Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ancaman Virus Corona yang Mencekam di Pengungsian Rohingya

Ancaman Virus Corona yang Mencekam di Pengungsian Rohingya pengungsi rohingya di penampungan kutupalong bangladesh. ©Adam Dean for The New York Times

Merdeka.com - Di tengah kondisi yang serba sulit, warga Rohingya yang berada di kamp pengungsian menjadi populasi yang paling rentan atas wabah virus corona. Ada sekitar satu juta pengungsi yang tinggal di kamp-kamp padat dan sempit di wilayah Cox's Bazar Bangladesh.

Sejak 2017, Cox's Bazar menjadi lokasi utama pengungsian warga Rohingya yang kabur dari kekerasan aparat militer Myanmar. Para ahli menyatakan, kamp-kamp itu menjadi tempat subur tumbuhnya berbagai penyakit.

Saat masyarakat dianjurkan WHO untuk melakukan physical distancing hingga 2 meter untuk mencegah penyebaran virus corona, jarak 2 meter itu adalah jalur paling lebar di Kutapalong, kamp pengungsi terbesar di dunia dengan 600.000 orang Rohingya. Jalur itu satu-satunya jalan yang dilalui semua orang di pengungsian untuk mencari makanan dan bahan bakar setiap hari.

Demikian juga masker dan pembersih tangan antiseptik yang hampir tidak pernah terlihat di kamp-kamp tersebut. Tempat tinggal sementara dengan luas hampir 10 meter persegi diisi penuh sesak hingga 12 orang.

"Anda bahkan dapat mendengar tetangga tetangga bernapas," kata seorang pekerja bantuan seperti dikutip Aljazeera, Kamis (26/3).

Jarak Sosial yang Tidak Mungkin

Paul Brockman, Kepala relawan 'Dokter Tanpa Batas' atau Medecins Sans Frontieres menyatakan, hampir tidak mungkin memenuhi anjuran ideal untuk menjaga jarak demi mencegah penyebaran Covid-19.

"Skala tantangannya sangat besar. Populasi yang rentan seperti Rohingya kemungkinan akan terpengaruh secara tidak proporsional oleh Covid-19," katanya.

Sejauh ini, Bangladesh hanya melaporkan sedikit kematian akibat virus corona dan kurang dari 50 kasus positif. Tetapi angka ini diyakini para ahli bukan angka yang sesungguhnya di masyarakat.

Yang memperburuk dan mengkhawatirkan, para pengungsi Rohingya itu hampir tidak tahu bagaimana mencegah penyakit ini karena pemerintah memutuskan sebagian besar akses mereka ke internet sejak akhir tahun lalu. Mereka tidak cukup mendapat informasi dari dunia luar.

Apalagi, akhir pekan lalu sebuah keluarga Rohingya yang baru kembali dari India dikarantina di pusat transit PBB untuk pengujian tes corona. Sang tetangga, seorang wanita Bangladesh di Cox's Bazar juga dinyatakan positif mengidap virus corona.

"Kami sangat khawatir. Jika virus sampai di sini, itu akan menyebar seperti api," kata pemimpin komunitas Rohingya, Mohammad Jubayer.

"Banyak bantuan dan pekerja masyarakat setempat memasuki kamp setiap hari. Beberapa orang diaspora Rohingya juga telah kembali dalam beberapa hari terakhir. Mereka mungkin membawa virus," katanya.

Seorang warga kamp lainnya, Lokman Hakim (50) menyatakan keprihatinan mendalam tentang kurangnya tindakan pencegahan di kamp. "Kami telah menerima sabun dan disuruh mencuci tangan. Dan itu saja," keluhnya.

Pasrah

Tokoh masyarakat lainnya, Sayed Ullah, mengatakan ada banyak ketidaktahuan dan informasi yang salah tentang virus corona di kalangan pengungsi. Semuanya diakibatkan penutupan akses internet oleh pemerintah Bangladesh.

"Sebagian besar dari kita tidak tahu tentang penyakit ini. Orang-orang hanya mendengar bahwa itu telah membunuh banyak orang. Kami tidak memiliki internet untuk mengetahui apa yang terjadi," katanya.

"Kami mengandalkan rahmat Allah," tambahnya.

PBB, yang telah menggunakan sukarelawan dan pekerja bantuan untuk meluncurkan kampanye cuci tangan dan kebersihan di kamp-kamp, telah mendesak pemerintah untuk memulihkan layanan internet.

"Intervensi kesehatan yang menyelamatkan jiwa membutuhkan komunikasi yang cepat dan efektif," kata Louise Donovan, juru bicara PBB di kamp-kamp tersebut.

"Komunikasi adalah kunci untuk manajemen situasi ini tepat waktu dan efektif," katanya kepada AFP.

Kantor komisioner pengungsi Bangladesh menolak mengatakan apakah pihak berwenang akan memulihkan internet. Sebelumnya mereka telah memotong akses luar ke 34 kamp pengungsi.

"Kami telah meminimalkan kegiatan bantuan di kamp-kamp. Hanya makanan, kesehatan, dan pekerjaan yang berhubungan dengan hukum akan berlanjut," kata Bimol Chakma, seorang pejabat dari kantor komisioner.

Sementara itu, orang-orang Rohingya yang tinggal di negara-negara yang dilanda virus corona telah berusaha memperingatkan orang-orang di kamp melalui panggilan telepon dari luar negeri.

Banyak ekspatriat Rohingya telah kembali ke kamp tanpa disaring. "Jika mereka membawa virus dan bergaul dengan orang banyak, itu akan menjadi pembantaian lain, jauh lebih besar dari apa yang terjadi pada tahun 2017," kata aktivis Mojib Ullah yang bermarkas di Australia, merujuk pada tindakan keras mematikan di Myanmar yang menurut para penyelidik PBB adalah genosida.

(mdk/bal)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Melihat Kutupalong di Bangladesh, Lahan Hutan yang Dibuka Pemerintah untuk Pengungsi Etnis Rohingya
Melihat Kutupalong di Bangladesh, Lahan Hutan yang Dibuka Pemerintah untuk Pengungsi Etnis Rohingya

Tak tanggung-tanggung, ribuan hektar disediakan Bangladesh untuk para pengungsi.

Baca Selengkapnya
10.000 Tenda Pengungsi di Gaza Hanyut Terbawa Hujan Deras dan Diterbangkan Angin Kencang, Anak-Anak Kelaparan dan Penyakit Merajalela
10.000 Tenda Pengungsi di Gaza Hanyut Terbawa Hujan Deras dan Diterbangkan Angin Kencang, Anak-Anak Kelaparan dan Penyakit Merajalela

Hujan deras dan angin kencang melanda Gaza pada Senin (25/11) malam.

Baca Selengkapnya
Apa Itu Rohingya dan Penyebab Konfliknya, Perlu Diketahui
Apa Itu Rohingya dan Penyebab Konfliknya, Perlu Diketahui

Konflik Rohingya termasuk kejahatan genosida yang menelantarkan banyak orang.

Baca Selengkapnya
FOTO: Nestapa Pengungsi Palestina di Jalur Gaza Terkepung Genangan Banjir
FOTO: Nestapa Pengungsi Palestina di Jalur Gaza Terkepung Genangan Banjir

Guyuran hujan lebat menambah penderitaan warga Palestina yang mengungsi di Rafah, Jalur Gaza selatan.

Baca Selengkapnya
Penyakit Kulit Merajalela di Gaza, Warga Palestina Hidup dengan Air Kotor, Serangga dan Sampah
Penyakit Kulit Merajalela di Gaza, Warga Palestina Hidup dengan Air Kotor, Serangga dan Sampah

Penyakit Kulit Merajalela di Gaza, Warga Palestina Hidup dengan Air Kotor, Serangga dan Sampah

Baca Selengkapnya
FOTO: Setahun Genosida Israel, Begini Kondisi Menyedihkan Pengungsi Palestina di Khan Yunis
FOTO: Setahun Genosida Israel, Begini Kondisi Menyedihkan Pengungsi Palestina di Khan Yunis

Genosida terbaru yang dilancarkan Israel ke Jalur Gaza kini genap setahun. Setidaknya 41.788 orang di Jalur Gaza tewas dalam agresi militer tersebut.

Baca Selengkapnya
Ratusan Warga Aceh Barat Tolak Kedatangan 69 Warga Etnis Rohingya
Ratusan Warga Aceh Barat Tolak Kedatangan 69 Warga Etnis Rohingya

Polisi menjelaskan aksi warga itu karena masyarakat menolak desa mereka ditempatkan etnis Rohingya.

Baca Selengkapnya
Mati Pelan-Pelan, Nestapa Warga Gaza Tinggal Bersama Sampah dan Tikus di Pengungsian
Mati Pelan-Pelan, Nestapa Warga Gaza Tinggal Bersama Sampah dan Tikus di Pengungsian

Mati Pelan-Pelan, Nestapa Warga Gaza Tinggal Bersama Sampah dan Tikus di Pengungsian

Baca Selengkapnya
FOTO: Semakin Memprihatinkan, Pengungsi Palestina di Rafah Kelaparan Rebutan Antre Makanan Setelah Serangan Udara Israel
FOTO: Semakin Memprihatinkan, Pengungsi Palestina di Rafah Kelaparan Rebutan Antre Makanan Setelah Serangan Udara Israel

Bantuan kemanusiaan masih sulit untuk masuk memenuhi 1,4 juta warga sipil Palestina yang mengungsi di wilayah Rafah.

Baca Selengkapnya
FOTO: Nelayan Aceh dan Basarnas Selamatkan Puluhan Pengungsi Rohingya Nyaris Tenggelam Setelah Kapal Terbalik Akibat Cuaca Buruk di Meulaboh
FOTO: Nelayan Aceh dan Basarnas Selamatkan Puluhan Pengungsi Rohingya Nyaris Tenggelam Setelah Kapal Terbalik Akibat Cuaca Buruk di Meulaboh

Nelayan Aceh melakukan penyelamatan puluhan warga Rohingya setelah air pasang membalikkan kapal mereka saat cuaca buruk.

Baca Selengkapnya
Mahfud: Pengungsi Rohingya Ditampung Sementara, Karena Itu Menjadi Beban
Mahfud: Pengungsi Rohingya Ditampung Sementara, Karena Itu Menjadi Beban

Permasalahan etnis Rohingnya memilki persoalan dari perdagangan manusia hingga diplomasi.

Baca Selengkapnya
Kapolri Bakal Koordinasi dengan UNHCR soal Pengungsi Rohingya di Aceh
Kapolri Bakal Koordinasi dengan UNHCR soal Pengungsi Rohingya di Aceh

Menurut Kapolri sejumlah warga Rohingya yang mengungsi sudah adanya kesepakatan sebelumnya.

Baca Selengkapnya