Dirjen WHO Sebut Covid Varian Omicron Bisa Lebih Ringan daripada Delta
Merdeka.com - Data awal mengindikasikan virus corona varian Omicron mungkin lebih mudah menginfeksi ulang orang yang telah terkena virus corona atau yang telah divakasinasi dibandingkan varian virus corona sebelumnya, tapi bisa menyebabkan penyakit yang lebih ringan.
"Data dari Afrika Selatan menyatakan risiko infeksi ulang meningkat dengan Omicron," kata Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan pada Rabu.
"Ada juga beberapa bukti bahwa Omicron menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada Delta," tambahnya, dikutip dari Al Jazeera, Kamis (9/12).
-
Bagaimana cara virus Corona varian Omicron bermutasi? Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
-
Apa yang terjadi pada virus Corona varian Omicron di tubuh pria tersebut? Selama 20 bulan masa infeksi, dokter mencoba segala cara untuk membantu pria lanjut usia tersebut, namun tidak ada upaya yang berhasil.Tubuhnya tidak dapat memberikan respons kekebalan yang cukup kuat untuk melawan virus Corona, bahkan dengan bantuan obat antibodi sekalipun.
-
Siapa yang lebih rentan terinfeksi virus yang menyebabkan kanker? Selain itu, human immunodeficiency virus (HIV) juga dapat meningkatkan risiko kanker secara tidak langsung dengan membuka pintu bagi virus lain yang bisa memicu kanker.
-
Siapa yang berisiko terpapar kembali cacar? 'Infeksi ini bisa saja berulang, apalagi pada pasien yang imunitasnya rendah misalnya dengan penyakit kulit yang luas, pasien autoimun, HIV, dan lainnya,' ujarnya.
-
Bentuk virus apa saja? Bentuk virus berbeda-beda ada yang bulat, batang polihidris, dan seperti huruf T.
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
Namun dia menekankan, lebih banyak data diperlukan sebelum menarik kesimpulan tegas dan mendesak negara di dunia untuk memperkuat pengawasan mereka untuk membantu memberikan gambaran yang lebih jelas bagaimana sifat varian Omicron ini.
Bahkan jika hasilnya Omicron tidak menyebabkan penyakit parah, Tedros memperingatkan jangan sampai kewaspadaan terhadap virus kendor.
"Setiap rasa puas diri sekarang dapat mengorbankan nyawa," Tedros memperingatkan.
Direktur kedaruratan WHO, Michael Ryan sepakat, mengacu pada data yang mengindikasikan varian Omicron menular secara efisien dan kemungkinan penularannya lebih efisien daripada varian Delta.
"Itu bukan berarti bahwa virus ini tidak bisa dihentikan," ujarnya.
"Tapi itu berarti virus lebih efisien dalam penularan antara manusia. Dan, oleh karena itu, kita harus melipatgandakan upaya kita untuk memutus rantai-rantai penularan itu untuk melindungi diri kita, untuk melindungi orang lain."
Ryan menambahkan, bahkan jika varian Omicron ini hasilnya memang tidak terlalu berbahaya daripada varian virus sebelimnya, jika Omicron menular lebih cepat tetap bisa membuat lebih banyak orang terinfeksi, membebani sistem kesehatan, dan lebih banyak orang yang meninggal.
Para ahli WHO menekankan pentingnya vaksinasi, menyoroti bahwa walaupun vaksin terbukti kurang efektif melawan Omicron, seperti diindikasikan beberapa data, vaksin masih diharapkan bisa memberikan perlindungan signifikan melawan penyakit parah.
Kepala ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan memperingatkan reaksi spontan terhadap studi awal yang mengisyaratkan vaksin Pfizer-BioNTech mungkin kurang efektif terhadap Omicron.
Dia menunjukkan studi yang dilakukan sejauh ini kecil dan pengurangan "aktivitas penetralan" bervariasi di antara penelitian yang berbeda, dari empat hingga lima kali lipat dalam beberapa percobaan hingga 40 kali lipat pada yang lain.
Soumya mengatakan, penelitian tersebut juga hanya melihat netralisasi antibodi ketika "kita tahu sistem kekebalan jauh lebih kompleks dari itu".
“Jadi saya pikir terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa aktivitas berkurangnya penetralan ini akan menghasilkan pengurangan yang signifikan dalam efektivitas vaksin. Kami tidak tahu itu.”
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Varian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaKemenkes meminta pelayanan kesehatan meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran Covid-19.
Baca SelengkapnyaVarian JN.1 merupakan pemicu lonjakan Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaMohammad Syahril, melanjutkan, varian Covid Eris termasuk ke dalam kelompok varian XBB, yang merupakan 'anakan' atau turunannya varian Omicron.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaVarian tersebut memicu ada peningkatan kasus Covid-19 di Singapura.
Baca Selengkapnyamengonfirmasi tren kasus mingguan Covid-19 di Indonesia kembali mengalami peningkatan.
Baca SelengkapnyaTerjadi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaAni menjelaskan, JN.1 memiliki gejala yang sama seperti Covid-19 lainnya.
Baca SelengkapnyaCovid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca Selengkapnya