Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Cegah Gangguan Mental Akibat Perang, Warga Afghanistan Tulis Surat

Cegah Gangguan Mental Akibat Perang, Warga Afghanistan Tulis Surat Anak-anak Afghanistan. ©2018 REUTERS/Mohammad Ismail

Merdeka.com - Ratusan warga Afghanistan, lelah dengan perang dan masa depan tak menentu, bergabung dengan sebuah kampanye menulis surat untuk membagi perasaan mereka dengan penguasa yang akan memutuskan berdamai dengan Taliban, yang juga berkaitan dengan nasib negara mereka.

Surat-surat dari berbagai wilayah Afghanistan mengungkapkan perpaduan perasaan bingung, rasa menyerah dan ketakutan.

"Saya hidup dalam duka tapi saya tersenyum. Orang-orang berpikir saya berani tapi saya tak punya pilihan," tulis salah seorang warga.

Orang lain juga bertanya?

Surat-surat tersebut, bagian dari kegiatan proyek Dard-e-Dil atau lara hati ditujukan kepada diplomat Amerika Serikat, Taliban, dan pejabat pemerintah. Surat-surat ditulis ketika berlangsung perundingan tingkat tinggi untuk mencapai kesepakatan mengakhiri perang 18 tahun.

"Saya menulis dengan setitik harapan bahwa kami bisa memiliki kehidupan lebih baik di Kabul, kami hidup di tengah banyaknya ketegangan, saya tak bisa apa-apa untuk mengubah situasi tapi saya tetap menulis," tulis salah seorang warga dari Kabul.

Proyek Dard-e-Dil bertujuan memberi warga biasa medium untuk mengungkapkan perasaan mereka ketika perundingan damai para pejabat tinggi, kendati perang belum surut.

"Ketidakpastian politik yang berlaku jelas merupakan fase paling menegangkan bagi rakyat Afghanistan, kebanyakan dari kami sudah berjuang melawan depresi dan masalah kesehatan mental," kata seniman Omaid Sharifi, yang mengorganisir proyek ini, dilansir dari Reuters, Rabu (24/7).

Ketertarikan Sharifi dalam mengekspresikan perasaan yang disebabkan konflik dituangkan dalam karya bersama ArtLords, sebuah kelompok seni yang ia dirikan yang terkenal karena mural dramatis yang dilukisnya pada dinding ledakan beton suram di sekitar Kabul.

Timnya telah memasang kotak surat khusus di kafe-kafe, pusat pendidikan, rumah sakit dan kantor pemerintah, mendorong orang-orang mencoba berdamai dengan kegelisahan dan menyuarakan pendapat mereka terkait perundingan damai dalam surat.

Surat-surat tersebut kemudian dipilah di studio ArtLords dan dikirim ke pemerintah, diplomat dan pemimpin pemberontak. Terpenting, adalah kebutuhan untuk membantu orang menceritakan kisah mereka, persyaratan dasar untuk kesehatan mental, kata Sharifi, yang berjuang dengan kecemasan selama bertahun-tahun.

"Setiap orang memiliki hak untuk menarasikan cerita mereka. Beberapa dari cerita-cerita ini akan menyoroti dan mengungkapkan pelanggaran HAM dan beberapa akan menawarkan harapan dan solidaritas," jelasnya.

Afghanistan dihancurkan perang berkepanjangan selama beberapa dekade, diawali konflik dengan bekas Uni Soviet dari akhir 1979. Kekerasan, instabilitas, dan kemiskinan mendera setiap keluarga dan banyak warga Afghanistan menderita masalah gangguan mental. Sementara, fasilitas untuk mengobati penyakit tersebut masih langka.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan Masyarakat, Wahid Mayar, memperkirakan sekitar setengah populasi mengalami tekanan mental selama hidupnya, konsekuensi perang kerap membayangi kehidupan sehari-hari.

“Penderitaan penyakit mental di Afghanistan adalah perang sunyi. Jika perdamaian datang maka kita harus menerima kehidupan normal yang baru, tetapi saat ini kita berada dalam fase ketidakpastian yang luar biasa," kata Mayar.

“Prospek perdamaian membawa harapan dan kecemasan. Kami bertanya-tanya dapatkah kedamaian datang untuk merangkul kami, menenangkan pikiran kami," lanjutnya.

Data akurat kesehatan mental tak tersedia di Afghanistan tapi WHO memperkirakan lebih dari 1 juta warga Afghanistan menderita depresi dan lebih dari 1,2 juta menderita kecemasan. WHO mengatakan angka aktual bisa jauh lebih tinggi.

Tak ada yang berharap kampanye menulis surat ini dapat menyembuhkan luka konflik lebih dari empat dekade namun kampanye itu setidaknya diharapkan orang-orang bisa mulai melewati rasa takutnya dan bersiap menghadapi masa depan yang tak pasti.

"Ada masa ketika saya ingin kabur dari negaraku dan kemudian saya berpikir saya seharusnya menunggu perdamaian dan merencanakan kehidupanku di sini. Kabul selalu menjadi tempat terbaik," tulis seseorang.

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Efek Psikologis Anak Korban Perang, Kecemasan hingga Trauma Kehilangan
Efek Psikologis Anak Korban Perang, Kecemasan hingga Trauma Kehilangan

Anak-anak korban perang menerima dampak psikologis yang memprihatinkan

Baca Selengkapnya
Takut Diserang Pejuang Palestina, Banyak Tentara Israel Alami Frustrasi dan Tak Semangat Lagi Berperang di Gaza
Takut Diserang Pejuang Palestina, Banyak Tentara Israel Alami Frustrasi dan Tak Semangat Lagi Berperang di Gaza

Keluarga tentara Israel dari Unit Maglan di Jalur Gaza melaporkan hal ini ke komandan militer mereka.

Baca Selengkapnya
"Aku Menulis Ini Seandainya Seseorang Menemukan Mayatku di Gaza"

Agresi brutal Israel di Jalur Gaza, Palestina, dimulai sejak 7 Oktober dan telah menewaskan lebih dari 10.000 warga sipil.

Baca Selengkapnya
Warga Gaza Tinggalkan Surat untuk Pejuang Hamas, Isinya Bikin Haru
Warga Gaza Tinggalkan Surat untuk Pejuang Hamas, Isinya Bikin Haru

Surat ini ditinggalkan ketika warga tersebut harus meninggalkan rumahnya untuk mengungsi demi menghindari serangan udara Israel.

Baca Selengkapnya
Anak-Anak Gaza Konferensi Pers di Rumah Sakit,
Anak-Anak Gaza Konferensi Pers di Rumah Sakit, "Kami Kelaparan, Kami Ingin Hidup"

Anak-anak ini adalah pengungsi yang melarikan diri ke rumah sakit akibat serangan bom Israel.

Baca Selengkapnya
6 Januari Hari Anak Yatim Piatu Akibat Perang Sedunia, Ini Sejarahnya
6 Januari Hari Anak Yatim Piatu Akibat Perang Sedunia, Ini Sejarahnya

Jumlah anak yatim piatu akibat peristiwa perang selama beberapa abad terakhir, hingga tahun 2001 terus meningkat.

Baca Selengkapnya
Kena Mental, 10 Tentara Israel Bunuh Diri Setelah Pulang dari Gaza Karena Melihat Penderitaan Rakyat Palestina
Kena Mental, 10 Tentara Israel Bunuh Diri Setelah Pulang dari Gaza Karena Melihat Penderitaan Rakyat Palestina

Militer Israel merahasiakan identitas tentaranya yang mati bunuh diri.

Baca Selengkapnya
FOTO: Musisi Cantik Palestina Hibur Anak-Anak Gaza dari Trauma Kengerian Perang
FOTO: Musisi Cantik Palestina Hibur Anak-Anak Gaza dari Trauma Kengerian Perang

Peperangan membuat anak-anak di Jalur Gaza harus menanggung akibat buruk secara psikologis, emosional, atau perilaku.

Baca Selengkapnya
Tulisan-tulisan Warga Gaza Palestina di Tembok ini Jadi Pesan buat Dunia, Isinya Menggetarkan Jiwa
Tulisan-tulisan Warga Gaza Palestina di Tembok ini Jadi Pesan buat Dunia, Isinya Menggetarkan Jiwa

Potret tulisan di tembok-tembok bangunan di Gaza, Palestina.

Baca Selengkapnya
Mbalang Lintang, Siasat Eksha Team UAD Membabat Narasi Mitos Pulung Gantung Bunuh Diri di Gunungkidul
Mbalang Lintang, Siasat Eksha Team UAD Membabat Narasi Mitos Pulung Gantung Bunuh Diri di Gunungkidul

Di balik keindahan alamnya, Gunungkidul memiliki masalah sosial yang dari tahun ke tahun tidak kunjung selesai, yakni tingginya angka kasus bunuh diri.

Baca Selengkapnya
Semakin Banyak Tentara Israel Bunuh Diri dan Alami Gangguan Mental Setelah Kembali dari Gaza
Semakin Banyak Tentara Israel Bunuh Diri dan Alami Gangguan Mental Setelah Kembali dari Gaza

Muncul desakan agar pemerintah menetapkan keadaan darurat.

Baca Selengkapnya
Program 1.000 Manusia Bercerita, Pertamina Berbagi Aksi Nyata Jaga Kesehatan Mental Pekerja
Program 1.000 Manusia Bercerita, Pertamina Berbagi Aksi Nyata Jaga Kesehatan Mental Pekerja

Pertamina memiliki berbagai program untuk menjaga kesehatan mental.

Baca Selengkapnya