Cegah Gangguan Mental Akibat Perang, Warga Afghanistan Tulis Surat
Merdeka.com - Ratusan warga Afghanistan, lelah dengan perang dan masa depan tak menentu, bergabung dengan sebuah kampanye menulis surat untuk membagi perasaan mereka dengan penguasa yang akan memutuskan berdamai dengan Taliban, yang juga berkaitan dengan nasib negara mereka.
Surat-surat dari berbagai wilayah Afghanistan mengungkapkan perpaduan perasaan bingung, rasa menyerah dan ketakutan.
"Saya hidup dalam duka tapi saya tersenyum. Orang-orang berpikir saya berani tapi saya tak punya pilihan," tulis salah seorang warga.
-
Siapa yang menulis surat itu? Surat itu sebenarnya ditulis oleh fisikawan Hungaria, Leo Szilard dengan bantuan ilmuwan lain, namun ditandatangani Einstein untuk menarik perhatian presiden karena statusnya sebagai salah satu ilmuwan terbesar sepanjang masa.
-
Siapa yang menulis surat? 'Lentera ini didirikan oleh insinyur James Wells, millwright John Westwood, insinyur James Brodie, buruh David Scott, dari firma James Milne & Son Engineers, Milton House Works, Edinburgh, selama bulan-bulan Mei hingga September dan dinyalakan kembali pada hari Kamis malam tanggal 15 September 1892.'
-
Apa isi pesan dalam surat? Kertas lainnya adalah surat dari Lorange yang secara kasar diterjemahkan sebagai: Gundukan ini digali Anno Domino 1874. Dari Anders Lorange, Antiqvarius Norvegiæ. Gundukan ini dibangun di atas Manusia yang gugur. Mereka dibakar di kapal mereka bersama senjata dan dekorasi mereka.
-
Kenapa surat tersebut ditulis? Kertas lainnya adalah surat dari Lorange yang secara kasar diterjemahkan sebagai: Gundukan ini digali Anno Domino 1874. Dari Anders Lorange, Antiqvarius Norvegiæ. Gundukan ini dibangun di atas Manusia yang gugur. Mereka dibakar di kapal mereka bersama senjata dan dekorasi mereka.
-
Siapa yang membuat surat pernyataan? Yang bertanda tangan di bawah ini :Nama : Anton SyahputraNISN : 88765463544578Kelas : XI IPS – 3Sekolah : SMA Negeri 1 MedanAlamat : Jl. Amal No. 123, Medan Dengan ini menyatakan mengakui kesalahan yang sudah saya lakukan berupa absen sekolah selama 5 hari berturut – turut tanpa pemberitahuan, terhitung dari tanggal 15 Februari 2020 s/d 19 Februari 2020.
Surat-surat tersebut, bagian dari kegiatan proyek Dard-e-Dil atau lara hati ditujukan kepada diplomat Amerika Serikat, Taliban, dan pejabat pemerintah. Surat-surat ditulis ketika berlangsung perundingan tingkat tinggi untuk mencapai kesepakatan mengakhiri perang 18 tahun.
"Saya menulis dengan setitik harapan bahwa kami bisa memiliki kehidupan lebih baik di Kabul, kami hidup di tengah banyaknya ketegangan, saya tak bisa apa-apa untuk mengubah situasi tapi saya tetap menulis," tulis salah seorang warga dari Kabul.
Proyek Dard-e-Dil bertujuan memberi warga biasa medium untuk mengungkapkan perasaan mereka ketika perundingan damai para pejabat tinggi, kendati perang belum surut.
"Ketidakpastian politik yang berlaku jelas merupakan fase paling menegangkan bagi rakyat Afghanistan, kebanyakan dari kami sudah berjuang melawan depresi dan masalah kesehatan mental," kata seniman Omaid Sharifi, yang mengorganisir proyek ini, dilansir dari Reuters, Rabu (24/7).
Ketertarikan Sharifi dalam mengekspresikan perasaan yang disebabkan konflik dituangkan dalam karya bersama ArtLords, sebuah kelompok seni yang ia dirikan yang terkenal karena mural dramatis yang dilukisnya pada dinding ledakan beton suram di sekitar Kabul.
Timnya telah memasang kotak surat khusus di kafe-kafe, pusat pendidikan, rumah sakit dan kantor pemerintah, mendorong orang-orang mencoba berdamai dengan kegelisahan dan menyuarakan pendapat mereka terkait perundingan damai dalam surat.
Surat-surat tersebut kemudian dipilah di studio ArtLords dan dikirim ke pemerintah, diplomat dan pemimpin pemberontak. Terpenting, adalah kebutuhan untuk membantu orang menceritakan kisah mereka, persyaratan dasar untuk kesehatan mental, kata Sharifi, yang berjuang dengan kecemasan selama bertahun-tahun.
"Setiap orang memiliki hak untuk menarasikan cerita mereka. Beberapa dari cerita-cerita ini akan menyoroti dan mengungkapkan pelanggaran HAM dan beberapa akan menawarkan harapan dan solidaritas," jelasnya.
Afghanistan dihancurkan perang berkepanjangan selama beberapa dekade, diawali konflik dengan bekas Uni Soviet dari akhir 1979. Kekerasan, instabilitas, dan kemiskinan mendera setiap keluarga dan banyak warga Afghanistan menderita masalah gangguan mental. Sementara, fasilitas untuk mengobati penyakit tersebut masih langka.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Masyarakat, Wahid Mayar, memperkirakan sekitar setengah populasi mengalami tekanan mental selama hidupnya, konsekuensi perang kerap membayangi kehidupan sehari-hari.
“Penderitaan penyakit mental di Afghanistan adalah perang sunyi. Jika perdamaian datang maka kita harus menerima kehidupan normal yang baru, tetapi saat ini kita berada dalam fase ketidakpastian yang luar biasa," kata Mayar.
“Prospek perdamaian membawa harapan dan kecemasan. Kami bertanya-tanya dapatkah kedamaian datang untuk merangkul kami, menenangkan pikiran kami," lanjutnya.
Data akurat kesehatan mental tak tersedia di Afghanistan tapi WHO memperkirakan lebih dari 1 juta warga Afghanistan menderita depresi dan lebih dari 1,2 juta menderita kecemasan. WHO mengatakan angka aktual bisa jauh lebih tinggi.
Tak ada yang berharap kampanye menulis surat ini dapat menyembuhkan luka konflik lebih dari empat dekade namun kampanye itu setidaknya diharapkan orang-orang bisa mulai melewati rasa takutnya dan bersiap menghadapi masa depan yang tak pasti.
"Ada masa ketika saya ingin kabur dari negaraku dan kemudian saya berpikir saya seharusnya menunggu perdamaian dan merencanakan kehidupanku di sini. Kabul selalu menjadi tempat terbaik," tulis seseorang.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anak-anak korban perang menerima dampak psikologis yang memprihatinkan
Baca SelengkapnyaKeluarga tentara Israel dari Unit Maglan di Jalur Gaza melaporkan hal ini ke komandan militer mereka.
Baca SelengkapnyaAgresi brutal Israel di Jalur Gaza, Palestina, dimulai sejak 7 Oktober dan telah menewaskan lebih dari 10.000 warga sipil.
Baca SelengkapnyaSurat ini ditinggalkan ketika warga tersebut harus meninggalkan rumahnya untuk mengungsi demi menghindari serangan udara Israel.
Baca SelengkapnyaAnak-anak ini adalah pengungsi yang melarikan diri ke rumah sakit akibat serangan bom Israel.
Baca SelengkapnyaJumlah anak yatim piatu akibat peristiwa perang selama beberapa abad terakhir, hingga tahun 2001 terus meningkat.
Baca SelengkapnyaMiliter Israel merahasiakan identitas tentaranya yang mati bunuh diri.
Baca SelengkapnyaPeperangan membuat anak-anak di Jalur Gaza harus menanggung akibat buruk secara psikologis, emosional, atau perilaku.
Baca SelengkapnyaPotret tulisan di tembok-tembok bangunan di Gaza, Palestina.
Baca SelengkapnyaDi balik keindahan alamnya, Gunungkidul memiliki masalah sosial yang dari tahun ke tahun tidak kunjung selesai, yakni tingginya angka kasus bunuh diri.
Baca SelengkapnyaMuncul desakan agar pemerintah menetapkan keadaan darurat.
Baca SelengkapnyaPertamina memiliki berbagai program untuk menjaga kesehatan mental.
Baca Selengkapnya