Aplikasi HP Ini Mampu Deteksi Covid-19 Lewat Suara Pasien
Merdeka.com - Sebuah aplikasi ponsel pintar yang dilengkapi Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) mampu mendeteksi Covid-19 melalui suara pengguna. Aplikasi yang murah dengan kemampuan akurasi hingga 89 persen ini cocok digunakan bagi negara berpendapatan rendah.
Dikutip dari laman Sky News, Senin (5/9), aplikasi ini mampu mendeteksi Covid-19 di bawah satu menit. Para ilmuwan yang mengembangkan aplikasi ini yakin temuan mereka lebih akurat untuk mendeteksi Covid-19 dibandingkan tes aliran lateral (menggunakan antibodi).
Dalam pengembangan aplikasi, para ilmuwan meneliti perubahan suara yang terjadi pada pasien Covid-19 karena infeksi di saluran pernapasan atas dan pita suara melalui kecerdasan buatan.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Bagaimana Google AI mendeteksi penyakit? Teknologi ini dilatih dengan data 300 juta rekaman suara seperti batuk, bersin, dan napas berat untuk mendeteksi penyakit seperti tuberkulosis.
-
Bagaimana cara melihat virus? Ukuran dan bentuk virus sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron, ukuran virus lebih kecil daripada bakteri.
-
Virus itu apa? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
-
Kapan virus muncul? Virus-virus ini dapat menyebabkan penyakit ringan hingga mematikan.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama ditemukan? Menurut pengumuman resmi dari Presiden Joko Widodo, kasus Covid-19 pertama di Indonesia terjadi pada dua warga Depok, Jawa Barat, yang merupakan seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya berusia 31 tahun.
Para ilmuwan mengambil sampel suara sebanyak 893 sampel dari 4,352 orang sehat dan sakit.
Dalam melakukan pengujian di aplikasi, pengguna harus memberikan informasi tentang riwayat kesehatan mereka, status merokok, demografi, dan harus merekam suara pernapasan, seperti batuk dan membaca kalimat pendek.
Setelah melakukan itu, suara pengguna diteliti melalui teknik analisis suara bernama Mel-spectogram yang akan mengidentifikasi suara-suara yang berbeda. Sesudah itu, pengguna akan menerima hasil dari pengujian.
Wafaa Aljbawi, peneliti di Institut Data Sains Universitas Maastricht Belanda, mengatakan “hasil yang menjanjikan ini menunjukkan rekaman suara sederhana dan algoritma AI yang disesuaikan dapat berpotensi mencapai presisi tinggi dalam menentukan pasien mana yang terinfeksi COVID-19”.
"Tes semacam itu dapat diberikan tanpa biaya dan mudah dijelaskan. Selain itu, pengujian itu memungkinkan pengujian jarak jauh dan virtual serta memiliki waktu penyelesaian kurang dari satu menit," ujar dia.
"Aplikasi ini dapat digunakan, misalnya, di titik masuk pertemuan besar, memungkinkan penyaringan populasi secara cepat," lanjut Aljbawi.
Dengan tingkat akurasi yang tinggi, maka aplikasi ini dapat mendorong kemajuan pengujian Covid-19.
Sekarang, aplikasi ini sedang diuji dan telah ditampilkan di Kongres Perhimpunan Internasional Masyarakat Eropa di Barcelona kemarin.
Reporter Magang: Theofilus Jose Setiawan
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Google bekerja sama dengan Salcit Technologies untuk mengembangkan AI yang menganalisis suara batuk guna mendeteksi penyakit, terutama di daerah terpencil.
Baca SelengkapnyaTeknologi revolusioner dan mutakhir yang masih dikembangkan ini memungkinkan deteksi dini terhadap berbagai penyakit.
Baca Selengkapnyaeneliti mengembangkan AI yang dapat mendeteksi kanker dan infeksi virus sejak dini dengan analisis gambar sel resolusi tinggi.
Baca SelengkapnyaMetode PCR sebelumnya juga digunakan untuk mendeteksi virus corona.
Baca SelengkapnyaPenyakit kanker paru-paru bisa dideteksi secara dini hanya melalui embusan napas.
Baca SelengkapnyaPemerintah Kabupaten Kutai Timur kini telah menyediakan alat Skrining HIV Mandiri (SHM).
Baca SelengkapnyaAdanya aplikasi ini memungkinkan masyarakat lebih mudah mengakses berbagai layanan kesehatan dengan modal jari saja.
Baca SelengkapnyaSekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto memastikan, jika partainya sudah memerintahkan sebanyak 1,6 juta
Baca SelengkapnyaSistem peringatan dini ini mampu mendeteksi kualitas udara yang buruk.
Baca SelengkapnyaPaket pemeriksaan kesehatan gratis yang disediakan pemerintah tidak hanya terbatas pada cek tensi darah.
Baca SelengkapnyaHasil dari hitung cepat atau quick count sebagai gambaran yang tidak terlalu jauh mengenai hasil pemilu kali ini.
Baca SelengkapnyaPasien mengembuskan napas terakhir di RS Embung Fatimah pada 18 Desember 2023.
Baca Selengkapnya