Di tangan Trump, AS akan tetap jaga stabilitas Laut China Selatan
Merdeka.com - Terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat, menimbulkan banyak kekhawatiran, termasuk pada negara-negara yang memiliki bilateral dengan Negeri Adi Daya tersebut. Namun, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Arrmanatha Nasir menyebutkan, kepemimpinan Trump tidak bisa dinilai saat ini.
Menurut pria akrab disapa Tata itu, terlalu dini untuk menilai kepemimpinan Trump, di saat dia belum menjalankan pemerintahan di AS.
"Rakyat Amerika telah memilih seorang pemimpin yang tidak bisa dibayangkan sebelumnya. Mereka telah berhasil merayakan pesta demokrasi. Kita lihat saja nanti bagaimana AS di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump," kata pria yang akrab disapa Tata tersebut di Ruang Palapa, Kementerian Luar Negeri, Jakarta Pusat, Kamis (10/11).
-
Siapa bos China yang membuat pernyataan kontroversial? Dalam perkembangan terbaru, ia telah meminta maaf atas komentarnya yang kontroversial.
-
Kenapa Jokowi membahas Laut China Selatan? Jokowi mengatakan dirinya akan membahas upaya meredakan ketegangan di Laut China Selatan.
-
Siapa yang meramalkan Trump? Ramalannya itu dilakukan oleh seorang paranormal bernama Paula Roberts yang disiarkan oleh Fox News pada Januari lalu.
-
Apa yang diramalkan tentang Donald Trump? Roberts menunjukkan bahwa Trump mungkin lebih fokus pada kekalahannya di masa lalu dibandingkan peluang yang ada saat ini. Maksudnya adalah Trump diramalkan bakal kalah di pemilu presiden tahun ini.
-
Apa pernyataan Gubernur Kaltim tentang kondisi politik menjelang Pemilu 2024? Melihat perkembangan politik menjelang Pesta Demokrasi 2024, Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) Isran Noor memastikan, kondisi daerah dalam suasana aman dan kondusif.
-
Siapa yang prihatin tentang konflik Laut China Selatan? Para menteri luar negeri di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) pada Sabtu, 30 Desember 2023 menyatakan keprihatinan mereka atas meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan.
Saat disinggung soal kelanjutan peran AS di Laut China Selatan, yang diketahui diklaim beberapa negara ASEAN dan China, Tata menilai Negeri Paman Sam akan ikut membantu menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut. Pasalnya, menurut dia, Laut China Selatan tidak hanya penting bagi Asia Tenggara, tapi juga bagi dunia.
"Kita bisa lihat sumber trade yang lewat di kawasan itu bisa mencapai sekitar USD 5 triliun. Saya rasa jika kedamaian dan stabilitas di kawasan ini tidak terjaga, maka tidak hanya perekonomian di kawasan itu yang akan terkena dampaknya, namun juga seluruh dunia," imbuh Tata.
Karena itu, menurut Tata, seluruh negara di dunia sadar akan pentingnya menjaga kedamaian dan stabilitas di kawasan tersebut.
Laut China Selatan disebut 'jalur sutra' oleh negara-negara di sekitarnya, pertumbuhan perdagangan setiap hari semakin bertambah di sana. Salah satu negara yang mengklaim wilayah ini adalah China.
(mdk/che)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sri Mulyani menjelaskan bahwa Trump merupakan sosok yang dikenal proteksionisme dalam melindungi neraca dagang negaranya.
Baca SelengkapnyaAS dan China tengah terlibat dalam persaingan menjadi raksasa ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaTrump berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia.
Baca SelengkapnyaJika indeks dolar naik, hal ini berpotensi melemahkan mata uang negara lain, termasuk Rupiah Indonesia.
Baca SelengkapnyaTema debat berkaitan dengan pertahanan, keamanan, hubungan internasional dan geopolitik.
Baca SelengkapnyaTerpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS diprediksi akan membawa perubahan signifikan dalam kebijakan perdagangan global, termasuk dengan Indonesia.
Baca SelengkapnyaPontesi menangnya Donald Trump ini berdampak langsung pada nilai tukar atau kurs Rupiah.
Baca SelengkapnyaGrace menyampaikan bahwa PSI masih menjalin komunikasi dengan calon presiden 2024
Baca SelengkapnyaPerbedaan tersebut tidak terlepas dari latar belakang Trump yang berasal dari Partai Republik, yang memiliki pendekatan berbeda dengan Presiden Joe Biden.
Baca SelengkapnyaTerdapat lima aspek utama yang perlu diperhatikan terkait kebijakan ekonomi dan politik di bawah kepemimpinan Trump.
Baca SelengkapnyaPernyataan itu muncul di tengah persaingan dua kekuatan besar dunia AS dan China, untuk berebut pengaruh di Indo-Pasifik.
Baca SelengkapnyaMendag Budi mengaku tak menutup telinga terkait isu akan adanya ancaman potensi penambahan bea masuk usai Trump kembali menjadi Presiden AS.
Baca Selengkapnya