Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Dirjen WHO Sebut Covid Varian Omicron Bisa Lebih Ringan daripada Delta

Dirjen WHO Sebut Covid Varian Omicron Bisa Lebih Ringan daripada Delta Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. ©2020 AFP PHOTO/CHRISTOPHER BLACK/WORLD HEALTH ORGANIZATION

Merdeka.com - Data awal mengindikasikan virus corona varian Omicron mungkin lebih mudah menginfeksi ulang orang yang telah terkena virus corona atau yang telah divakasinasi dibandingkan varian virus corona sebelumnya, tapi bisa menyebabkan penyakit yang lebih ringan.

"Data dari Afrika Selatan menyatakan risiko infeksi ulang meningkat dengan Omicron," kata Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan pada Rabu.

"Ada juga beberapa bukti bahwa Omicron menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada Delta," tambahnya, dikutip dari Al Jazeera, Kamis (9/12).

Namun dia menekankan, lebih banyak data diperlukan sebelum menarik kesimpulan tegas dan mendesak negara di dunia untuk memperkuat pengawasan mereka untuk membantu memberikan gambaran yang lebih jelas bagaimana sifat varian Omicron ini.

Bahkan jika hasilnya Omicron tidak menyebabkan penyakit parah, Tedros memperingatkan jangan sampai kewaspadaan terhadap virus kendor.

"Setiap rasa puas diri sekarang dapat mengorbankan nyawa," Tedros memperingatkan.

Direktur kedaruratan WHO, Michael Ryan sepakat, mengacu pada data yang mengindikasikan varian Omicron menular secara efisien dan kemungkinan penularannya lebih efisien daripada varian Delta.

"Itu bukan berarti bahwa virus ini tidak bisa dihentikan," ujarnya.

"Tapi itu berarti virus lebih efisien dalam penularan antara manusia. Dan, oleh karena itu, kita harus melipatgandakan upaya kita untuk memutus rantai-rantai penularan itu untuk melindungi diri kita, untuk melindungi orang lain."

Ryan menambahkan, bahkan jika varian Omicron ini hasilnya memang tidak terlalu berbahaya daripada varian virus sebelimnya, jika Omicron menular lebih cepat tetap bisa membuat lebih banyak orang terinfeksi, membebani sistem kesehatan, dan lebih banyak orang yang meninggal.

Para ahli WHO menekankan pentingnya vaksinasi, menyoroti bahwa walaupun vaksin terbukti kurang efektif melawan Omicron, seperti diindikasikan beberapa data, vaksin masih diharapkan bisa memberikan perlindungan signifikan melawan penyakit parah.

Kepala ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan memperingatkan reaksi spontan terhadap studi awal yang mengisyaratkan vaksin Pfizer-BioNTech mungkin kurang efektif terhadap Omicron.

Dia menunjukkan studi yang dilakukan sejauh ini kecil dan pengurangan "aktivitas penetralan" bervariasi di antara penelitian yang berbeda, dari empat hingga lima kali lipat dalam beberapa percobaan hingga 40 kali lipat pada yang lain.

Soumya mengatakan, penelitian tersebut juga hanya melihat netralisasi antibodi ketika "kita tahu sistem kekebalan jauh lebih kompleks dari itu".

“Jadi saya pikir terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa aktivitas berkurangnya penetralan ini akan menghasilkan pengurangan yang signifikan dalam efektivitas vaksin. Kami tidak tahu itu.”

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Gejala Covid Pirola yang Wajib Dikenali, Varian Baru Corona yang Tengah Berkembang
Gejala Covid Pirola yang Wajib Dikenali, Varian Baru Corona yang Tengah Berkembang

Varian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Melonjak, Ini Stategi Kemenkes Cegah Penyebaran
Kasus Covid-19 Melonjak, Ini Stategi Kemenkes Cegah Penyebaran

Kemenkes meminta pelayanan kesehatan meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran Covid-19.

Baca Selengkapnya
Mengenal JN.1, Varian Baru Pemicu Lonjakan Covid-19 di Singapura
Mengenal JN.1, Varian Baru Pemicu Lonjakan Covid-19 di Singapura

Varian JN.1 merupakan pemicu lonjakan Covid-19 di Singapura.

Baca Selengkapnya
Menkes Ungkap Asal Usul Omicron EG.5 Pemicu Kenaikan Covid-19 di RI
Menkes Ungkap Asal Usul Omicron EG.5 Pemicu Kenaikan Covid-19 di RI

Saat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.

Baca Selengkapnya
Varian Covid Eris Masuk Indonesia: Gejala Pilek, Sakit Tenggorokan hingga Kelelahan
Varian Covid Eris Masuk Indonesia: Gejala Pilek, Sakit Tenggorokan hingga Kelelahan

Mohammad Syahril, melanjutkan, varian Covid Eris termasuk ke dalam kelompok varian XBB, yang merupakan 'anakan' atau turunannya varian Omicron.

Baca Selengkapnya
Didominasi Varian JN.1, Begini Situasi Covid-19 di Indonesia
Didominasi Varian JN.1, Begini Situasi Covid-19 di Indonesia

Kasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.

Baca Selengkapnya
Waspadai Potensi Peningkatan Covid-19 di Indonesia
Waspadai Potensi Peningkatan Covid-19 di Indonesia

Masyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Minta Masyarakat Waspada Covid-19 Varian KP.1 dan KP.2, Begini Gejalanya
Kemenkes Minta Masyarakat Waspada Covid-19 Varian KP.1 dan KP.2, Begini Gejalanya

Varian tersebut memicu ada peningkatan kasus Covid-19 di Singapura.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 di Indonesia Kembali Meningkat
Kasus Covid-19 di Indonesia Kembali Meningkat

mengonfirmasi tren kasus mingguan Covid-19 di Indonesia kembali mengalami peningkatan.

Baca Selengkapnya
Data Kasus Covid-19 di Indonesia Sepekan Terakhir
Data Kasus Covid-19 di Indonesia Sepekan Terakhir

Terjadi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.

Baca Selengkapnya
Dinkes DKI Akhirnya Mengungkap Jumlah Kasus Covid-19 JN.1 di Jakarta Selama Tahun 2023
Dinkes DKI Akhirnya Mengungkap Jumlah Kasus Covid-19 JN.1 di Jakarta Selama Tahun 2023

Ani menjelaskan, JN.1 memiliki gejala yang sama seperti Covid-19 lainnya.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam
Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam

Covid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.

Baca Selengkapnya