AS Bunuh Tiga Pemimpin ISIS dalam Operasi Penggerebekan di Suriah

Merdeka.com - Angkatan bersenjata Amerika Serikat (AS) mengumumkan, mereka berhasil membunuh tiga pemimpin senior ISIS dalam serangan dan penggerebekan di Suriah.

Operasi pembunuhan yang menggunakan serangan udara dan helikopter itu adalah yang pertama kali dilakukan AS di wilayah yang dikendalikan pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Untuk membunuh tiga pemimpin dan meminimalisir kerusakan tambahan, Komando Pusat AS (Centcom) mengumpulkan lebih dari 1.000 jam data intelijen.

“Pasukan Centcom melakukan serangan di timur laut Suriah yang menargetkan pemimpin senior ISIS,” jelas Kolonel Joe Buccino, dikutip dari laman Deutshce Welle (DW), Jumat (7/1).

Ketiga pemimpin yang dibunuh adalah wakil pemimpin ISIS di Suriah, Abu-Hashum al-Umawi, penanggung jawab urusan tahanan ISIS di Suriah, Abu Mu’Ad al-Qahtani, dan penyelundup senjata militan ISIS, Rakkan Wahid al-Shammari.

Abu-Hashum al-Umawi dan Abu Mu’Ad al-Qahtani dibunuh militer AS dalam serangan udara yang sama pada kemarin malam. Sedangkan Rakkan Wahid al-Shammari dibunuh militer AS dalam penggerebekan di wilayah Hasakah, Suriah.

Televisi pemerintah Suriah melaporkan jika serangan di desa Muluk Saray, wilayah yang dikendalikan pasukan Assad melibatkan beberapa helikopter AS.

“Mereka menggunakan pengeras suara untuk menyerukan warga agar tetap berada di dalam rumah,” jelas salah satu warga.

Awalnya warga desa mengira jika al-Shammari bekerja sebagai penggembala.

Dalam penggerebekan itu, militer AS melukai salah satu rekan al-Shammari lalu menangkap dua rekan lainnya.

Serangan dan penggerebekan itu dilakukan AS tanpa berkoordinasi dengan Rusia. Salah satu pejabat AS yang tidak menyebut nama mengungkap jika AS tidak menggunakan telepon ‘deconfliction’ dengan Rusia.

Telepon itu digunakan pihak AS dan Rusia untuk menghindari kemungkinan bentrokan di Suriah, wilayah di mana kedua negara itu beroperasi.

Namun pejabat itu mengungkap keputusan tidak menggunakan telepon itu adalah untuk keamanan berjalannya operasi dan bukan karena reaksi AS terhadap invasi Rusia kepada Ukraina.

Reporter Magang: Theofilus Jose Setiawan