial HOK terpapar ideologi ISIS hingga berujung keinginan melakukan bom bunuh diri
Baca SelengkapnyaAswin mengatakan, HOK menjadi salah satu simpatisan ISIS. HOK berbaiat dengan ISIS melalui media sosial
Baca SelengkapnyaTim Densus 88 Polri sedang mengusut proses rekrutmen jaringan terorisme melalui media sosial.
Baca SelengkapnyaViral video seorang Ibu doktrin anak-anaknya yang masih kecil benci dan siap membunuh orang lain di Gaza. Ini selengkapnya.
Baca SelengkapnyaHanya sekitar tujuh bulan sejak terpapar paham radikal dari media sosial, HOK sudah nekat mempelajari cara peracikan bahan peledak.
Baca SelengkapnyaHOK membeli bahan peledak memakai uang jajan dari orangtuanya
Baca SelengkapnyaPelaku merupakan anggota kelompok Daulah Islamiyah yang masih terafiliasi dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Baca SelengkapnyaPelajar berinisial HOK itu merupakan pendukung Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yang masuk dalam jaringan teroris Daulah Islamiyah.
Baca SelengkapnyaViral Video Dua Bocah Palestina Ditembak Mati Sniper Israel di Tepi Barat
Baca SelengkapnyaDensus menangkap HOK saat hendak membuang bahan peledak yang telah dibelinya.
Baca SelengkapnyaSejumlah kesaksian dari warga dan dokter di Gaza serta bukti siaran televisi membenarkan tindakan tentara Israel itu.
Baca SelengkapnyaHasil scan X-ray menunjukkan peluru bersarang di kepala dan dada anak-anak tak berdosa tersebut.
Baca Selengkapnya