Ciuman Bibir Sepasang Manusia Pertama Kali Terjadi 4500 Tahun Lalu, Di Sini Lokasinya
Merdeka.com - Catatan ciuman paling awal manusia terjadi sekitar 4.500 tahun yang lalu di Timur Tengah kuno – 1.000 tahun lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya. Demikian menurut para peneliti di Universitas Copenhagen di Denmark.
Menurut para ilmuwan, ciuman dipraktikkan dalam masyarakat Mesopotamia paling awal. Dalam artikel para ilmuwan yang diterbitkan jurnal Science, mereka mengatakan temuan tersebut mengungkapkan bahwa bericiuman itu hal yang umum dalam banyak kebudayaan dan tidak berasal dari daerah atau kawasan tertentu.
Menurut mereka, ini bertentangan dengan teori sebelumnya bahwa bukti ciuman bibir manusia paling awal berasal dari daerah tertentu di Asia Selatan 3500 tahun lalu.
-
Dimana ciuman pertama kali ditemukan? 'Di Mesopotamia kuno, yang merupakan nama untuk budaya manusia purba yang ada di antara sungai Eufrat dan Tigris di wilayah Irak dan Suriah saat ini, orang-orang menulis dengan aksara paku di atas lempengan tanah liat,' papar salah seorang penulis, Dr Troels Pank Arbøll, seorang peneliti di bidang pengobatan Mesopotamia kuno di Universitas Copenhagen, Denmark.
-
Kapan ciuman pertama kali ditemukan? Peneliti baru-baru ini menemukan, ternyata aktivitas berciuman ini pertama kali dilakukan satu milenium atau 1000 tahun lebih awal dari temuan sebelumnya.
-
Dimana fosil manusia paling awal ditemukan? Fosil ini ditemukan di gua Heaning Wook Bone di Cumbria, Inggris.
-
Dimana bukti tertua ditemukan? Arkeolog menemukan bukti tertua keberadaan agama atau keyakinan di dalam sebuah gua di Jerman pada 1939 silam.
-
Dimana ciuman pertama tercatat? Buktinya adalah sebuah lempengan tanah liat yang ditemukan di wilayah yang saat ini merupakan bagian dari Irak dan Suriah.
-
Apa bukti ciuman di Mesopotamia? Bukti yang ditemukan terdiri dari lempengan tanah liat yang diukir dengan aksara paku (cuneiform), yang merupakan bentuk penulisan kuno yang digunakan oleh orang Mesopotamia, yang berada diantara sungai Eufrat dan Tigris, yang sekarang adalah wilayah Irak dan Suriah.
"Dalam Mesopotamia kuno, yang nama kebudayaan manusia awal yang berada di antara sungai Eufrat dan Tigris di Irak dan Suriah hari ini, orang-orang menulis dalam teks cuneiform (aksara paku) di atas lempengan tanah liat. Ribuan lempengan tanah liat ini masih ada sampai hari ini, dan mereka berisi contoh jelas bahwa ciuman dianggap sebagai bagian keintiman romantis di zaman kuno, seperti ciuman bisa menjadi bagian persahabatan dan hubungan anggota keluarga," jelas ahli sejarah obat-obatan di Mesopotamia dari Universitas Copenhagen Denmark, Dr Troels Pank Arboll.
"Oleh karena itu, ciuman seharusnya tidak dianggap sebagai adat istiadat yang berasal secara eksklusif dari sebuah kawasan tunggal dan menyebar dari sana tapi tampaknya dipraktikkan dalam berbagai kebudayaan kuno selama beberapa milenium," lanjutnya, dilansir Arkeonews, Jumat (19/5).
Penelitian pada simpanse - kerabat terdekat manusia - menunjukkan mereka juga berciuman.
Para ilmuwan mengatakan, ini menandakan praktik ciuman merupakan perilaku fundamental manusia dan menjelaskan mengapa itu terjadi pada lintas kebudayaan.
Berciuman, lanjut para ilmuwan, kemungkinan juga tidak sengaja berperan dalam penyebaran virus seperti herpes simplex virus 1 (HSV-1) yang menyebabkan herpes mulut.
"Ada sekumpulan besar teks medis dari Mesopotamia, beberapa di antaranya menyebutkan penyakit dengan gejala yang mengingatkan pada virus herpes simplex 1," kata Dr Arboll.
"Namun menarik untuk diperhatikan beberapa persamaan antara penyakit yang dikenal sebagai buʾshanu dalam teks medis kuno dari Mesopotamia dan gejala yang disebabkan oleh infeksi herpes simpleks," lanjutnya.
"Penyakit bu'shanu terutama terletak di dalam atau di sekitar mulut dan tenggorokan, dan gejalanya termasuk gelembung di dalam atau di sekitar mulut, yang merupakan salah satu tanda dominan infeksi herpes."
Studi terbaru menunjukkan bahwa virus modern yang menyebar melalui ciuman, seperti HSV-1, virus Epstein-Barr, yang menyebabkan demam kelenjar, dan parvovirus manusia B19, yang menyebabkan ruam merah cerah di pipi pada anak-anak, ada di zaman kuno.
"Jika praktik ciuman menyebar luas dan mapan dalam berbagai masyarakat kuno, efek berciuman dalam hal penularan patogen kemungkinan besar kurang lebih konstan," jelas Dr Sophie Lund Rasmussen dari Universitas Oxford.
Arbøll dan Rasmussen menyimpulkan bahwa temuan masa depan dari penelitian DNA purba akan mendapat manfaat dari pendekatan interdisipliner, karena mereka pasti akan mengarah pada diskusi tentang perkembangan sejarah yang kompleks dan interaksi sosial, seperti berciuman sebagai pendorong penularan penyakit dini.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Temuan terbaru ilmuwan membantah catatan sebelumnya yang menyatakan bukti ciuman pertama kali ditemukan di India.
Baca SelengkapnyaCiuman dalam hubungan romantis telah dilakukan sejak ribuan tahun lalu. Buktinya ditemukan di lempengan tanah liat kuno.
Baca SelengkapnyaCiuman telah menjadi simbol kasih sayang dalam berbagai budaya. Namun, apakah ini kebiasaan universal manusia atau hanya budaya tertentu?
Baca SelengkapnyaKapan tepatnya nenek moyang manusia meninggalkan Afrika dan menyebar ke seluruh dunia masih menjadi perdebatan para arkeolog.
Baca SelengkapnyaTemuan biji tembakau di dekat perapian kuno menunjukan bukti manusia pertama yang menggunakan tembakau sebagai rokok.
Baca SelengkapnyaArkeolog Temukan Bukti Manusia Purba Pernah Hidup di Indonesia Jauh Sebelum Orang Mesir Bangun Piramida Pertama
Baca SelengkapnyaJejak kaki manusia yang ditemukan di New Mexico, Amerika Utara, mengungkapkan fakta menarik bahwa manusia telah menghuni benua ini selama periode Zaman Es.
Baca SelengkapnyaTemuan baru ini membuktikan bahwa manusia telah mengenal rokok jauh sebelum yang diperkirakan para ilmuwan.
Baca SelengkapnyaSelama beberapa dekade, Afrika Timur dianggap sebagai tempat kelahiran spesies kita. Fosil-fosil dari Maroko menunjukkan hal yang sebaliknya.
Baca SelengkapnyaSebelumnya diperkirakan Homo sapiens pertama kali muncul sekitar 195.000 tahun lalu.
Baca SelengkapnyaGua ini ditemukan ilmuwan di Gua Leang Karampuang, Maros-Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan.
Baca SelengkapnyaGenom populasi manusia modern di luar Afrika mengandung sekitar 1 persen hingga 2 persen DNA Neanderthal.
Baca Selengkapnya