Bentrokan Pendemo dan Aparat Keamanan di Sudan, 19 Orang Tewas
Merdeka.com - Sedikitnya 19 orang dilaporkan tewas di Sudan, dua di antaranya aparat keamanan, karena bentrokan antara polisi antihuru-hara dan demonstran dalam aksi unjuk rasa menentang kenaikan harga roti.
"Sembilan belas orang tewas dalam insiden itu termasuk dua di antaranya dari pasukan keamanan," kata juru bicara pemerintah Boshara Juma melalui siaran televisi, kemarin.
Dikutip dari Al Jazeera, Jumat (28/12), Juma menambahkan bahwa tercatat sebanyak 219 orang terluka, sebagian besar disebabkan oleh tembakan gas air mata.
-
Siapa yang terlibat dalam kerusuhan ini? Pada saat itu Maroko adalah protektorat Prancis, dan komisaris Prancis untuk Oujda, René Brunel, menyalahkan kekerasan yang terjadi pada orang-orang Yahudi karena meninggalkan Oujda dan bersimpati dengan gerakan Zionis.
-
Siapa yang terlibat keributan? 'Minggu (7/7), terjadi perselisihan antara saudara MK dan DN di salah satu acara hajatan di wilayah hukum Polsek Majalaya,' demikian dikutip dari keterangan video.
-
Dimana kerusuhan terjadi? Prada Triwandi berani mengamankan masyarakat saat terjadi kerusuhan di wilayah Sentani, Kabupaten Jayapura.
-
Siapa yang menjadi korban serangan? Menurut informasi, suara tersebut berasal dari bom yang diledakan oleh Israel dan menargetkan para pengungsi yang berada di bangunan tersebut.
-
Apa yang terjadi pada kerusuhan ini? Dalam peristiwa tersebut, 47 orang Yahudi dan satu orang Prancis terbunuh, banyak yang terluka, dan harta benda dirusak.
-
Kenapa kerusuhan terjadi di Oudja dan Jerada? Kerusuhan ini adalah bagian dari rangkaian insiden yang terkait dengan ketegangan komunitas Yahudi dan Arab. Kerusuhan anti-Yahudi terjadi pada 7–8 Juni 1948, di kota Oujda dan Jerada, di protektorat Prancis di Maroko sebagai tanggapan terhadap Perang Arab-Israel tahun 1948 yang diikuti dengan deklarasi berdirinya Negara Israel pada tanggal 14 Mei.
Pihak berwenang Sudan sebelumnya mengatakan delapan orang tewas dalam bentrokan di Ibu Kota Khartoum, dan beberapa kota lain sejak protes dimulai pada 19 Desember lalu.
Sementara itu, Amnesty International --sebuah organisasi pemerhati HAM global-- mencatat angka kematian pada kerusuhan tersebut sebanyak 37 orang.
Sebelumnya pada hari Kamis, jaringan wartawan Sudan memulai aksi protes keras terhadap kenaikan harga roti, dan beberapa bahan pokok lainnya.
"Kami menyatakan protes selama tiga hari, terhitung mulai dari 27 Desember, untuk menuntut tanggung jawab pemerintah atas kekerasan dalam menyikapi para pengunjuk rasa," kata juru bicara Jaringan Jurnalis Sudan, yang mengadvokasi kebebasan berpendapat.
Aksi protes terbaru itu juga merupakan bentuk kritik atas serangan "biadab" pihak berwenang terhadap kebebasan pers, termasuk penyensoran dan pembredelan izin terbit surat kabar.
Wartawan di Sudan sering mengeluh pelecehan dari pihak berwenang, sehingga negara Afrika Timur itu memiliki peringkat yang mengerikan terkait jaminan kebebasan pers internasional.
Seluruh cetakan surat kabar sering disita karena artikel yang dianggap ofensif oleh Badan Intelijen dan Keamanan Nasional (NISS), yang menjadi ujung tombak penindasan terhadap pengunjuk rasa yang tengah berjuang saat ini.
Sementara itu, aktivis dan kelompok oposisi menyerukan kepada masyarakat Sudan untuk kembali turun ke jalan, melakukan aksi protes selama beberapa hari ke depan.
"Kami mendesak rakyat Sudan untuk melanjutkan demonstrasi mereka sampai bisa menggulingkan rezim," kata Partai Komunis Sudan dalam sebuah pernyataan.
"Kami juga meminta semua partai oposisi untuk bersatu dan bekerja sama untuk mengoordinasikan gerakan ini," lanjutnya.
Di lain pihak, beberapa anggota partai telah ditangkap oleh agen keamanan setepat sejak protes dimulai, pekan lalu.
Protes awalnya dimulai di kota-kota dan pedesaan, yang kemudian menyebar ke ibu kota Khartoum, ketika warga berunjuk rasa melawan pemerintah, yang memutuskan kenaikan harga roti dari satu pound Sudan (setara Rp 300) menjadi tiga pound Sudan, atau sekitar Rp 1.000 per potong.
Demonstran juga telah berbaris melawan situasi ekonomi Sudan yang mengerikan, dan beberapa telah menyerukan pengunduran diri Presiden Omar al-Bashir.
Setelah protes meletus, al-Bashir yang telah berkuasa sejak kudeta tahun 1989, bersumpah untuk "mengambil reformasi nyata" dalam mengatasi kesulitan keuangan negara.
Secara keseluruhan, Sudan menghadapi krisis mata uang asing yang akut dan lonjakan inflasi tinggi, meskipun dicabutnya embargo ekonomi oleh AS pada Oktober 2017.
Reporter: Happy Ferdian Syah Utomo
Sumber: Liputan6.com
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Polisi menyebut kondisi Kota Bitung saat ini aman dan terkendali.
Baca SelengkapnyaPolisi memastikan masyarakat tak perlu khawatir mengingat saat ini kondisi Bitung sudah kondusif.
Baca SelengkapnyaBudi Gunawan menjelaskan saat ini situasi di lokasi bentrok Desa Cinta Adil, Kecamatan Biru-Biru, Deli Serdang, sudah kembali kondusif.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, tujuh orang ditetapkan dan ditahan jadi tersangka buntut bentrok di Bitung, Sulawesi Sulut.
Baca SelengkapnyaPara tersangka dijerat Pasal 170 dan Pasal 338 dengan ancaman hukuman penjara 15 tahun.
Baca SelengkapnyaKapolres Bitung AKBP, Tommy Bambang Souissa menegaskan, bentrokan tersebut tidak terkait dengan Palestina dan Israel.
Baca SelengkapnyaDalam insiden itu diketahui telah membuat satu orang warga sipil bernama Raden Barus (61) meninggal dunia dan delapan warga lainnya mengalami luka-luka.
Baca SelengkapnyaTerdapat 14 korban luka, termasuk Pj Gubernur Provinsi Papua Dr Muhammad Ridwan Rumasukun.
Baca SelengkapnyaAkibat bentrok dua ormas itu, kepolisian menyebut terdapat satu korban tewas, dua lainnya luka-luka.
Baca SelengkapnyaKapolri Listyo meminta agar kejadian seperti bentrokan di Bitung tidak terulang kembali.
Baca SelengkapnyaKericuhan mewarnai sejumlah wilayah saat pesta demokrasi perdana digelar serentak tersebut.
Baca SelengkapnyaPrajurit yang diduga terlibat penyerangan itu berasal dari Yon Armed (Batalyon Armed 2/Kilap Sumagan).
Baca Selengkapnya