AS Sukses Uji Coba Dua Rudal Hipersonik Buatan Lockheed Martin
Merdeka.com - Pentagon menyampaikan, Amerika Serikat (AS) sukses menggelar uji coba dua rudal hipersonik buatan Lockheed Martin Corp baru-baru ini. Uji coba dilakukan di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa China dan Rusia lebih sukses mengembangkan senjata hipersonik mereka.
Angkatan Udara AS mengonfirmasi pihaknya sukses menguji peluncur Air-Launched Rapid Response Weapon (ARRW) pada Selasa di lepas pantai California. Dalam uji coba sebelumnya, rudal tidak bisa meluncur dari pesawat.
"Keberhasilan uji coba kedua ini menunjukkan kemampuan ARRW untuk mencapai dan menahan kecepatan hipersonik operasional, mengumpulkan data penting untuk digunakan dalam uji coba penerbangan lebih lanjut, dan memvalidasi pemisahan yang aman dari pesawat," jelas Lockheed dalam pernyataannya, dikutip dari Reuters, Kamis (14/7).
-
Kenapa AS khawatir dengan dominasi teknologi China? “Penelitian kami mengungkapkan bahwa China telah membangun fondasi untuk memposisikan dirinya sebagai negara adidaya sains dan teknologi terdepan di dunia.
-
Bagaimana China bersaing dengan AS dalam luar angkasa? Ketika Tiongkok bangkit, sebagian penelitian AS di bidang luar angkasa tampaknya mengalami kesulitan. Divisi ilmu biologi dan fisika NASA, yang bertanggung jawab atas banyak eksperimen ISS, sangat kekurangan dana dibandingkan dengan pertanyaan-pertanyaan ilmiah yang diminta untuk ditangani, dan memiliki pendanaan paling sedikit dari semua divisi dalam Direktorat Misi Sains NASA.
-
Kenapa Korea Utara mengembangkan rudal hipersonik? Tak puas hanya dengan rudal balistik, Pyongyang juga mengembangkan rudal hipersonik jenis baru.
-
Mengapa AS khawatir dengan program luar angkasa China? Program luar angkasa Tiongkok yang sedang berkembang dan stasiun luar angkasa Tiangong-nya berulang kali dikemukakan dalam sambutannya pada sidang subkomite DPR AS yang disiarkan langsung mengenai masa depan penelitian luar angkasa dan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), yang diperkirakan akan dihentikan pada tahun 2030.
-
Apa yang dikhawatirkan AS tentang stasiun luar angkasa China? NASA berisiko menyerahkan lahan penelitian luar angkasa kepada Tiongkok jika tidak ada pengganti yang siap untuk Stasiun Luar Angkasa Internasional, kata anggota parlemen dalam sidang pada Rabu, (14/2).
-
Kenapa China ingin memperkuat teknologi? Perkembangan teknologi diperlukan China untuk memperkuat ekonomi, terutama pada pondasi yang kuat di sektor ekonomi digital.
"Kami sekarang telah merampungkan serangkaian uji coba peluncur kami dan siap untuk melangkah ke uji coba menyeluruh (peluncur dan hulu ledak) akhir tahun ini," kata Brigadir Jenderal Heath Collins dari Direktorat Persenjataan Angkatan Udara.
Senjata hipersonik bergerak di atmosfer atas dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara, atau sekitar 6.200 km per jam.
Dalam uji coba senjata hipersonik terpisah, Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) mengonfirmasi pihaknya berhasil melakukan uji coba pertama senjata hipersonik Operational Fires. Uji coba dilakukan di White Sands Missile Range di New Mexico.
Operational Fires merupakan sistem senjata yang diluncurkan dari darat yang "dengan cepat dan tepat menyerang target kritis dan sensitif terhadap waktu sambil menembus pertahanan udara musuh modern."
Salah satu konsep yang dikembangkan Lockheed Martin untuk DARPA yaitu menggunakan peluncur Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) untuk meluncurkan senjata, seperti yang dikirim AS ke Ukraina.
Pabrik senjata seperti Lockheed, Northrop Grumman Corp dan Raytheon Technologies Corp menggembar-gemborkan program senjata hipersonik mereka kepada investor karena fokus dunia bergeser ke perlombaan senjata baru.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ini menjadi langkah terbaru dalam rencana pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un yang ingin menggunakan bahan bakar padat untuk menggerakkan semua rudalnya.
Baca SelengkapnyaBerbagai pengembangan dan uji coba rudal nuklir yang dilakukan Korea Utara dipandang sebagai ancaman dunia. Simak selengkapnya!
Baca SelengkapnyaDalam uji coba yang dipantau Kim Jong-un, rudal balistik antarbenua Hwasong-19 berhasil terbang lebih tinggi. Rudal ini juga melesat jauh ke luar angkasa.
Baca SelengkapnyaJAXA mengklaim Roket H3 versi terbaru ini lebih fleksibel dan hemat biaya.
Baca SelengkapnyaSejumlah staf militernya yang berdiri di belakangnya pun juga ikut melongok.
Baca SelengkapnyaKorea Utara kembali menguji coba rudal balistik antarbenua Hwasong-18 untuk mengukur kesiapannya dalam menghadapi ancaman perang nuklir melawan AS.
Baca SelengkapnyaKCNA melaporkan rudal balistik generasi baru Korea Utara itu memiliki durasi waktu terbang terlama yakni 74 menit atau mampu terbang sejauh 1.001 kilometer.
Baca SelengkapnyaAS Makin Dibayang-bayangi Kecanggihan Teknologi China yang Dianggap Bisa Mendominasi
Baca SelengkapnyaPemimpin Korea Utara, Kim Jong-un terlihat turun langsung mengawasi latihan tersebut.
Baca SelengkapnyaChina biasanya melakukan uji coba tanpa pemberitahuan.
Baca SelengkapnyaAlbert Einstein pernah berpendapat bagaimana cara membuat roket dengan kecepatan 18.000 Mil Per Jam. Namun pendapatnya itu dibantah ilmuwan China.
Baca Selengkapnya