Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Catat Baik-Baik, Ini Daftar Janji Para Pemimpin Dunia Atasi Perubahan Iklim

Catat Baik-Baik, Ini Daftar Janji Para Pemimpin Dunia Atasi Perubahan Iklim Aksi Aktivis Bertopeng Kepala Negara di Sela KTT Iklim PBB COP26. ©2021 REUTERS/Russell Cheyne

Merdeka.com - Setelah dua pekan negosiasi intens, negara-negara telah mencapai kesepakatan iklim di KTT iklim PBB atau COP26 di Glasgow, Skotlandia.

Pakta Iklim Glasgow yang disepakati pada Sabtu merupakan paket iklim pertama yang secara langsung mengacu pada batubara dan bahan bakar fosil, walaupun banyak negara marah karena perubahan di detik-detik terakhir pada teks di mana seruan untuk "menghapus" batubara diganti dengan seruan untuk "menurunkan".

Namun, janji saat ini yang dibuat di COP26 sepertinya tidak akan membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius yang diperlukan untuk mencegah bencana.

Untuk menjaga target dalam jangkauan, emisi global perlu dikurangi sebesar 45 persen dari level 2010 pada tahun 2030. Berdasarkan kesepakatan iklim Paris 2015, hampir 200 negara telah sepakat untuk membatasi pemanasan global hingga 2 derajat Celcius atau idealnya 1,5 derajat Celcius.

Berikut janji-janji yang disepakati negara peserta KTT iklim PBB, dikutip dari Al Jazeera, Senin (15/11).

Hentikan deforestasi atau penggundulan hutan

Deklarasi Pemanfaatan Hutan dan Lahan Pemimpin di Glasgow, ditandatangani lebih dari 141 negara, bertujuan untuk konservasi dan mengembalikan hutan dalam dekade mendatang, serta memfasilitasi kebijakan untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celcius.

Itu merupakan perjanjian utama pertama yang dikeluarkan dalam KTT, termasuk janji penggelontoran anggaran USD 19,2 miliar.

deforestasi negara negara di dunia©Aljazeera

Di antara negara yang menandatangani kesepakatan ini adalah Rusia dan Brasil, yang menyumbang lebih dari 30 persen total kawasan lahan dunia yang ditutupi hutan.

"Kerja aktual harus dilakukan ketika setiap orang balik dari COP," kata kepala kebijakan Rainforest Foundation Norway (Yayasan Hutan Hujan Norwegia), Anders Haug Larsen,kepada Al Jazeera.

"Apa yang menciptakan momentum lebih jauh adalah Anda punya janji finansial ini, mendukung negara-negara yang memiliki hutan hujan mencapai target mereka," lanjutnya.

"Dengan uang berjumlah besar ini muncul tanggung jawab besar bagi para penyumbang untuk memastikan dananya sampai di tangan-tangan yang tepat dan memberi insentif untuk tindakan lebih lanjut."

Negara yang absen dalam perjanjian ini yaitu India, Bolivia, dan Venezuela, yang merupakan 20 besar negara dengan persentase terbesar lahannya ditutupi hutan.

Menghapus batubara

Lebih dari 40 negara sepakat untuk menghapus penggunaan batubara untuk tenaga listrik, sementara 23 negara menandatangani Persetujuan Transisi Batubara ke Tenaga Listrik Bersih COP26, berjanji pertama kalinya untuk menghentikan pembangunan dan menerbitkan izin pembangkit listrik batubara baru.

Bank-bank besar internasional juga berjanji menghentikan pendanaan internasional pembangkit listrik tenaga batubara baru pada akhir 2021.

Namun, beberapa produsen dan pengguna batubara terbesar absen dari perjanjian ini seperti China, yang bertanggung jawab atas 54 persen konsumsi batubara global tahun lalu.

Negara lain yang absen termasuk India, AS, dan Australia, yang bersama China menyumbang hampir tiga perempat konsumsi batubara.

Menanggapi seruan untuk menghapus batubara dan subisi bahan bakar fosil pada hari terakhir KTT COP26, Menteri Iklim India, Bhupender Yadav mengatakan negaranya masih harus "berurusan dengan rencana pembangunan dan pemberantasan kemiskinan".

Perjanjian akhir akan mengizinkan pembangunan pembangkit listrik bertenaga batubara jika mereka bisa menangkap dan menyimpan emisi karbon mereka.

Mengurangi emisi metan

Perjanjian Metan Global, yang meliputi negara-negara yang bertanggung jawab untuk hampir setengah dari semua emisi berkaitan dengan aktivitas manusia, diusulkan AS dan Uni Eropa pada September.

Tujuannya adalah mengurangi emisi metan global sampai sekurang-kurangnya 30 persen dari level 2020 di 2030. Tiga besar penghisil emisi metan yaitu China, India, dan Rusia tidak menandatangani perjanjian ini.

Metan ditetapkan sebagai gas rumah kaca terburuk dibandingkan karbon dioksida atau CO2 karena potensinya untuk menjebak panas di atmosfer.

Penelitian baru diterbitkan di Glasgow awal pekan lalu mengatakan tujuan jangka pandek yang dicapai negara-negara di COP26 akan melihat suhu global naik 2,4 derajat Celcius pada akhir tahun, jauh melebihi batas 2 derajat Celcius dari kesepakatan Paris.

Emisi nol-bersih

Tujuan utama di COP26 adalah mencapai emisi nol-bersih - keseimbangan antara gas rumah kaca yang dihasilkan dan membersihkannya dari atmosfer - target yang harus dicapai pada 2050.

Kejutan datang dari janji Perdana Menteri India Narendra Modi, yang negaranya adalah penyumbang ketiga emisi CO2 terbesar di dunia, untuk mencapai nol bersih pada 2070. Walaupun lewat dari target 2050, Itu dinilai sebagai langkah penting.

Komitmen ini termasuk janji mengamankan 50 persen energi India dari sumber daya terbarukan pada 2030.

Nigeria juga berjanji nol bersih pada 2060.

Sebuah laporan Climate Action Tracker mengatakan hanya 6 persen negara yang menjanjikan nol bersih memiliki target nol bersih nasional yang kuat dan lebih banyak pemerintah perlu meningkatkan target mereka.

Kerjasama China-AS dan perjanjian lain

AS dan China, dua negara penghasil emisi CO2 terbesar, menandatangani deklarasi bersama yang tidak diharapkan sebelumnya untuk meningkatkan kerjasama iklim dalam satu dekade ke depan.

Kesepakatan tersebut adalah mencapai pengurangan emisi metan, mengatasi deforestasi, dan mengatur soal dekarbonisasi.

China menyumbang 28 persen emisi CO2 global, dan AS menyumbang 15 persen.

Walaupun janji itu disambut baik oleh sejumlah pihak, namun langkah-langkah yang disepakati kurang konkret untuk mencapai 1,5 derajat Celcius seperti tujuan Perjanjian Paris.

Sementara itu terkait teknologi hijau, lebih dari 40 pemimpin dunia menyepakati rencana yang dipimpin Inggris untuk mempercepat teknologi bersih dan terjangkau pada 2030 termasuk kendaraan emisi nol.

Sebanyak 45 negara berjanji untuk membuat sektor perternakan lebih berkelanjutan dan berinvestasi dalam praktik pertanian hijau. Inggris menargetkan 75 persen petani mengadopsi praktik rendah karbon pada 2030.

Deklarasi Clydebank juga ditandatangani 22 negara untuk menciptakan rute pengiriman jalur laut atau maritim emisi no.

 

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
16 Februari: Hari Protokol Kyoto, Perjanjian Internasional Kurangi Polutan
16 Februari: Hari Protokol Kyoto, Perjanjian Internasional Kurangi Polutan

Dibutuhkan komitmen setiap negara untuk mengurangi gas polutan.

Baca Selengkapnya
Jokowi Melawat ke Dubai, Hadiri KTT Perubahan Iklim COP28
Jokowi Melawat ke Dubai, Hadiri KTT Perubahan Iklim COP28

Jokowi juga akan menghadiri presidensi event terkait transformasi food system, KTT G-77, serta melakukan beberapa pertemuan bilateral.

Baca Selengkapnya
Sambangi PBB, Pimpinan BKSAP DPR Ingatkan Dana Perubahan Iklim 100 Miliar Dolar AS Wajib Ditepati
Sambangi PBB, Pimpinan BKSAP DPR Ingatkan Dana Perubahan Iklim 100 Miliar Dolar AS Wajib Ditepati

Pimpinan BKSAP DPR memaparkan isu Pembangunan Berkelanjutan saat menghadiri Inter-Parliamentary Union (IPU) Parliamentary Forum at The United Nation.

Baca Selengkapnya
Cara Mengatasi Pemanasan Global: Langkah-Langkah Konkret untuk Menyelamatkan Bumi
Cara Mengatasi Pemanasan Global: Langkah-Langkah Konkret untuk Menyelamatkan Bumi

Penjelasan mengenai pemanasan global dan cara mengatasinya yang perlu dipahami.

Baca Selengkapnya
Peningkatan Suhu Bumi Harus Segera Diantisipasi
Peningkatan Suhu Bumi Harus Segera Diantisipasi

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memastikan razia uji emisi akan tetap berlangsung hingga akhir tahun 2023.

Baca Selengkapnya
ISF 2024, Anak Buah Luhut Beberkan Cara Efektif Selesaikan Masalah Perubahan Iklim
ISF 2024, Anak Buah Luhut Beberkan Cara Efektif Selesaikan Masalah Perubahan Iklim

Tanpa kolaborasi, investasi, riset, dan teknologi, serta pembiayaan maka permasalahan perubahan iklim tidak bisa diselesaikan begitu saja.

Baca Selengkapnya
Indonesia Sukses Gelar ISF 2024, Hasilkan 14 MoU dan Perkuat Posisi Indonesia Jadi Pemain Kunci Perubahan Iklim
Indonesia Sukses Gelar ISF 2024, Hasilkan 14 MoU dan Perkuat Posisi Indonesia Jadi Pemain Kunci Perubahan Iklim

Semangat kolaborasi yang kuat dari ISF 2024 membangkitkan harapannya dalam menanggulangi krisis iklim.

Baca Selengkapnya
Jokowi Ajak Pemimpin G20 Lakukan Aksi Nyata Lestarikan Bumi: Indonesia Turunkan Emisi 91,5 Juta Ton Tahun 2022
Jokowi Ajak Pemimpin G20 Lakukan Aksi Nyata Lestarikan Bumi: Indonesia Turunkan Emisi 91,5 Juta Ton Tahun 2022

Jokowi menekankan pentingnya menjaga kelestarian bumi.

Baca Selengkapnya
Menteri LHK Beberkan Kemajuan Indonesia Atasi Perubahan Iklim
Menteri LHK Beberkan Kemajuan Indonesia Atasi Perubahan Iklim

Indonesia lebih awal menginisasi beberapa aksi pengendalian perubahan iklim.

Baca Selengkapnya
Sejarah 16 September 1987: Penandatanganan Protokol Montreal untuk Melindungi Ozon
Sejarah 16 September 1987: Penandatanganan Protokol Montreal untuk Melindungi Ozon

Pada 16 September 1987, beberapa negara mengambil langkah penting guna melindungi lapisan ozon.

Baca Selengkapnya
Sidang Umum ke-44 AIPA Momen Indonesia Tagih Pendanaan Negara Maju Atasi Perubahan Iklim
Sidang Umum ke-44 AIPA Momen Indonesia Tagih Pendanaan Negara Maju Atasi Perubahan Iklim

Putu menyebut untuk level legislatif atau Parlemen se-ASEAN menekankan pada aspek episentrum ekonomi yakni kesejahteraan, masyarakat, dan planet (lingkungan).

Baca Selengkapnya
Lanjutkan Kepemimpinan Transisi Energi ala Indonesia, PLN Siap Jalin Kolaborasi di COP 28 Dubai
Lanjutkan Kepemimpinan Transisi Energi ala Indonesia, PLN Siap Jalin Kolaborasi di COP 28 Dubai

PLN siap menegaskan perannya dalam memimpin akselerasi transisi energi di Indonesia.

Baca Selengkapnya