AS balik tuding Rusia tutupi serangan gas kimia militer Suriah
Merdeka.com - Gedung Putih Selasa lalu mengatakan intelijen Amerika Serikat telah memastikan pemerintahan Basyar al-Assad di Suriah memakai gas sarin kepada warganya sendiri dan Moskow terlibat dalam menutup-nutupi serangan itu.
Tudingan dalam laporan sepanjang empat halaman itu dibuat oleh Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih dan memuat dokumen intelijen yang menyebut soal serangan gas kimia itu.
Laporan itu mengatakan Damaskus dan Moskow telah menipu dunia dengan menyampaikan laporan bohong soal pelaku serangan gas kimia, seperti dilansir laman Press TV, Rabu (13/4).
-
Siapa yang bertanggung jawab atas serangan? Seorang juru bicara Qualcomm menyatakan bahwa patch telah dikirimkan, namun kini tanggung jawab ada di tangan pengguna.
-
Siapa yang bertanggung jawab atas serangan ini? SOPHOS menyebut serangan ini sebagai 'SEO poisoning,' sebuah teknik di mana peretas memanipulasi hasil pencarian untuk menempatkan situs mereka di posisi teratas.
-
Siapa yang meluncurkan rudal ke Israel? IDF mengatakan bahwa Arrow telah mencegah rudal permukaan-ke-permukaan di Laut Merah yang ditembakkan ke wilayahnya setelah roket tersebut menempuh jarak ribuan kilometer dari Yaman.
-
Kapan serangan Mesir dan Suriah ke Israel? Tanggal 6 Oktober 1973, pasukan Mesir menyerang posisi Israel di SInai.
-
Bagaimana Mesir dan Suriah menyerang Israel? Mesir akan menyerbu melalui SInai, sementara Suriah akan menyerang Israel melalui Dataran Tinggi Golan.
Sebelumnya diketahui Rusia dan Suriah sudah membantah tudingan yang mengatakan militer Suriah sebagai pelaku serangan gas kimia di Kota Khan Sheikhoun, Provinsi Idlib, pekan lalu, yang menewaskan puluhan warga sipil, termasuk anak-anak. Rusia mengatakan kaum pemberontak Suriah meledakkan gudang tempat pembuatan senjata kimia di Kota Khan Sheikoun ketika militer Suriah melancarkan serangan udara.
Saling tuding antara Rusia dan AS ini di pentas dunia kian menjadi soorotan seiring Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson melawat ke Rusia kemarin untuk bertemu Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov. Tillerson bermaksud mengajak pemerintahan Rusia menarik dukungan terhadap Assad.
Memulai pembicaraan, Lavrov menyebutkan AS harus menghindari serangan udara di Suriah lantaran Rusia bekerja sama dengan pasukan pro-Assad untuk melawan pemberontak. Dia juga menambahkan, Kremlin berulang kali menyatakan ingin melakukan dialog konstruktif dengan AS untuk krisis Suriah.
"Rusia percaya pada akhirnya penting untuk mencegah risiko lebih dari tindakan di masa mendatang," ujar Lavrov mengacu pada serangan rudal AS baru-baru ini di Suriah.
Dia menambahkan, apa yang dilakukan Negeri Paman Sam 'melanggar hukum serangan' terhadap Suriah. Sementara itu, Lavrov menyebut kunjungan Tillerson ke Moskow sangat penting untuk menciptakan pemikiran perspektif melawan terorisme.
"Kunjungan ini memberi kesempatan untuk berterus terang dan mencoba jujur untuk memperjelas prospek kerja sama kedua negara di semua masalah, terutama melawan terorisme, sebagai mana yang telah disetujui Presiden Vladimir Putin dan Donald Trump," imbuhnya.
Sementara Tillerson berharap, dengan pertemuan ini kedua negara melakukan pertukaran terbuka, jujur dalam pandangan untuk mendefinisikan hubungan Moskow-Washington.
"Pertemuan kami hari ini datang pada saat yang penting dalam hubungan kami, sehingga kami dapat lebih memperjelas tujuan umum, di bidang kepentingan umum, bahkan bila pendekatan taktis kami mungkin berbeda," tutur Tillerson.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa pembicaraan kedua menlu bisa menstabilkan dan menormalkan hubungan kedua negara.
"Kami ingin memahami Washington bermaksud melanjutkan kerja sama praktis dengan Rusia dalam perang melawan terorisme, termasuk di Suriah," dikutip dari pernyataan Kemlu Rusia.
Mereka juga berharap AS setuju untuk sebuah 'investigasi obyektif' dengan melibatkan Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) atas serangan senjata kimia yang dilakukan pemerintah Suriah di Khan Sheikhoun pada 4 April lalu.
"Barat menuduh pemerintah Suriah tanpa alasan yang baik, meskipun fakta bahwa teroris Jabhat al-Nusra, yang beroperasi di daerah ini, tempat bom kimia diproduksi," tambahnya.
Kunjungan Menlu baru AS ini terjadi beberapa hari usai AS menembakkan sedikitnya 59 rudal jelajah Tomahawk di Pangkalan Udara Shayrat, yang dikendalikan Angkatan Darat Suriah.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebelumnya FBI menuding ancaman bom di TPS saat pemilu presiden berasal dari Rusia.
Baca SelengkapnyaIsrael mengebom Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Jalur Gaza pada Selasa (17/10) malam, menewaskan lebih dari 500 orang.
Baca SelengkapnyaAS menyatakan siap pasang badan untuk Israel jika Iran membalas.
Baca SelengkapnyaBabak Belur, Begini Wajah Para Tersangka Penembakan Massal di Gedung Konser Rusia
Baca SelengkapnyaIsrael sampai saat ini masih memborbardir Jalur Gaza.
Baca SelengkapnyaIran Nyatakan Serangan Balasan ke Israel Sudah Berakhir, Ancam Serangan Berikutnya Akan Lebih Dahsyat
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat membantu negara-negara Arab dengan senjata. Tapi diam-diam membantu Israel dengan kucuran uang.
Baca SelengkapnyaPernyataan itu diunggah militer Iran di platform media sosial X beberapa jam setelah terdengar sejumlah ledakan di ibu kota Iran, Teheran.
Baca SelengkapnyaRusia mengatakan Israel harus menyediakan bukti berupa citra satelit jika benar tidak terlibat dalam pengeboman rumah sakit tersebut.
Baca SelengkapnyaIran diketahui telah melakukan serangan ratusan rudal balistik ke Israel pada Selasa (1/10).
Baca SelengkapnyaRusia Tangkap Semua Tersangka Pelaku Penembakan di Gedung Konser yang Tewaskan 133 Orang
Baca SelengkapnyaFoto tentara AS diduga terlibat dalam aksi penyerangan di wilayah Gaza, Palestina.
Baca Selengkapnya