Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Benarkah Perang Rusia-Ukraina Pengaruhi Pasokan Mi Instan di Indonesia?

Benarkah Perang Rusia-Ukraina Pengaruhi Pasokan Mi Instan di Indonesia? Ilustrasi Indomie. ©Instagram.com/indomie

Merdeka.com - Selama sepekan terakhir, karyawan minimarket asal Indonesia, Muhammad Nasir, disibukkan dengan banyak pertanyaan.

Para pelanggan di Medan, Sumatera Utara ingin tahu hal yang sama: Mengapa stok mi instan hampir tidak ada yang tersisa di rak?

"Orang-orang datang ke kami dan menanyakan mengapa tidak ada Indomie," kata Nasir kepada Al Jazeera.

"Kami masih punya stok merek lain, tapi Indomie sejauh ini yang paling terkenal dan kami belum ada pengiriman stok baru dalam beberapa minggu ini. Kami tidak tahu harus bilang apa ke mereka."

Nasir menambahkan, toko-toko di seluruh kota juga terdampak, hanya tersisa beberapa paket.

Indomie disebut sebagai pionir mi instan di Indonesia dan memproduksi sebanyak 19 miliar bungkus per tahun untuk dijual di lebih dari 100 negara.

Tapi sekarang, perang di Ukraina, salah satu pemasok gandum terbesar Indonesia, menimbulkan kekhawatiran dapat berdampak pada pasokan mi instan yang bahan dasarnya gandum. Sejauh ini, dampak perang Rusia-Ukraina terhadap pasukan gandum Indonesia belum jelas, walaupun bukti dari toko-toko dan restoran lokal menunjukkan mi instan semakin sulit ditemukan.

Ukraina mengekspor hampir 3 juta ton gandum dan meslin - sereal yang merupakan campuran gandum dan gandum hitam - ke Indonesia pada 2020, menjadikannya pemasok terbesar gandum ke Indonesia menurut BPS. Pada tahun yang sama, Argentina mengekspor 2,63 juta ton gandum dan meslin ke Asia Tenggara, sementara Australia mengekspor hampir 831.000 ton.

Awal bulan ini, Presiden Indonesia Joko Widodo memperingatkan harga pangan dunia naik akibat konflik di Ukraina, berdampak pada pasar pangan lokal.

"Kita harus menangani perekonomian dengan hati-hati saat ini," kata Jokowi.

Fariz, karyawan di warung Bakso Anjar Family di Medan, menyampaikan kepada Al Jazeera, walaupun stok Indomie tampak berlimpah di pasar lokal di mana warungnya membeli mi dalam jumlah besar, harganya naik dari Rp 98.000 per boks berisi 40 bungkus menjadi Rp 102.000 dalam beberapa pekan terakhir.

Fariz mengatakan warungnya tidak kesulitan mencari stok Indomie.

"Tapi kalau itu terjadi, kami akan cari alternatif dari merek lain dan sumber lain jika diperlukan seperti mi yang diproduksi lokal," ujarnya.

"Kami tidak khawatir," lanjutnya.

Indomie tidak menanggapi permintaan komentar apakah perang di Ukraina berdampak pada pasokan gandum maupun dalam produksinya.

Wakil Direktur Program Pangan Dunia (WFP) untuk Indonesia, Jennifer Kim Rosenzweig mengatakan pihaknya sedang memantau situasi apakah situasi ini berdampak pada pasokan.

"Saat ini kami tidak tahu apa dampaknya terhadap harga gandum atau produksi terkait," ujarnya kepada Al Jazeera.

Namun menurut asisten peneliti CSIS, Lestary J Barany, ada bukti bahwa pasokan gandum Indonesia mengalami tekanan.

"Ketika Rusia menginvasi Ukraina, aktivitas di pelabuhan-pelabuhan Ukraina terhenti," jelasnya kepada Al Jazeera.

"Banyak lumbung gandum berlokasi di timur, dekat wilayah yang diduduki pasukan Rusia. Sehingga, ancaman dari sisi pasokan bahan-bahan ini menjadi lebih nyata."

Lestary mengatakan, konsumsi tepung terigu di Indonesia naik sekitar 5 persen pada 2021, menurut Asosiasi Produsen Tepung Indonesia (Aptindo).

"Gandum impor dari Ukraina digunakan secara meluas oleh produsen mi, roti, dan tepung terigu," ujarnya.

Sumber pangan lokal

Dicky Senda, penulis dan aktivis pangan dari Mollo, NTT mengatakan kekacauan ini seharusnya dimanfaatkan untuk refleksi diri terkait sumber-sumber pangan Indonesia.

"Produk lokal seperti jagung dianggap makanan kelas dua sedangkan beras, banyak yang diimpor, dianggap makanan kelas satu di Indonesia," jelasnya kepada Al Jazeera.

"Di Mollo, kami berusaha memulai sebuah gerakan seputar potensi produk lokal, dengan pesan bahwa masyarakat harus berusaha konsumsi pangan lokal."

Senda mengatakan harga pangan lokal tidak memberikan insentif banyak bagi petani untuk menanam alternatif bahan pokok impor seperti jagung dan singkong.

"Saat ini, jagung lokal harganya Rp 3.000 per kilo sedangkan beras Rp 12.000 per kilo, jadi petani jagung harus menjual empat kilo jagung agar nilainya sama dengan sekilo beras," jelasnya.

Dicky mengatakan, fakta bahwa impor bisa terdampak peristiwa seperti perang harus dijadikan peringatan bagi Indonesia agar tidak bergantung pada pangan impor.

"Perang mungkin jauh tapi bisa mempengaruhi apa yang ada di atas piring kita," pungkasnya.

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Di Depan Relawan, Jokowi Ungkap Dua Faktor Utama Masalah Pangan hingga Harga Beras Naik
Di Depan Relawan, Jokowi Ungkap Dua Faktor Utama Masalah Pangan hingga Harga Beras Naik

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan masalah pangan dalam negeri masih terjadi.

Baca Selengkapnya
BPS: Harga Cabai dan Gula Sudah Naik dari Awal November 2023
BPS: Harga Cabai dan Gula Sudah Naik dari Awal November 2023

Rata-rata harga cabai merah pada pekan pertama di bulan November 2023 mencapai Rp53.998 per Kg.

Baca Selengkapnya
Jokowi: Satu Negara Maju di Eropa Anak Sekolah Sudah Tak Sarapan karena Kekurangan Pangan
Jokowi: Satu Negara Maju di Eropa Anak Sekolah Sudah Tak Sarapan karena Kekurangan Pangan

Jokowi memaparkan, 77 juta ton stok gandum yang berhenti di Ukraina karena perang.

Baca Selengkapnya
Jokowi Sebut Pupuk Langka Imbas Perang Ukraina-Rusia, Ganjar: Ada Sumber Bahan Pupuk Negara Lain
Jokowi Sebut Pupuk Langka Imbas Perang Ukraina-Rusia, Ganjar: Ada Sumber Bahan Pupuk Negara Lain

Ganjar menyarankan untuk mencari negara alternatif sebagai pemasok bahan

Baca Selengkapnya
VIDEO: Jokowi Disoraki Petani, Ceritakan Sulitnya Bahan Pupuk dari Rusia Akibat Perang
VIDEO: Jokowi Disoraki Petani, Ceritakan Sulitnya Bahan Pupuk dari Rusia Akibat Perang

Jokowi bersyukur karena Indonesia mengkonsumsi nasi dari beras, bukam gandum.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Momen Jokowi Disoraki Petani, Ceritakan Sulitnya Bahan Pupuk dari Rusia Akibat Perang
VIDEO: Momen Jokowi Disoraki Petani, Ceritakan Sulitnya Bahan Pupuk dari Rusia Akibat Perang

Presiden Jokowi menjelaskan penyebab sulitnya pupuk di depan para petani, di Banyumas, Jawa Tengah

Baca Selengkapnya
Prabowo Soroti Perang Ukraina dan Gaza: Pengaruhi Produksi Pangan, Politik Tak Stabil
Prabowo Soroti Perang Ukraina dan Gaza: Pengaruhi Produksi Pangan, Politik Tak Stabil

Prabowo memandang perkembangan dinamika geopolitik dan geostrategis global yang begitu cepat pengaruhnya terhadap suatu negara.

Baca Selengkapnya
SKK Migas Pantau Perang Hamas Versus Israel, Ini Alasannya
SKK Migas Pantau Perang Hamas Versus Israel, Ini Alasannya

SKK menyiapkan langkah terhadap imbas dari perang Hamas versus Israel kepada pasokan migas, termasuk BBM impor.

Baca Selengkapnya
Waspada, Perang Hamas Vs Israel Berpotensi Picu Kenaikan Harga BBM di Indonesia
Waspada, Perang Hamas Vs Israel Berpotensi Picu Kenaikan Harga BBM di Indonesia

Kenaikan harga minyak akan berpengaruh besar pada harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Di Depan Petinggi TNI, Jokowi Curhat Sulitnya Cari Pasokan Beras ke Luar Negeri
Di Depan Petinggi TNI, Jokowi Curhat Sulitnya Cari Pasokan Beras ke Luar Negeri

Jokowi mengatakan kondisi ini disebabkan ketidakpastiaan ekonomo dan konflik geopolitik yang tak kunjung usai.

Baca Selengkapnya
BUMN Pertahanan: Perang di Beberapa Negara Buka Peluang Bisnis, tapi Rantai Pasok Terganggu
BUMN Pertahanan: Perang di Beberapa Negara Buka Peluang Bisnis, tapi Rantai Pasok Terganggu

Konflik bersenjata di beberapa wilayah dunia turut berpengaruh pada naiknya anggaran pertahanan sejumlah negara dari rata-rata 2 persen menjadi 3 persen.

Baca Selengkapnya
Harga Beras Meroket, Sri Mulyani Khawatir Menggerus Masyarakat Paling Miskin
Harga Beras Meroket, Sri Mulyani Khawatir Menggerus Masyarakat Paling Miskin

Masyarakat Indonesia sangat tergantung dengan komoditas ini, kenaikan harga beras semakin menghimpit masyarakat paling miskin.

Baca Selengkapnya