Deltacron, Bisakah Terjadi di Dunia Nyata atau Jadi Ancaman Varian Berikutnya?
Merdeka.com - Para peneliti dari Universitas Siprus pekan lalu melaporkan sebuah jenis baru virus corona yang tampaknya hibrida varian Delta dan Omicron.
Namun keraguan kemudian muncul terkait hibrida "Deltacron", di mana beberapa pihak mengaitkannya dengan kesalahan data selama pengurutan genom dan urutan atau sekuensnya diambil dari basis data informasi genom sumber terbuka.
Tapi haruskah kita khawatir dengan prospek jenis hibrida semacam itu di masa depan?
-
Bagaimana cara virus Corona varian Omicron bermutasi? Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
-
Apa yang terjadi pada virus Corona varian Omicron di tubuh pria tersebut? Selama 20 bulan masa infeksi, dokter mencoba segala cara untuk membantu pria lanjut usia tersebut, namun tidak ada upaya yang berhasil.Tubuhnya tidak dapat memberikan respons kekebalan yang cukup kuat untuk melawan virus Corona, bahkan dengan bantuan obat antibodi sekalipun.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Virus itu apa? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
-
Bentuk virus apa saja? Bentuk virus berbeda-beda ada yang bulat, batang polihidris, dan seperti huruf T.
-
Bagaimana spesies baru ini diidentifikasi? Spesies baru ini diidentifikasi dari ukuran tubuh, tekstur dan ciri-ciri fisik halus lainnya, kata studi tersebut.
Seorang profesor ilmu biologi Universitas Siprus, Leondios Kostrikis menyampaikan kepada Bloomberg pekan lalu, timnya telah menemukan 25 pasien yang terinfeksi sebuah varian virus corona dengan ciri genetik seperti Omicron di dalam genom Delta. Data pengurutan genom diunggah di basis data sumber terbuka Gidaid.org.
Namun para ilmuwan lain menyimpulkan temuan itu bisa jadi hasil kesalahan laboratorium. Ahli virologi Tom Peacock dari Imperial College London menyampaikan di Twitter, itu terlihat "sangat jelas kontaminasi" daripada kombinasi ulang yang nyata.
Peacock mengatakan, qilayah spesifik dari sekuens dengan mutasi mirip Omicron cenderung "keluar" selama proses pengurutan dan celah tersebut dapat secara tidak sengaja diganti dengan fragmen Omicron yang diamplifikasi dan menghasilkan genom hibrida.
Dia menambahkan, itu tidak benar-benar terkait dengan "kualitas laboratorium" atau sejenisnya dan kesalahan seperti itu terjadi di setiap laboratorium pengurutan dari waktu ke waktu.
Ketua teknis Covid-19 WHO, Maria Van Kerkhove menentang penggunaan istilah seperti Deltacron, flurona atau flurone.
"Kata-kata ini bermakna sebuah kombinasi virus dan varian dan ini tidak terjadi. 'Deltacron' kemungkinan terkontaminasi selama pengurutan," tulisnya di Twitter, dikutip dari South China Morning Post, Senin (17/1).
Virus corona melakukan rekombinasi?
Ya, sebuah rekombinasi varian yang berbeda itu mungkin.
Ahli virologi Universitas Otto von Guericke Magdeburg Jerman, Bjorn Meyer mengatakan dengan rekombinasi dua genom virus yang menginfeksi sel yang sama, virus bisa membersihkan mutasi yang mungkin memiliki dampak negatif.
“Oleh karena itu, ini semacam pemeliharaan genom untuk populasi virus, dalam beberapa hal,” kata Meyer.
Dia mengatakan genom dari virus hasil rekombinasi yang dihasilkan harus sesuai dengan urutan virus induk, sebuah proses yang disebut "rekombinasi homolog", untuk memastikan virus berfungsi penuh.
Para peneliti di Institut Nasional Penyakit Menular di Jepang menerbitkan makalah pada Oktober yang melaporkan rekombinasi genomik antara varial Delta dan Afla dalam 26 sampel pasien Covid-19 di Jepang.
Dalam sebuah makalah yang diterbitkan di Cell pada September, para peneliti Universitas Edinburgh, Universitas Negeri Pennsylvania, dan lembaga lainnya menyampaikan 16 genom di antara 279.000 atau lebih yang mereka analisis menunjukkan adanya bukti rekombinasi.
Genom tersebut sebagian besar antara varian Alfa dan varian B.1.177, yang pertama kali dilaporkan di Spanyol pada musim panas 2020. Kombinasi varian ini menular ke 45 orang sebelum menghilang.
Jin Dong-Yan, seorang ahli virologi Universitas Hong Kong, mengatakan varian rekombinasi seperti itu memungkinkan tapi akan sangat langka karena itu harus terjadi selama koinfeksi dan seseorang kemungkinan akan menghasilkan kekebalan yang dapat mencegah infeksi varian kedua.
"Di tempat-tempat seperti Amerika Serikat di mana kita melihat varian Delta dan Omicron bersirkulasi dalam waktu yang sama, kemungkinan seseorang terinfeksi dengan satu varian tidak akan memiliki kekebalan untuk menghentikan varian Omicron menyerang tubuhnya segera setelahnya," jelasnya.
"Tapi itu akan sangat langka," lanjutnya.
Dia menambahkan, akan sulit untuk menyampaikan secara klinis ada sebuah koinfeksi dua varian, dan jika rekombinasi terjadi lebih sering dari yang diperkirakan, masih akan sangat langka bagi varian rekombinasi untuk bertahan, belum lagi mengungguli varian yang beredar.
“Hanya dalam keadaan tertentu varian rekombinan menunjukkan keunggulan pertumbuhan pada orang yang memiliki antibodi terhadap Sars-CoV-2,” katanya, merujuk pada virus penyebab Covid-19.
“Jika tidak, varian rekombinan ini tidak menjadi dominan dan menghilang begitu saja.”
Deltacron akan jadi ancaman?
Salah satu ketakutan mengenai munculnya varian rekombinan ini dia bisa sangat menular seperti Omicron dan bisa menyebabkan penyakit parah.
Meyer mengatakan, virus rekombinan harus bersaing dengan virus induk dan "mengungguli mereka sampai batas tertentu" untuk memastikan penularan, yang berarti kecil kemungkinan rekombinan berdampak bahkan jika prosesnya benar terjadi.
Varian Omicron menampilkan mutasi pada protein mahkota, yang memainkan peran kunci dalam menginfeksi sel manusia, dan itu membuat Omicron lebih mudah untuk menghindari kekebalan dari infeksi atau vaksinasi.
Meyer mengatakan, beberapa mutasi juga bertanggung jawab atas potensi peralihan rute masuk virus, yang mungkin menjelaskan penurunan keparahan penyakit yang diamati.
“Rekombinasi dari dua virus ini mungkin terjadi, tetapi rekombinan baru yang dihasilkan kemungkinan akan menghasilkan virus yang berperilaku seperti Omicron, yang dapat menghindari antibodi kita sampai batas tertentu, tetapi menyebabkan penyakit yang lebih ringan pada orang yang divaksinasi,” jelasnya.
“Atau seperti Delta, yang mungkin menyebabkan penyakit yang lebih parah, juga lebih mungkin terjadi pada orang yang tidak divaksinasi, tetapi lebih mudah dikenali pada orang yang divaksinasi atau sebelumnya terinfeksi dan tidak menyebabkan penyakit parah sebagai akibatnya.”
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Varian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaVarian JN.1 merupakan pemicu lonjakan Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaAni menjelaskan, JN.1 memiliki gejala yang sama seperti Covid-19 lainnya.
Baca SelengkapnyaVarian tersebut memicu ada peningkatan kasus Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaWHO saat ini memonitor berbagai varian yang banyak ditemui.
Baca SelengkapnyaPenelitian menemukan bahwa di tubuh manusia terdapat virus kuno yang tersembunyi di DNA dan bisa menjadi penyebab masalah kesehatan mental.
Baca SelengkapnyaCovid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaKepunahan spesies di Bumi puluhan ribu tahun lalu diduga disebabkan virus, virus yang masih ada di zaman modern ini.
Baca SelengkapnyaTerjadi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaMohammad Syahril, melanjutkan, varian Covid Eris termasuk ke dalam kelompok varian XBB, yang merupakan 'anakan' atau turunannya varian Omicron.
Baca SelengkapnyaPeneliti mengidentifikasi total 125 spesies virus saat meneliti ratusan ekor hewan yang mati di peternakan bulu.
Baca Selengkapnya