AS blokir penjualan senjata ke Filipina, Duterte beralih ke Rusia
Merdeka.com - Keputusan Amerika Serikat untuk menghentikan penjualan 26.000 senapan ke Filipina ditanggapi Presiden Filipina Rodrigo Duterte dengan tenang. Pasalnya, Duterte sudah mendapat solusi untuk mengatasi hal tersebut.
"Mereka (AS) mengancam saya dan mengatakan tidak akan menjual senjata? Kami sudah punya banyak bahan peledak di sini," kata Duterte kepada CNN seperti dilansir dari laman The Independent, Jumat (4/11).
Presiden Filipina itu menyatakan bahwa Rusia telah menawarkan beberapa senjata untuk dibeli Filipina.
-
Siapa yang dilarang AS? Amerika Serikat juga telah mengurangi pasokan chip high-end untuk perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Tiongkok. Diberitakan bahwa otoritas regulasi di AS telah melarang Samsung untuk memasok chipset Exynos dengan teknologi 7nm atau yang lebih rendah kepada perusahaan-perusahaan di Tiongkok.
-
Bagaimana seseorang bisa membeli senjata api di AS? Orang Amerika bisa membeli senjata dengan mudah hanya dalam waktu kurang dari satu jam.
-
Apa yang dijual Rusia ke Amerika? Alaska dijual oleh Rusia kepada Amerika Serikat dengan nilai sebesar 7,2 juta dolar pada tanggal 30 Maret 1867.
-
Apa yang ingin dihentikan oleh Presiden? Agus mengatakan, Presiden saat itu menginginkan penyidikan kasus yang menjerat Setya Novanto dihentikan.
-
Apa yang dilarang AS? Amerika Serikat juga telah mengurangi pasokan chip high-end untuk perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Tiongkok. Diberitakan bahwa otoritas regulasi di AS telah melarang Samsung untuk memasok chipset Exynos dengan teknologi 7nm atau yang lebih rendah kepada perusahaan-perusahaan di Tiongkok.
-
Kenapa negara butuh senjata paling mematikan? Kepemilikan senjata ini diharapkan mampu menjaga kedaulatan dan keamanan negara.
"Saya ingat Rusia pernah mengatakan, 'datanglah ke Rusia, kami punya apa pun yang Anda butuhkan di sini'," kata Duterte mengutip ucapan Duta Besar Rusia untuk Filipina Igor Khovaev.
Keduanya mengadakan pertemuan Oktober lalu, dan Dubes Rusia telah mengatakan siap membahas kemitraan dengan Filipina setelah Duterte mengumumkan 'perpisahan' negaranya dengan AS.
"Buatlah daftar keinginan Anda. Pikirkan jenis bantuan apa yang Anda harapkan dari Rusia dan kami siap duduk bersama untuk mendiskusikan apa yang bisa dan harus dilakukan," kata Igor Khovaev kepada Duterte menurut laporan kantor berita GMA.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS John Kirby mengatakan pihaknya tidak bisa mengomentari soal penjualan senjata karena peraturan federal.
Hubungan Filipina dan AS mulai 'panas' menyusul kritikan AS terhadap kebijakan Duterte dalam memerangi pengguna narkoba di negaranya, di mana sudah terlalu banyak warga sipil yang dibunuh tanpa diadili.
Organisasi Pengawas Hak Asasi Manusia sendiri memperkirakan sudah 5000 orang tewas karena menggunakan narkoba sejak Duterte menjabat pada 30 Juni silam. (mdk/che)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Aksi Manila ini sering memicu konflik terbuka dengan penjaga pantai China.
Baca SelengkapnyaPresiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan Amerika Serikat agar tidak menyebarkan rudal jarak jauh di Jerman.
Baca SelengkapnyaMiliter Filipina dan China kembali memanas di Laut China Selatan.
Baca SelengkapnyaKonflik Laut China Selatan kembali memanas. Kapal China Coast Guard menembakkan meriam air dan memblokade kapal Filipina.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi melakukan kunjungan kerja ke Filipina.
Baca SelengkapnyaJenderal Amerika Serikat menyebut bahwap erang dengan China bisa terjadi 2025.
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Singapura, Sabtu 1 Juni 2024.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat (AS) cemas melihat rencana Rusia mau meletakan senjata nuklir di luar angkasa.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani menjelaskan bahwa Trump merupakan sosok yang dikenal proteksionisme dalam melindungi neraca dagang negaranya.
Baca SelengkapnyaTerkait masalah Laut China Selatan, pihak pemerintah China membantah pernyataan Kemenhan AS.
Baca SelengkapnyaAasa depan yang disusun saat ini berada di bawah bayang-bayang kerusakan akibat senjata nuklir.
Baca SelengkapnyaRusia menyatakan bahwa doktrin nuklir terbarunya harus dipahami sebagai peringatan bagi negara-negara Barat.
Baca Selengkapnya