Deretan tindakan arogan rezim Erdogan usai kudeta militer di Turki
Merdeka.com - Kudeta militer di Turki pada 15 Juli lalu meninggalkan buntut panjang. Kekhawatiran sejumlah pengamat yang menilai kudeta gagal itu akan membuat Presiden Recep Tayyip Erdogan semakin otoriter tampaknya terbukti. Hanya berselang beberapa jam setelah kudeta, Erdogan sudah memerintahkan aparatnya menangkap ribuan personel militer, hakim, jaksa, yang diduga terlibat kudeta.
Bukan itu saja, pemerintah juga memecat ribuan pegawai negeri dan pekerja lainnya yang dianggap terlibat kudeta. Sejumlah laporan bermunculan tentang penganiayaan terhadap para tersangka kudeta. Kabar-kabar itu tidak lain tidak bukan hanya menunjukkan betapa makin arogannya rezim Erdogan terhadap lawan-lawan politiknya atau siapa pun yang dia anggap terlibat kudeta tanpa proses pengadilan.
Berikut deretan bukti arogansi rezim Erdogan usai kudeta gagal yang dihimpun merdeka.com dari berbagai sumber:
-
Siapa yang dituduh melakukan kudeta? Istri Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Sarah Netanyahu menuduh para panglima militer Israel berusaha melakukan kudeta terhadap suaminya, berdasarkan bocoran rekaman audio yang diperoleh media Israel, Haaretz.
-
Siapa pemimpin kelompok yang dicurigai? Peristiwa Talangsari 1989 berawal dari kecurigaan masyarakat dan aparat desa terhadap kelompok keagamaan yang dipimpin oleh Warsidi.
-
Siapa yang mengendalikan oligarki? Dalam sistem oligarki, kekuasaan politik, ekonomi, atau sosial dikuasai oleh sekelompok kecil individu atau keluarga.
-
Apa itu oligarki? Oligarki adalah sistem kekuasaan atau pemerintahan di mana kendali berada di tangan segelintir individu, kelompok, atau keluarga yang memiliki kekayaan, kekuasaan, atau pengaruh besar dalam kehidupan sosial, ekonomi, atau politik suatu negara.
-
Siapa pemimpin Orde Baru? Orde Baru merujuk kepada masa pemerintahan Soeharto yang berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998.
-
Siapa yang akan menjadi pemimpin Golkar di masa depan? Selanjutnya Menko Airlangga mengatakan bahwa calon ASN yang direkrut tentu bisa mengisi posisi kunci sebagai future leaders dan memegang jabatan kritikal yang akan menjalankan birokrasi berkelas dunia dalam Visi Indonesia Maju 2045.
Usai kudeta, Turki pecat 15 ribu dosen & PNS bidang pendidikan
Menyusul kegagalan kudeta militer di Turki, pemerintahan Presiden Reccep Tayyip Erdogan menghabisi satu per satu semua pihak berpotensi melawannya di kemudian hari. Sejak awal pekan ini pemerintah pusat memecat 15 ribu pegawai dari kementerian pendidikan, mencakup lebih dari 1.500 dosen serta dekan pelbagai universitas yang dipaksa mengundurkan diri.
Sebagian dari dosen-dosen itu langsung dipanggil kejaksaan setempat karena dituding bersimpati pada gerakan makar. Diperkirakan 1.176 dosen yang dipaksa mundur berasal dari universitas negeri, sisanya dari lembaga pendidikan tinggi swasta.
Seperti dikutip dari the Guardian, Rabu (20/7), 257 pejabat di kantor perdana menteri dan 492 ulama di direktorat urusan agama juga 'dibersihkan'. Sebanyak 8,800 polisi dipecat dan 6 ribu tentara ditahan, belum termasuk 2.700 hakim dan jaksa, puluhan gubernur dan 100 petugas umum lainnya yang ditahan atas tuduhan makar. Ada pula 20 situs media yang kerap kritis terhadap pemerintah diblokir.
Pemerintahan Turki mengatakan semua upaya pembersihan tersebut dilakukan guna operasi keamanan untuk menyelamatkan negeri dari kebangkitan kelompok yang ingin menggulingkan Erdogan.
"Mereka yang ditahan dan dipecat memiliki keterkaitan dengan Fethullah Gullen, ulama Turki yang bermukim di Amerika Serikat. Dia dituding merencanakan hal ini (kudeta). Korban tewas hingga 300 jiwa," klaim juru bicara pemerintah.
Gulen rencananya akan diekstradisi sesuai harapan Turki. Namun pemerintah AS masih mempelajari lebih detail tuntutan dari Ankara.
Tiga juta PNS Turki dilarang cuti liburan
Perdana Menteri Turki Binali Yildirim mengumumkan penundaan cuti tahunan bagi seluruh tiga juta pegawai negeri sipil setelah insiden kudeta militer Jumat lalu.
Surat kabar the Independent melaporkan, Senin (18/7), media pemerintah Turki, Gazette, mengatakan cuti tahunan ditunda hingga ada pemberitahuan selanjutnya dan PNS yang sedang mengambil cuti harus bekerja kembali secepatnya.Stasiun televisi NTV juga menyatakan, menyusul peristiwa kudeta militer, para PNS dilarang bepergian ke luar negeri.Pengumuman ini disampaikan di tengah getol-getolnya pemerintah Turki menangkapi orang-orang yang dianggap terlibat kudeta.Kantor berita Anadolu mengatakan 8.777 PNS dipecat, termasuk 30 gubernur, 52 pegawai pamong praja, dan 16 penasihat hukum.Media lain melaporkan sejumlah petugas kepolisian dan militer juga dipecat dari jabatannya.
Tentara Turki terlibat kudeta ditelanjangi
Sebuah foto beredar di Internet memperlihatkan puluhan tentara Turki ditelanjangi di sebuah ruangan setelah kudeta militer yang gagal Jumat lalu.
Lebih dari 6.000 orang ditahan usai insiden gagalnya kudeta militer terhadap rezim Presiden Recep Tayyip Erdogan. Mereka yang ditangkap mulai dari kalangan militer, hakim, dan jaksa. Mereka kini menjadi bulan-bulanan warga hingga mendapat perlakuan terbilang kurang manusiawi.Diberitakan tabloid Mirror, Minggu (17/7), tentara-tentara itu ditelanjangi dan dihamparkan di lapangan basket indoor dengan tangan terikat di belakang. Menurut informasi, mereka ditahan di Sirnak, sebelah timur Turki.Sebelumnya beredar kabar seorang tentara dihajar massa hingga kepalanya dipenggal. Namun kabar itu belum diketahui kebenarannya.Presiden Recep Tayyip Erdogan sendiri menuding rivalnya ulama Fethullah Gulen adalah dalang di balik insiden kudeta. Namun begitu Gulen menyangkal dan menyatakan bila hal ini adalah rekayasa Erdogan semata."Saya tidak percaya dunia percaya tuduhan Presiden Erdogan. Ada kemungkinan kudeta itu direncanakan pemerintah untuk memperkuat tuduhan (terhadap Gulen dan pendukungnya)," tegasnya seperti dilansir koran the Guardian, Minggu (17/7).
Erdogan tutup 1.000 sekolah milik Yayasan Gulen
Presiden Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan dekrit berisi penutupan lebih dari 1.000 sekolah swasta seantero Turki di bawah naungan Yayasan Gulen. Kebijakan ini dalam rangka penyitaan aset serta penelusuran keterlibatan Fethullah Gulen, ulama pemilik yayasan, yang dituding dalang kudeta.
Surat kabar the Guardian melaporkan, Minggu (24/7), dekrit presiden ini tak hanya memicu tutupnya sekolah. Secara detail, ada 1.043 sekolah tutup, 1.229 lembaga amal dan LSM dibekukan operasinya, 35 rumah sakit terkait Gulen dilarang menerima pasien, 19 koperasi dibekukan asetnya, serta 15 universitas diliburkan.
Selain itu kemarin pemerintah Turki berhasil menangkap Halis Hanci, orang yang disebut tangan kanan Gulen. Hanci selama ini tinggal di Calgary, Kanada, namun pulang ke Turki dua hari sebelum kudeta. Dia disebut sosok kunci upaya penggulingan Erdogan.
Polisi Turki juga menangkap Muhammed Sait Gulen di Kota Erzurum, dia keponakan sang ulama karismatik. Kantor berita Anadolu menyatakan Sait diduga terlibat jaringan kudeta.
Gulen dulunya sekutu Erdogan, namun mereka pecah kongsi pada 2013. Gulen sangat berpengaruh di banyak provinsi, memiliki yayasan yang tersebar di banyak tempat berkat rekam jejaknya sebagai ulama karismatik ketika Turki masih dikuasai kelompok sekuler .
Gulen kini menetap di Pennsylvania, Amerika Serikat. Pemerintah Turki sudah mengirim surat resmi kepada Washington, menuntut Gulen diekstradisi.
Aparat Turki kini terus menyisir semua lembaga sipil maupun militer untuk mencari orang-orang yang diduga loyal pada Gulen. Dekrit ini adalah kebijakan Erdogan pertama setelah awal pekan lalu menyatakan Turki dalam status darurat sipil hingga September mendatang.
Ribuan orang sudah ditangkap, baik pejabat publik, perwira militer, dosen, guru, hingga prajurit rendahan. Akibat kudeta gagal tersebut, 246 orang tewas.
Polisi Turki aniaya dan perkosa tersangka pelaku kudeta
Kelompok pembela hak asasi Amnesty International hari ini mengatakan mereka mempunyai 'bukti kuat' telah terjadi penyiksaan dan pelecehan terhadap para tersangka pelaku kudeta militer di Turki yang terjadi 15 Juli lalu.
Amnesty International menyatakan para pelaku yang ditahan mengalami pemukulan, penyiksaan, termasuk pemerkosaan. Menurut Amnesty, lebih dari 10 ribu orang ditahan sejak kudeta gagal itu terjadi. Kelompok pembela hak asasi asal London itu menyerukan ada pengawas independen di seluruh tempat penahanan di seantero Turki.Situs Middle East Eye melaporkan, Senin (25/7), Amnesty menuduh kepolisian Turki memperlakukan tahanan-tahan itu dengan tidak layak. "Mereka dalam kondisi stres, tidak diberi makan, air, dan perawatan kesehatan, dihina secara verbal, diancam, dipukuli, disiksa, termasuk diperkosa dan mengalami pelecehan seksual."Dua pengacara yang bekerja di Ankara atas nama para tahanan mengatakan kepada Amnesty, mereka menyaksikan sendiri bagaimana seorang pejabat militer senior di dalam tahanan diperkosa dan dianiaya dengan tongkat pemukul oleh petugas polisi.Sumber lain mengatakan kepada Amnesty, ada sekitar 650-800 tentara yang ditahan di aula olahraga markas polisi di Ankara. "Sumber itu mengatakan sedikitnya sekitar 300 orang tahanan itu punya tanda bekas dipukuli.""Laporan ada penganiayaan termasuk pemukulan dan pemerkosaan di dalam tahanan sungguh mengejutkan, terlebih dari banyaknya orang yang ditangkap dalam beberapa pekan terakhir. Laporan rinci yang sudah kami dokumentasikan itu hanya sebagian kecil dari penganiayaan yang terjadi di tahanan," ujar Direktur Amnesty International Eropa John Dalhuisen.Seorang pejabat Turki mengatakan pemerintah membantah seluruh tuduhan Amnesty soal penganiayaan terhadap tahanan."Kami menyangkal semua tuduhan dan mendorong kelompok advokasi untuk menyampaikan laporan yang tidak bias soal para pelaku yang sudah membunuh hampir 250 warga sipil dengan tangan dingin," kata pejabat itu.Presiden Recep Tayyip Erdogan akhir pekan lalu mengatakan sekitar 13 ribu orang dianggap terlibat kudeta sudah ditahan. Mereka terdiri dari 8.838 tentara, 2.101 hakim dan jaksa, 1.485 petugas polisi dan 689 warga sipil.
Â
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sosok eks Wakapolri ini mencuri perhatian netizen. Sebab, wajah sang jenderal dinilai mirip dengan Erdogan.
Baca SelengkapnyaSejumlah tokoh militer senior dan sipil kecewa. Mereka mempertanyakan sikap Soeharto yang menyeret ABRI sebagai alat kekuasaan.
Baca SelengkapnyaMahfud MD Duga Motif Revisi UU Kementerian, Polri hingga TNI Dikebut untuk Bagi-Bagi Kekuasaan
Baca SelengkapnyaNusron melanjutkan, salah satu ciri orde baru lainnya adalah intelijen negara dipakai untuk menakut-nakuti orang.
Baca Selengkapnya"Merubah banyak undang-undang sebelum berkuasa adalah ciri awal otoritarian di negara otoriter," kata Gilbert
Baca SelengkapnyaDi era presiden sebelumnya, tidak pernah ada presiden yang membuat aturan sesuai keinginannya
Baca SelengkapnyaDjarot berujar, memberikan kekuasaan yang berlebihan tanpa kontrol kepada suatu lembaga akan sangat berbahaya.
Baca SelengkapnyaWakil Ketua Umum (Waketum) Partai Gerindra Fadli Zon menilai masalah orde baru sudah selesai.
Baca SelengkapnyaKetua Umum Megawati Soekarnoputri meradang ketika kembali menyinggung kecurangan pemilu yang terstruktur, sistematis dan masif (TSM).
Baca SelengkapnyaMenurut dia, sejumlah Presiden Jokowi seolah tidak pro terhadap tegaknya demokrasi.
Baca SelengkapnyaAirlangga menyatakan bahwa saat ini sudah masuk orde reformasi.
Baca SelengkapnyaMegawati menyinggung terkait kondisi Mahkamah Konstitusi akhir-akhir ini, yang dipenuhi manipulasi hukum.
Baca Selengkapnya