AstraZeneca Klaim Tak Ada Bukti Peningkatan Risiko Penggumpalan Darah
Merdeka.com - AstraZeneca pada Minggu (14/3) menyampaikan, tinjauan data keamanan dari penerima vaksin Covid-19 buatannya menunjukkan tidak adanya bukti peningkatan risiko penggumpalan darah.
Tinjauan AstraZeneca, yang mencakup lebih dari 17 juta penerima vaksin di Inggris Raya dan Uni Eropa, berlangsung setelah otoritas kesehatan di sejumlah negara menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca karena adanya kasus penggumpalan darah.
“Sebuah tinjauan cermat dari semua data keamanan yang tersedia terhadap lebih dari 17 juta penerima vaksin Covid-19 di Uni Eropa dan Inggris Raya menunjukkan tidak adanya bukti peningkatan risiko emboli paru, trombosis vena dalam atau penurunan kadar trombosit, dalam tiap kelompok usia, jenis kelamin, slot (dosis vaksin) atau di tiap negara tertentu,” jelas perusahan tersebut, dilansir Antara, Senin (15/3).
-
Kenapa mpox bukan efek samping vaksin COVID-19? Jadi, penyakit Mpox ini tidak dapat dikatakan karena efek samping dari vaksin COVID-19. Itu tidak ada hubungannya,' tegas Syahril.
-
Siapa yang menyatakan bahwa mpox bukan efek samping vaksin? Juru bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, menjelaskan bahwa mpox dan Covid-19 merupakan dua penyakit yang berbeda.
-
Bagaimana vaksin kanker ini bekerja? Putin menyatakan keyakinannya bahwa vaksin tersebut, bersama dengan obat imunomodulator generasi baru, akan segera menjadi bagian integral dari terapi individual yang efektif.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Apa tujuan produksi vaksin dalam negeri? Kemandirian dalam produksi vaksin merupakan salah satu kebijakan utama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam meningkatkan ketahanan kesehatan nasional.
-
Bagaimana vaksin melindungi anak? Pemberian vaksinasi ini merupakan langkah penting untuk mencegah munculnya sejumlah masalah kesehatan.
Pihak berwenang di Irlandia, Denmark, Norwegia dan Islandia menghentikan sementara penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca setelah ditemukan kasus penggumpalan darah. Sementara itu, Austria menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca pekan lalu sambil menyelidiki satu kematian akibat gangguan koagulasi.
Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) mengatakan tidak ada indikasi kasus tersebut disebabkan oleh vaksinasi, seperti yang diungkapkan WHO pada Jumat.Produsen AstraZeneca mengatakan sejauh ini 15 kasus trombosis vena dalam dan 22 kasus emboli paru telah dilaporkan, yang sama dengan vaksin Covid-19 berlisensi lainnya.
Pihak perusahaan mengatakan pengujian tambahan telah dan sedang dilakukan oleh AstraZeneca dan otoritas kesehatan Eropa dan tak ada satu pun dari pengujian ulang yang menimbulkan kekhawatiran. AstraZeneca mengatakan, laporan keamanan bulanan akan diumumkan di laman EMA pekan depan.
Vaksin Covid-19 AstraZeneca, yang dikembangkan bersama Universitas Oxford, diizinkan penggunaannya di Uni Eropa dan di banyak negara, tetapi belum mengantongi izin regulator Amerika Serikat.
AstraZeneca sedang bersiap mengajukan izin penggunaan darurat AS dan berharap data dari uji klinis Tahap III vaksinnya di AS akan tersedia dalam beberapa pekan ke depan.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Belakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca SelengkapnyaBadan Pengawas Obat Eropa juga telah melarang peredaran vaksin ini.
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaJamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaEpidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, ada kemungkinan kasus TTS dipicu vaksin AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaHebohnya kasus TTS berawal dari gugatan yang dilayangkan Jamie Scott ke Pengadilan Tinggi Inggris.
Baca SelengkapnyaPenularan varian JN.1 telah ditemukan di Jakarta dan Batam.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca Selengkapnya