Bus AKAP di China Wajib Pakai Gelang Elektronik Agar Emosi Mereka Bisa Dipantau
Merdeka.com - Sopir bus jarak jauh atau antar kota antar provinsi (AKAP) di China diminta memakai gelang elektronik dengan teknologi penangkap emosi, untuk memantau atau mengawasi suasana hati atau emosi sopir.
Langkah ini diinisiasi BUMN China, Beijing Public Transport Holding Group, bertujuan untuk melindungi keselamatan masyarakat.
Sebanyak 1.800 gelang elektronik didistribusikan ke para sopir di pada Rabu, seperti dilaporkan Beijing Daily. Namun tidak disebutkan berapa jumlah sopir yang memenuhi syarat menerima gelang tersebut.
-
Bagaimana sopir angkot menunjukkan kemarahannya? Merasa tak terima ditegur, sopir angkot pun lantas melayangkan pukulan kepada pemotor tersebut. Terlebih ia sadar bahwa aksinya itu telah direkam kamera.
-
Bagaimana peraturan tentang APK di angkutan umum? Larangan pemasangan alat kampanye pada angkutan umum tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 dan PKPU Nomor 15 Tahun 2023.
-
Apa yang membuat penumpang emosi? 'Rekan saya mengingatkan bahwa driver ini salah karena seharusnya belok ke kiri tapi justru driver menggerutu dan mundur sedikit dengan masih ugal-ugalan bawa mobil,' demikian dikutip dari keterangan unggahan akun Instagram @kabarnegri.
-
Apa yang dilakukan sopir angkot saat ditegur? Sopir yang mengemudikan angkot berwarna biru itu tak terima laju kendaraanya tiba-tiba dihentikan oleh pemotor tersebut.'Mau kemana bos?,' ucap pemotor'Kenapa hah? Kenapa? Yang lain lewat lewat aja kenapa lu?' timpa sopir angkot.
-
Apa yang dilarang terkait APK di angkutan umum? Padahal, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) telah melarang pemasangan APK pada angkutan umum karena menganggu estetika serta kenyamanan pengendara dan pejalan kaki.
-
Dimana APK ditemukan di angkutan umum? Alat Peraga Kampanye (APK) terpasang pada kaca bagian belakang sebuah bajaj di kawasan Tanah Abang, Jakarta, Jumat (5/1/2024).
Dikutip dari South China Morning Post, Senin (26/9), gelang akan digunakan untuk memantau tanda-tanda vital dan kondisi emosi para sopir untuk meningkatkan keselamatan.
Kebijakan ini dikeluarkan setelah bus yang membawa warga ke pusat karantina Covid kecelakaan pekan lalu, menewaskan 27 orang dan melukai 20 lainnya.
Gelang tersebut memantau suhu tubuh, detak jantung, pernapasan, tingkat oksigen dalam darah, tekanan darah, gerak tubuh, dan aktivitas tidur sopir bus. Alat ini juga bisa memantau keadaan emosi seperti kecemasan dan data tersebut bisa diakses oleh perusahaan transportasi publik secara real time.
Alat tersebut mulai diuji coba pada 1 Juni lalu.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Inovasi tersebut justru menuai ketidaksetujuan dari sejumlah pengguna jalan tol.
Baca SelengkapnyaSeluruh direksi dan operator Transjakarta sudah menandatangani pakta netralitas karena pihaknya merupakan bagian dari Pemprov DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaSebuah unggahan viral karena menunjukkan penumpang kereta api memasang kipas angin listrik di dalam gerbong.
Baca SelengkapnyaKemenhub mengatakan, aturan tersebut bertujuan untuk mendata dan mengontrol armada bus.
Baca SelengkapnyaSaat lagi pusing menyetir, mobil ini bertemu dengan bus tebak kata. Pasti rasa kantuk langsung sirna seketika.
Baca SelengkapnyaKemenhub: Masyarakat Harus Bearni Tolak Bus Tak Ada Uji KIR, Minta Ganti Bus yang Baru
Baca SelengkapnyaSaat lagi pusing menyetir, mobil ini bertemu dengan bus tebak kata. Pasti rasa kantuk langsung sirna seketika.
Baca SelengkapnyaTingkah genius penumpang bus ini terlihat seperti cendekiawan murni. Akali situasi demi menambah kenyamanan.
Baca Selengkapnya