Cara keluarga kaya Sri Lanka bongkar siasat Cambridge Analytica
Merdeka.com - Perusahaan konsultan politik berbasis data asal Inggris, Cambridge Analytica disebut-sebut berada di balik kemenangan Donald Trump dalam Pilpres Amerika Serikat 2016. Begitu juga dengan kemenangan telak Barisan Nasional dalam Pemilu Malaysia 2013. Kabarnya masih banyak lagi.
Namun belakangan, 'prestasi' tersebut dipertanyakan. Hasil investigasi jurnalis media Inggris, Channel 4 News mengarah pada dugaan bahwa Cambridge Analytica menggunakan cara-cara kotor untuk mencapai tujuannya.
Pertama, perusaan tersebut dikaitkan kebocoran data puluhan juta pengguna Facebook. Data-data tersebut diduga kuat digunakan untuk membantu mereka merancang perangkat lunak (software) untuk memprediksi sekaligus memengaruhi pilihan para pemilih di bilik suara.
-
Siapa saja yang terlibat dalam kecurangan pemilu di Kuala Lumpur? 'Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Umum telah menyatakan lengkap secara formil dan materiil (P-21) berkas perkara tersangka 7 anggota PPLN,' kata Kapuspenkum Kejagung, Ketut Sumedana dalam keteranganya, Rabu (6/3).
-
Siapa yang menang Pilpres 2014? Hasil pilpres 2014 menunjukkan bahwa Joko Widodo dari PDIP memenangkan pemilu mengalahkan lawannya Prabowo Subianto.
-
Siapa yang menggunakan data Twitter untuk AI? Tetapi nampaknya yang dia maksud dengan pengikisan data dalam jumlah besar digunakan oleh perusahaan kecerdasan buatan (AI).
-
Siapa yang menentukan hasil pemilu? Nah, kombinasi dari faktor-faktor ini dan dinamika unik setiap pemilihanlah yang akan membentuk hasil akhir pemilu suatu negara.
-
Apa saja faktor yang mempengaruhi hasil pemilu? Hasil pemilu dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks dan bervariasi tergantung pada konteks politik suatu negara. Beberapa faktor yang umumnya dapat memengaruhi hasil pemilu meliputi: 1. Kandidat dan Partai Politik, 2. Isu Pemilu, 3. Faktor Ekonomi, 4. Media Massa, 5. Partisipasi Pemilih, 6. Sistem Pemilu, 7. Peraturan Pemilu, 8. Sentimen Publik, 9. Dukungan Elektoral, 10. Perubahan Demografis.
-
Data apa yang bocor dari situs KPU? Situs resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) dibobol hacker dan sekitar 204 juta data DPT bocor dalam kejadian ini.
Seperti dikutip dari CNN Tech (20/3), jurnalis Channel 4 News menyamar sebagai calon klien potensial dari Sri Lanka, yang latar belakangnya dari sebuah keluarga kaya dan terpandang.
Jurnalis tersebut menemui sejumlah eksekutif Cambridge Analytica, termasuk CEO-nya, Alexander Nix. Kamera tersembunyi yang merekam pertemuan tersebut mengabadikan bagaimana Nix membeberkan cara kerja perusahaannya.
Pada klien palsu itu, Nix bisa melakukan apapun demi kepentingan kliennya. Misalnya, menjebak politisi untuk menerima suap dan merekamnya. Atau, mengirimkan sejumlah gadis-gadis cantik asal Ukraina ke rumah target.
"Anda menggunakan para gadis untuk melakukannya, misalnya untuk menggoda seseorang? Mereka gadis lokal? Bukan gadis-gadis Sri Lanka?," tanya reporter yang menyamar dalam video.
Nix kemudian menjawab, "Boleh dikata kami bisa mendatangkan gadis Ukraina," kata dia. "Mereka sangat cantik. Cara itu biasanya bekerja dengan baik."
Nix juga mengatakan bahwa Cambridge Analytica dapat mengirim seseorang yang berpura-pura sebagai pengembang kaya ke Sri Lanka untuk menyuap politisi, merekam pertemuan tersebut dan kemudian memostingnya di internet.
Rekaman pembicaraan dengan Alexander Nix kemudian diolah dan kemudian ditayangkan dalam program berita di Channel 4.
Bantahan Cambridge Analytica
Ketika diminta konfirmasi terkait kabar itu, pihak Cambridge Analytica membantahnya. Pihak firma analisis itu juga menjelaskan bahwa laporan itu, "Sengaja telah dimanipulasi dan didesain sedemikian rupa, untuk menggambarkan sisi negatif terkait bagaimana perusahaan kami berbisnis."
Sementara itu, dalam sebuah keterangan resmi, CEO CA Alexander Nix turut mengutarakan bantahan serupa.
Nix juga menyatakan pembicaraannya dengan klien palsu itu (yang ternyata jurnalis Channel 4) adalah 'skenario hipotesis' yang tujuannya hanya untuk lucu-lucuan, bukan serius.
"Kami sama sekali tidak terlibat dalam upaya pemerasan dan penjebakan (untuk kepentingan politik) semacam itu," kata dia.
"Saya tekankan sekali lagi bahwa Cambridge Analytica tidak terlibat dalam aktivitas bisnis seperti (yang digambarkan skenario) itu," lanjutnya.
Curi Data Facebook Lewat Kuis Kepribadian
Media New York Times dan The Observer of London melaporkan, Cambridge Analytica diduga mengeksploitasi informasi dari 50 juta pengguna Facebook dan menggunakannya untuk mengembangkan teknik yang bisa digunakan untuk mendukung kampanye Donald Trump dalam Pilpres 2016. Tujuannya, untuk mempengaruhi para pemilih.
Perusahaan yang terafisilasi dengan Strategic Communication Laboratories (SCL) itu punya kantor di London, New York, Washington DC, juga di Brasil dan Malaysia. Sementara, miliarder pengelola investasi global (hedge fund) sekaligus pendukung Donald Trump, Robert Mercer adalah pemiliknya.
Cambridge Analytica memiliki keterkaitan dengan dengan mantan kepala penasihat Trump Steve Bannon dan manajer kampanye Trump 2020, Brad Parscale.
Seperti dikutip dari thejournal.ie, Psikolog Universitas Cambridge, Aleksandr Kogan menciptakan aplikasi prediksi kepribadian, thisisyourdigitallife, yang diunduh oleh 270.000 orang.
Aplikasi tersebut memungkinkan Kogan untuk mengakses informasi seperti konten seperti apa yang disukai pengguna Facebook, asal kota yang mereka dalam data profil.
Informasi-informasi tersebut kemudian diteruskan ke Strategic Communication Laboratories (SCL) dan Cambridge Analytica.
Kepada saluran televisi Kanada, CBC, Christopher Wylie, mantan karyawan Cambridge Analytica mengaku, perusahaan tersebut menggunakan data-data pribadi yang didapatkan tanpa persetujuan.
Itu adalah salah kasus pencurian data paling parah dalam sejarah Facebook.
Sejak kabar mengejutkan itu menyeruak, Facebook telah memblokir laman Strategic Communication Laboratories (SCL) dan Cambridge Analytica, juga akun milik Christopher Wylie dan Aleksandr Kogan.
Pihak Facebook berpendapat bahwa aplikasi thisisyourdigitallife berstatus resmi, namun menuduh Kogan kemudian melanggar persyaratan Facebook dengan mengirimkan data ke SCL atau Cambridge Analytica.
Perusahaan raksasa media sosial itu mengaku telah mengetahui insiden yang terjadi pada 2016 tersebut dan meminta semua pihak yang terkait untuk menghapus data-data yang mereka dapatkan.
"Klaim bahwa ini adalah pembobolan data sepenuhnya salah," kata pihak Facebook, Sabtu 17 Maret 2018.
Perusahaan tersebut mengatakan, pengguna aplikasi diduga dengan sadar memberikan informasi mereka.
Meski demikian, wakil kepala bagian Legal Facebook, Paul Grewal mengaku pihaknya terus menyelidiki klaim tersebut.
"Kami akan mengambil langkah hukum bila perlu untuk menuntut pertanggungjawaban dan akuntabilitas mereka atas perilaku apapun yang melawan hukum," ujar pihak Facebook, seperti dikutip dari VOA.
Sementara, pihak Cambridge Analytica membantah keras tuduhan yang diarahkan pada mereka. Perusahaan itu mengaku telah menghapus data-data Facebook dari pihak ketiga pada 2014, setelah mengetahui bahwa informasi-informasi tersebut tak memenuhi aturan.
Reporter: Rizki Akbar Hasan
Sumber: Liputan6.com
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Poltracking Indonesia belakangan ini menjadi sorotan usai memutuskan keluar dari Persepi.
Baca SelengkapnyaTemuan dugaan kecurangan itu berdasarkan analisis tim teknologi informasi forensik Timnas AMIN.
Baca SelengkapnyaSaham di Trump Media & Technology Group naik sekitar 8 persen hingga menyentuh angka hampir USD 37 per saham atau Rp578.495.
Baca SelengkapnyaTim Kemenangan Nasional (TKN) Prabowo Gibran blak-blakan potensi kecurangan besar pemungutan suara di Malaysia.
Baca SelengkapnyaTim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Gibran mengaku mengantongi bukti kecurangan pelaksanaan Pemilu 2024 di Malaysia.
Baca SelengkapnyaHal ini menanggapi perbedaan hasil survei Poltracking Pilgub Jakarta hingga memutuskan keluar dari Persepi. Poltracking juga diberi sanksi oleh Persepi.
Baca Selengkapnyaarena proses penentuan pemilih yang tidak sesuai dengan kondisi di lapangan.
Baca SelengkapnyaKredibilitas lembaga survei dipertanyakan jelang Pemilu 2024.
Baca Selengkapnyaada dugaan penentuan ratusan ribu DPT itu dilakukan atas persentase kesepakatan lobi-lobi.
Baca SelengkapnyaSebanyak tujuh orang PPLN di Kuala Lumpur terpaksa harus berurusan dengan persoalan hukum.
Baca SelengkapnyaTKN Prabowo-Gibran segera mengirimkan tim pencari fakta khusus untuk mengusut dugaan kecurangan pemilu
Baca SelengkapnyaSejumlah lembaga survei memotret elektabilitas atau tingkat keterpilihan capres dan cawapres empat hari menjelang pencoblosan.
Baca Selengkapnya