China punya pasar jodoh buat jomblo, orang tua jajakan anaknya
Merdeka.com - Jeffrey Donenfeld merupakan seorang turis yang berhasil memotret pasar jodoh di Ibu Kota Beijing, China. Bukan para pencari jodoh yang menjajakan kemampuan diri mereka, melainkan orangtuanya yang menawarkan anaknya pada para orang di pinggir jalan.
Data diri anaknya ditempel di payung-payung di pinggir jalan, berharap ada yang tertarik menjadikan anak mereka sebagai menantu para pejalan kaki itu.
"Mereka berada di sekitar Taman Rakyat dan menjajakan kemampuan, tinggi, serta kendaraan yang dimiliki anaknya yang ditulis pada kertas atau layar komputer," ujar Donenfeld yang merupakan warga New York, seperti dilansir dari Daily Mail, Selasa (4/8).
-
Mengapa orang tua Cinta khawatir? 'Orang tua pasti ada kekhawatiran, tapi maksudnya mau gimana pun di rumah ada CCTV dan kita duduk santai di CCTV. Kita selalu say hi ke CCTV karena mama papa bisa ngelihat dan kita bisa ngobrol lewat CCTV,' tukasnya.
-
Kenapa orang tua khawatir saat anak remaja? Banyak orang tua cenderung mendekati masa remaja anak-anak mereka dengan sikap yang negatif, percaya bahwa masa ini hanya akan membawa kesulitan dan masalah.
-
Kenapa anak-anak merasa malu karena perjudian orang tua? Anak-anak yang berada dalam keluarga dengan masalah perjudian cenderung mengalami tekanan emosional. Mereka mungkin merasa terisolasi, malu, atau bahkan kehilangan kepercayaan diri akibat stigma dan dampak finansial yang sering kali menyertai perjudian.
-
Kenapa orang tua sering merasa bersalah? Orangtua juga sering merasa bersalah dan merasa belum bisa memberikan yang terbaik.
-
Kenapa orang tua melakukan overparenting? Biasanya, ini dilakukan dengan niat baik untuk melindungi dan memastikan keberhasilan anak.
-
Mengapa banyak orang tua merasa khawatir menaruh kamar anak di depan? Dari segi positif, penempatan ini dapat memberikan anak akses lebih mudah ke aktivitas keluarga dan interaksi sosial.
Pasar ini bertujuan untuk menemukan pasangan yang tepat bagi anak mereka. Pasar ini akan ada setiap akhir pekan di Taman Rakyat China, dari pagi hingga pukul lima sore.
Dengan adanya pasar jodoh ini, para orang tua kedua pencari jodoh dapat bertemu.
"Orang tua jadi tahu mana jodoh yang tepat untuk anaknya," ujar salah satu pedagang pasar jodoh.
Pasar jodoh ini dibuat oleh para orang tua lantaran mereka merasa anaknya terlalu sibuk bekerja sehingga tidak aktif mencari pasangan hidup. (mdk/ard)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bisnis seperti ini mengandung risiko berubah menjadi prostitusi atau transaksi layanan seksual.
Baca SelengkapnyaKesibukan orang tua membuat mereka kehilangan waktu dengan anak-anak mereka.
Baca SelengkapnyaIsu penurunan jumlah penduduk (atau depopulasi) masih jadi momok bagi beberapa negara, salah satunya China. Enggan menikah jadi salah satu penyebabnya.
Baca SelengkapnyaPara lulusan sarjana hingga pascasarjana yang tak kunjung menadpat kerja menciptakan tren "anak-anak berekor busuk."
Baca SelengkapnyaZhu kini harus bersaing dengan semakin banyak orang China yang terjun ke industri transportasi online.
Baca SelengkapnyaRatusan surat lamaran telah dikirim ke berbagai perusahaan, namun tak kunjung mendapat pekerjaan.
Baca SelengkapnyaInsentif yang diberikan pemerintah, tak membuat warga China mau memiliki anak.
Baca SelengkapnyaTerduga pelaku mengambil keuntungan melalui pernikahan dengan cara menyediakan pengantin wanita Warga Negara Indonesia (WNI) untuk Warga Negara China.
Baca SelengkapnyaFenomena kaum muda pilih tinggal di panti jompo semakin marak di Tiongkok. Diduga akibat kelelahan bekerja.
Baca SelengkapnyaPersaingan kerja di level para lulusan perguruan tinggi semakin ketat seiring minimnya penyerapan tenaga kerja.
Baca SelengkapnyaDemografis yang tidak seimbang memberikan tekanan besar bagi pemerintah untuk memberikan tunjangan.
Baca SelengkapnyaSempat ditiadakan selama pandemi Covid-19, ajang pencarian jodoh di China kini kembali digelar.
Baca Selengkapnya