Belajar dari Hong Kong: Memilih Vaksin Sinovac karena Pertimbangan Politik
Merdeka.com - Pemerintah Hong Kong mempertimbangkan faktor keilmuan, logistik, bisnis, dan bahkan politik sebelum memilih perusahaan farmasi yang akan memasok jutaan vaksin Covid-19 bagi warganya. Demikian menurut informasi dari ahli kesehatan dan sumber dalam di pemerintahan.
Namun salah satu dokter terkemuka Hong Kong mempertanyakan mengapa perusahaan China Sinovac Biotech pada akhirnya yang dipilih meski perusahaan itu belum mengumumkan hasil uji coba tahap ketiga untuk kandidat vaksinnya.
Dalam wawancara dengan South China Morning Post, profesor Gabriel Leung dan David Hui Shu-cheong menjelaskan soal keputusan akhir di balik pengumuman pemerintah Jumat lalu yang akhirnya sepakat untuk membeli masing-masing 7,5 juta dosis vaksin dari Sinovac dan Pfizer-BioNTech.
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
-
Apa tujuan produksi vaksin dalam negeri? Kemandirian dalam produksi vaksin merupakan salah satu kebijakan utama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam meningkatkan ketahanan kesehatan nasional.
-
Kenapa vaksin dalam negeri penting? Hal ini disampaikannya saat meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia di Kabupaten Bogor, pada Rabu (11/9). Menkes Budi menekankan bahwa pengalaman sukses dalam mengembangkan Vaksin Merah Putih menunjukkan betapa krusialnya memiliki berbagai jenis vaksin untuk memastikan keamanan kesehatan masyarakat.
-
Kenapa negara termiskin kesulitan beli vaksin? Ini terlepas fakta bahwa negara termiskin juga berjuang untuk membeli dan meluncurkan vaksin COVID-19 untuk melawan pandemi.
-
Mengapa vaksin kanker penting bagi masyarakat? Putin menggambarkan pencapaian ini sebagai langkah penting menuju terobosan medis yang bisa membawa manfaat besar bagi masyarakat.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
Sinovac akan mengirimkan satu juta dosis bulan depan dan Pfizer akan mendistribusikan satu juta dosis lagi melalui Fosun Pharma, perusahaan China, pada kuartal pertama tahun depan. Kesepakatan ketiga dengan AstraZeneca juga melibatkan 7,5 juta dosis dalam skema kerja sama.
Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam Cheung Yuet-ngor menyebut perkembangan ini sebagai "terobosan" dan mengatakan pemerintahannya siap membeli 30 juta vaksin dosis lagi untuk memastikan 7,5 juta penduduk mendapat dua kali suntikan jika mereka mau dan ini sifatnya gratis serta sukarela.
Kubu pro-Beijing
Namun muncul kekhawatiran soal apakah pemerintah sudah tepat mengambil keputusan dengan memilih tiga vaksin dari 13 vaksin yang sudah merampungkan tahap uji coba ketiga mereka.
Dr Arisina Ma Chung-yee, presiden Asosiasi Dokter Umum, mempertanyakan apakah ada pertimbangan politik di balik pemilihan vaksin buatan Sinovac Biotech atau Fosun Pharma, yang keduanya adalah perusahaan China.
"Hanya sedikit informasi yang kita ketahui tentang Sinovac Biotech dan mereka belum mempublikasikan data uji coba vaksin tahap ketiga," kata Ma, seperti dilansir laman South China Morning Post, Minggu (13/12).
"Pemerintah harusnya menjelaskan dengan gamblang mengapa memilih Sinovac untuk membuat warga Hong Kong yakin ingin divaksin," lanjut Ma.
Sumber orang dalam di pemerintahan yang mengetahui proses pemilihan mengatakan kepada SCMP, Sinovac dipilih setidaknya karena pemerintah Hong Kong ingin mengantisipasi potensi serangan balik dari kubu pro-Beijing jika mereka tidak memilih perusahaan China. Sumber itu mengatakan sekelompok pendukung Beijing kian vokal menyuarakan campur tangan China dalam strategi Hong Kong menghadapi pandemi.
Keputusan yang benar
Namun profesor Gabriel Leung, dekan Fakultas Kedokteran di Universitas Hong Kong bersama sejumlah ahli lainnya memberi masukan kepada pemerintah soal pemilihan vaksin. Mereka mengatakan pemerintah sudah mengambil keputusan yang benar berdasarkan keilmuan dan faktor komersil.
Leung mengatakan Sinovac berhak menjadi vaksin terpilih karena data uji coba tahap pertama dan kedua sudah dikaji dan dipublikasikan di jurnal terpercaya The Lancet Infectious Diseases.
"Hanya karena Sinovac belum mempublikasikan data uji coba tahap ketiga bukan berarti datanya akan jelek," kata Leung.
Pfizer-BioNTech juga menjadi vaksin yang terpilih, ujar Leung. Vaksin buatan perusahaan Amerika Serikat bekerja sama dengan Jerman ini menuai hasil terbaik dalam uji coba tahap ketiga dengan dua suntikan berjarak 21 hari dan bisa memberikan hasil perlindungan hingga 95 persen terhadap Covid-19.
Vaksin Pfizer kini sudah diketahui aman dan efektif dan sudah mendapat persetujuan di Inggris, Kanada, Bahrain, Arab Saudi, dan Amerika Serikat. Inggris menjadi negara pertama yang menggelar vaksinasi massal warganya dengan vaksin Pfizer.
Kesulitan teknis sudah diatasi
Menurut Leung, ada faktor komersil dan bahkan geopolitik juga yang terlibat dalam pemilihan vaksin ini.
"Sejumlah perusahaan bisa jadi tidak mau menjualnya kepada Anda, atau hanya mau menjual sedikit dan sejumlah negara mungkin juga melarang ekspor Vaksin Covid-19 buatan mereka."
Rekan Leung, Profesor David Hui Shu-cheong dari UNiversitas China juga menyebut keputusan pemerintah Hong Kong berdasarkan keilmuan dan alasan logistik.
Pemerintah sudah benar dengan mengikuti saran para ahli untuk membeli vaksin yang dibuat dengan berbagai macam platform teknologi. Kelebihan vaksin Sinovac adalah vaksin ini dibuat dengan menyuntikkan virus yang sudah mati ke dalam tubuh untuk memicu imunitas, metode konvensional yang sudah digunakan untuk penanganan pasien hepatitis A, influenza, polio dan rabies.
Namun efek samping dari teknologi ini berupa sakit kepala dan muncul efek alergi.
Pfizer-BioNTech, sementara itu, memakai vaksin tipe baru yang menggunakan bagian kode genetik atau mRNA nucleic acid dari virus itu untuk membuat tubuh "menyimpan kekebalan" dan mengajarinya bagaimana melawan Covid-19 di masa datang.
Keuntungan dari metode ini, kata Hui, vaksin ini memicu antibodi yang bagus terhadap virus dan bisa dengan mudah diproduksi. Kesulitannya adalah penyimpanan vaksin ini harus minus 70 derajat Celcius.
Hui mengutip penjelasan pemerintah soal perusahaan pemasok, Fosum Pharma, yang akan menjamin penuh keamanan distribusi yang membutuhkan waktu 20 jam perjalanan dari Eropa ke Hong Kong.
"Kesulitan teknis sudah diatasi dan saya yakin karena inilah vaksin ini dipilih," kata Hui.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Produksi vaksin dalam negeri dianggap akan mampu mendorong ketahanan kesehatan nasional.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan BMN ini digunakan untuk usaha yang lebih produktif.
Baca SelengkapnyaPemerintah melalui BUMN bersama MSD sepakat tingkatkan edukasi tentang HPV.
Baca SelengkapnyaSepanjang 2023, Etana berhasil kembangkan produk bioteknologi dan vaksin.
Baca SelengkapnyaBiofarma mengajukan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk tahun 2025 sebesar Rp2,21 triliun.
Baca SelengkapnyaMenteri BUMN, Erick Thohir menjelaskan alasan banyak perusahaan BUMN menggarap proyek pemerintah pusat.
Baca SelengkapnyaBadan Pengawas Obat Eropa juga telah melarang peredaran vaksin ini.
Baca SelengkapnyaDari semua perang yang dihadapi manusia, melawan patogen mencatatkan kematian yang paling banyak.
Baca SelengkapnyaBeberapa waktu terakhir terjadi lonjakan kasus Covid-19 yang cukup signifikan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca Selengkapnya