Australia mengeluh Jokowi susah ditelepon soal Bali Nine

Merdeka.com - Presiden Joko Widodo diketahui tidak mengangkat telepon Perdana Menteri Australia Tony Abbott sepanjang bulan ini. Media massa Negeri Kanguru, mulai dari Fairfax, The Australian, hingga Sydney Morning Herald kemarin melansir laporan bahwa komunikasi pemerintahnya ditolak mentah-mentah oleh Jokowi. Telepon itu adalah lobi Abbott yang kesekian kalinya agar duo terpidana mati Bali Nine diampuni.

Saat dikonfirmasi hari ini, Jumat (27/3), Duta Besar RI untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema membantah spekulasi media. Dia mengatakan sambungan telepon Abbott tidak digubris semata karena presiden sangat sibuk dua pekan terakhir.

Selain lawatan internasional ke Jepang dan China, RI-1 memang mengunjungi Kalimantan, Sumatera, dan Papua.

"Presiden Jokowi sedang sibuk mengunjungi berbagai provinsi. Banyak sekali kunjungan yang harus beliau lakukan," ujarnya ketika mengisi seminar di Ibu Kota Canberra.

Nadjib mengatakan eksekusi Bali Nine tetap berjalan sesuai rencana. Dia menampik kemungkinan hubungan kedua negara memburuk akibat hukuman mati penyelundup narkoba itu.

"Ini semata penegakan hukum Indonesia," kata Nadjib.

Terakir kali Abbott menelepon Jokowi adalah Februari 2015. Orang nomor satu Australia itu memohon pengampunan bagi Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.

Nadjib pun menolak mengaitkan kemungkinan eksekusi berdampak pada pembatalan bantuan senilai ASD 500 juta per tahun dari Australia untuk Indonesia. Dubes RI mengatakan kedua negara sejak lama saling membantu, sehingga tidak ada persyaratan seperti tiu.

"Lagipula, kami tidak pernah meminta uang kepada Australia," tandasnya.

Saat ini kuasa hukum Bali Nine masih mengajukan novum untuk banding di PTUN. Pekan depan sidang akan memanggil saksi ahli mengenai keabsahan hukuman mati dua penyelundup narkoba ini. (mdk/ard)