China buat bangunan tempat orangtua buang bayi
Merdeka.com - Pihak berwenang di China dikabarkan telah membuat sebuah bangunan untuk membuang bayi, di mana para orangtua dapat secara tidak diketahui meninggalkan anak-anak tidak mereka inginkan.
Bangunan terletak di Kota Nanjing, Provinsi Jiangsu, sebelah timur China, itu akan memberikan tempat aman bagi para orangtua untuk meninggalkan bayi-bayi mereka, yang kemudian akan dirawat di rumah kesejahteraan tidak jauh dari bangunan itu, seperti dilansir surat kabar the Daily Mail, Ahad (1/12).
Bangunan itu populer dengan sebutan 'kotak bayi' oleh media lokal dan akan dipantau secara elektronik, sehingga ketika ada seorang bayi ditinggalkan di sana maka alarm akan berbunyi.
-
Siapa yang mengubur bayi-bayi di bawah batu naga? Sebuah penemuan arkeologi mengungkap batu setinggi 3,5 meter yang berasal dari abad ke-16 SM, digunakan oleh masyarakat prasejarah yang disebut Armenia untuk mengubur dua bayi baru lahir dan seorang wanita dewasa di bawahnya.
-
Kenapa banyak bayi dan remaja dikuburkan di situs ini? Sekitar 30-40 persen orang yang dimakamnkan di situs ini meninggal ketika masih bayi dan remaja.
-
Siapa yang mentahnik bayi? Diriwayatkan dari Aisyah radiallahu anha bahwa Nabi sering didatangi para orang tua yang membawa bayinya untuk dimintakan berkah dan di tahnik.
-
Mengapa pelaku memperdagangkan bayi? Motif ketiga pelaku memperdagangkan bayi-bayi malang itu hingga kini masih diselidiki.
-
Kenapa bayi-bayi bangsa Iberia dikubur di rumah? Dilansir dari laman phys.orng, para peneliti menggunakan mikroskop optik dan mikro fluoresensi dengan cahaya sinkrotron untuk menganalisis temuan gigi dan 45 sisa kerangka bayi dan mencapai kesimpulan bahwa bayi-bayi yang dikuburkan di dalam rumah meninggal secara alami, seperti komplikasi saat persalinan atau kelahiran prematur, dan bukan karena praktik ritual.
-
Mengapa orangtua menitipkan anak? Menitipkan anak kepada pengasuh, kerabat, atau di tempat penitipan seperti daycare sudah menjadi praktik umum di kalangan orangtua. Hal ini sering kali dilakukan karena tuntutan pekerjaan yang membuat orangtua tidak bisa selalu berada di rumah untuk mendampingi anak.
Para staf di Rumah Kesejahteraan Nanjing, yang hanya berjarak lima menit dari bangunan itu, kemudian akan datang untuk mengumpulkan anak-anak ditinggalkan para orangtua mereka.
Bangunan itu dilengkapi pendingin ruangan, monitor kelembaban, inkubator, tempat tidur, dan termometer. Namun, di bangunan itu tidak dipasang kamera CCTV (kamera pengintai), sehingga para orangtua yang meninggalkan anak mereka tidak diketahui identasnya.
Para staf di Rumah Kesejahteraan Nanjing berharap bangunan itu akan menghentikan para orangtua dari meninggalkan bayi-bayi mereka di taman atau di jalanan, yang kerap menyebabkan anak-anak mereka mati kedinginan.
Banyak warga di Negeri Tirai Bambu itu merasa terpaksa meninggalkan anak-anak mereka sebab adanya kebijakan satu anak dikeluarkan pemerintah untuk mengontrol pertumbuhan penduduk. Peraturan itu diperkenalkan pada 1979.
Berita itu datang di saat Kota Shenzhen dilaporkan telah meminta kepada Pemerintah Provinsi Guangdong untuk menerapkan fasilitas seperti itu pada tahun depan.
Namun, kritikan bermunculan terkait rencana itu yang mengatakan bahwa tindakan ini hanya akan mendorong para orangtua tidak bertanggung jawab untuk meninggalkan anak-anak mereka.
"Kami melakukan ini demi menolong nyawa bayi-bayi ini," kata Juru bicara Rumah Kesejahteraan Nanjing, Zhu Hong. "Para orangtua ini mungkin terpaksa meninggalkan anak-anak mereka untuk alasan yang tidak masuk akal. Tetapi anak-anak ini tidak bersalah dan perlu dilindungi."
Sampai tahun ini rumah kesejahteraan telah menerima 160 bayi. Pada Agustus lalu sebuah gambar mengerikan dari seorang bayi tenggelam di sungai menyebabkan kemarahan di China, setelah gambar itu muncul di media sosial lokal.
Gambar itu, yang diambil di sebuah tepi sungai di tenggara China, memperlihatkan seorang bayi sudah meninggal masih mengenakan pakaian anak-anak dan sebuah popok, beberapa hari setelah bayi baru lahir itu ditinggalkan begitu saja di dalam air.
China memiliki kebijakan satu anak yang diperkenalkan pada 1979 untuk menjaga populasi negara itu agar tetap di bawah kendali. Kebijakan itu membatasi pasangan di daerah perkotaan agar hanya memiliki satu anak.
Banyak keluarga di Negeri Tirai Bambu itu berharap punya anak lebih banyak agar dapat menyokong mereka di masa usia tua nanti. Akibatnya China memiliki tingkat pertumbuhan bayi perempuan yang tinggi, dibandingkan dengan kelahiran bayi laki-laki.
(mdk/fas)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jjumlah penduduk China berkurang 850.000 orang menjadi sekitar 1.411,75 juta pada tahun 2022.
Baca SelengkapnyaJumlah penduduk China menjadi keunggulan kompetitif bagi pertumbuhan industri dan tenaga kerja murah.
Baca SelengkapnyaInsentif yang diberikan pemerintah, tak membuat warga China mau memiliki anak.
Baca SelengkapnyaHingga kini, dua kasus penemuan mayat bayi masih didalami. Kepolisian akan mencari siapa orang tua yang tega membuang buah hatinya tak berdosa.
Baca SelengkapnyaSeorang ibu berinisial I (39), warga Semanu, Gunungkidul, DIY, tega membunuh bayinya sendiri karena alasan faktor ekonomi.
Baca SelengkapnyaAngka Kelahiran Anjlok, Produsen Popok Bayi di Jepang Pindah Haluan Bikin Popok Dewasa
Baca SelengkapnyaJasad bayi ini ditemukan oleh warga saat mengais cabai.
Baca SelengkapnyaTersangka awalnya berdalih melahirkan dan membuang bayinya karena mendengar bisikan gaib
Baca SelengkapnyaToilet viral satu di China ini yang justru menghadirkan bilik mengejutkan.
Baca SelengkapnyaBiaya perawatan bayi kembar 4 itu mencapai Rp435 juta.
Baca SelengkapnyaPasangan suami istri tersebut berpendapat bahwa memiliki banyak anak adalah sebuah anugerah yang sangat berharga.
Baca SelengkapnyaBukan hanya di Cina, rumah paku ternyata juga ada di Indonesia lho!
Baca Selengkapnya