Dihentikan di Eropa, Australia Tetap Gunakan Vaksin Covid-19 AstraZeneca
Merdeka.com - Australia tak ada rencana untuk menghentikan penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca, walaupun sejumlah negara Eropa menghentikan sementara penggunaan vaksin ini setelah laporan kemungkinan efek samping yang serius. Demikian disampaikan pihak berwenang Australia pada Selasa (16/3).
Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, Portugal, dan Siprus bersama sejumlah negara Eropa lainnya menghentikan sementara penggunaan vaksin AstraZeneca setelah munculnya laporan kasus pendarahan, penggumpalan darah, dan penurunan jumlah trombosit di beberapa negara.
Kepala Petugas Medis Australia, Paul Kelly dalam pernyataannya menyampaikan, walaupun saat ini Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) tengah menyelidiki laporan efek samping ini, pihaknya akan tetap menggunakan vaksin AstraZeneca.
-
Kenapa mpox bukan efek samping vaksin COVID-19? Jadi, penyakit Mpox ini tidak dapat dikatakan karena efek samping dari vaksin COVID-19. Itu tidak ada hubungannya,' tegas Syahril.
-
Apa dampaknya jika anak tidak divaksinasi? Tidak memberi vaksin pada anak bisa menyebabkan sejumlah dampak kesehatan yang tidak diinginkan.
-
Siapa yang menyatakan bahwa mpox bukan efek samping vaksin? Juru bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, menjelaskan bahwa mpox dan Covid-19 merupakan dua penyakit yang berbeda.
-
Kenapa vaksin dalam negeri penting? Hal ini disampaikannya saat meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia di Kabupaten Bogor, pada Rabu (11/9). Menkes Budi menekankan bahwa pengalaman sukses dalam mengembangkan Vaksin Merah Putih menunjukkan betapa krusialnya memiliki berbagai jenis vaksin untuk memastikan keamanan kesehatan masyarakat.
-
Apa tujuan produksi vaksin dalam negeri? Kemandirian dalam produksi vaksin merupakan salah satu kebijakan utama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam meningkatkan ketahanan kesehatan nasional.
-
Kenapa vaksin Mpox diizinkan di Indonesia? Penggunaan vaksin Mpox di Indonesia kini telah mendapat persetujuan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, yang menunjukkan bahwa vaksin ini aman dan dapat digunakan dalam kondisi darurat kesehatan.
“Vaksin Covid-19 AstraZeneca berhasil melindungi dari Covid-19 dan harus terus digunakan dalam peluncuran (vaksinasi),” jelasnya, dilansir Reuters, Selasa (16/3).
Kelly mengatakan pemerintah tetap yakin dengan vaksin tersebut karena saat ini tidak ada bukti vaksin menyebabkan penggumpalan darah meskipun efek samping yang dilaporkan akan diselidiki sebagai “tindakan pencegahan”.
Australia mulai program vaksinasi bulan lalu dan penggunaan vaksin AstraZeneca dimulai pekan lalu. Negara ini melaporkan lebih dari 29.100 kasus virus corona dan 909 kematian sejak awal pandemi.
Mayoritas penduduk Australia yang berjumlah 25 juta jiwa akan disuntik menggunakan vaksin AstraZeneca dan pihak berwenang telah mengamankan hampir 54 juta dosis, di mana 50 juta dosis akan diproduksi di dalam negeri mulai akhir Maret.
Beberapa negara, termasuk Inggris dan Polandia, melanjutkan penggunaan vaksin AstraZeneca.
Pada Minggu, AstraZeneca menyampaikan hasil tinjauan pihaknya terhadap lebih dari 17 juta orang yang telah disuntik dengan vaksinnya di Uni Eropa dan Inggris menunjukkan tak ada bukti peningkatan risiko penggumpalan darah.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Badan Pengawas Obat Eropa juga telah melarang peredaran vaksin ini.
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaJamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaEpidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, ada kemungkinan kasus TTS dipicu vaksin AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaPenularan varian JN.1 telah ditemukan di Jakarta dan Batam.
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca Selengkapnya