'Darah berceceran di mana-mana, mayat bergelimpangan'

Merdeka.com - Serangan bom di konser penyanyi pop Ariana Grande di Manchester Arena, Inggris, hari ini menewaskan 19 orang dan melukai 50 lainnya. Sejumlah saksi menggambarkan kengerian yang mereka alami sesaat setelah ledakan bom terdengar.

Andy Holey mengaku dia pergi ke Manchester Arena untuk menjemput istri dan putrinya yang sedang menonton konser musik itu.

"Saat sedang menunggu terdengar sebuah ledakan keras dan saya terjungkal sekitar sembilan meter dari satu pintu ke pintu lain," kata dia kepada BBC, seperti dilansir koran the Telegraph, Selasa (23/5).

"Ketika mencoba berdiri saya melihat mayat tergeletak. Saya langsung berpikir untuk masuk ke arena konser buat mencari keluarga saya. Tapi saya tidak menemukan mereka. Saat keluar saya melihat beberapa mayat dan mencoba mencari apakah istri dan putri saya juga jadi korban."

"Itu jelas sebuah ledakan. Terjadinya di dekat pintu masuk ke Arena," ujar Holey.

ledakan di konser ariana grande ©Independent

Saksi lain bernama Gary Walker asal Leeds mengatakan kepada BBC, dia terkena pecahan bom di kakinya dan istrinya juga luka di bagian perut ketika sedang menunggu putri mereka keluar dari konser.

"Kami mendengar lagu terakhir selesai dan tiba-tiba ada kilatan cahaya dan dentuman kuat kemudian asap," kata dia.

"Kami sedang berjalan keluar dan ketika dekat pintu ada ledakan keras, lantas orang-orang berteriak," ujar saksi bernama Chaterine Macfarlane kepada kantor berita Reuters. "Ledakannya kuat sekali, sangat terasa di dada."

Pelayan sebuah bar di dekat Manchester Arena bernama Tyler mengaku melihat orang-orang bergelimpangan di jalan penuh darah.

"Orang-orang panik dan semuanya kacau," kata dia kepada Press Association.

"Ada seorang pria di lantai, kakinya berdarah, lalu seorang perempuan dengan darah di sisi wajahnya. Kami tahu telah terjadi sesuatu tapi tidak tahu apa. Suaranya menggelegar," kata Tyler. "Banyak anak-anak remaja, mereka semua menangis."

Polisi Inggris menyatakan serangan bom ini diduga aksi bunuh diri. Hal serupa turut disampaikan oleh Perdana Menteri Inggris Theresa May. Melalui pernyataan resminya, May menyatakan insiden ini mengarah kepada tindakan terorisme.