Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Dua Dosis Vaksin Covid Tak Mampu Cegah Omicron, Efektivitas Booster Dipertanyakan

Dua Dosis Vaksin Covid Tak Mampu Cegah Omicron, Efektivitas Booster Dipertanyakan Ilustrasi Vaksin Covid-19. ©2021 REUTERS/Dado Ruvic/File Photo

Merdeka.com - Varian Omicron yang sangat bermutasi telah menyebabkan penurunan serius pada kemampuan vaksin untuk melindungi kita dari penularan virus corona.

Dua dosis vaksin Covid-19 hampir tidak memberikan perlindungan dari infeksi Omicron, meskipun vaksin tersebut efektif mengurangi risiko penyakit parah.

Semua vaksin dikembangkan untuk melawan bentuk pertama virus yang muncul dua tahun lalu.

Jadi bisakah dosis ketiga atau "penguat (booster)" dari vaksin asli itu membuat perbedaan atau apakah Omicron mengalahkan perlindungan yang diberikan vaksin?

Untungnya bagi kita - sementara isi jarum suntik mungkin sama, booster tidak sama untuk sistem kekebalan tubuh.

Perlindungan yang Anda miliki setelah dosis ketiga lebih besar, lebih luas, dan lebih mengesankan daripada yang Anda miliki sebelumnya.

Vaksin ibarat sekolah

Memerangi virus corona adalah sesuatu yang harus dipelajari oleh sistem kekebalan Anda.

Salah satu pilihan adalah mencari tahu ketika Anda benar-benar berurusan dengan virus. Namun, ada risiko salah dan berakhir sakit parah.

Vaksin lebih seperti sekolah - lingkungan yang lebih aman untuk melanjutkan pendidikan Covid sistem kekebalan Anda.

Dosis pertama adalah pendidikan sekolah dasar yang menjadi pasak pondasinya.

Dosis kedua dan ketiga Anda bak Anda mengirim sistem kekebalan Anda ke sekolah menengah dan kemudian universitas untuk secara dramatis memperdalam pemahamannya. Bukan hanya berada di sekolah dasar berulang-ulang.

“Sistem kekebalan dibiarkan dengan pengetahuan dan pemahaman yang lebih kaya tentang virus,” jelas ahli virologi Universitas Nottingham, Prof Jonathan Ball, dikutip dari BBC, Selasa (14/12).

Ball mengatakan, semua pembahasan soal trik Omicron, sistem kekebalan yang sangat terlatih adalah "lingkungan yang sangat sulit dan tidak bersahabat" untuk virus dan variannya.

Antibodi adalah penerima manfaat utama dari pendidikan ini.

Ini adalah protein lengket yang menempel di bagian luar virus corona. Antibodi penetralisir dapat melarutkan virus sehingga tidak dapat menyerang sel Anda.

Berbagai penelitian laboratorium dan data dunia nyata menunjukkan antibodi penetral yang Anda miliki setelah dua dosis vaksin Covid-19 jauh kurang efektif melawan Omicron.

Setiap dosis vaksin memicu putaran lain evolusi antibodi dalam sistem kekebalan. Vaksin mencari antibodi yang lebih baik yang menempel lebih kuat pada virus. Ini adalah proses yang disebut pematangan afinitas.

"Antibodi Anda lebih cocok seiring berjalannya waktu, mereka menjadi lebih bagus dan lebih canggih," kata ahli imunologi dari Imperial College London, Prof Danny Altmann.

Jika antibodi mampu terikat lebih erat pada virus corona maka akan lebih sulit bagi mutasi Omicron untuk membantunya bebas. Dan meskipun varian baru ini banyak bermutasi, virus ini masih merupakan virus fundamental yang sama dan memiliki bagian-bagian yang tidak berubah sama sekali.

Putaran vaksinasi lebih lanjut juga menyebabkan sistem kekebalan memperluas repertoar antibodinya karena menemukan cara baru untuk menyerang virus.

Permainan angka

Ini bukan hanya tentang kualitas antibodi, kuantitasnya juga meningkat seiring dengan vaksin booster.

"Anda mendapatkan lebih banyak vaksin, konsentrasi dalam darah meningkat dan kami tidak tahu berapa lama ini akan berlangsung, tetapi semakin sering Anda divaksinasi, memori kekebalan bertahan lebih lama," jelas Prof Charles Bangham, dari Imperial College London.

Dampak dari semua ini jelas dalam penelitian yang sama yang menunjukkan dua dosis vaksin lebih lemah terhadap Omicron. Perlindungan terhadap gejala Covid meningkat hingga sekitar 75 persen setelah suntikan booster.

Di tempat lain dalam sistem kekebalan, booster memberi tubuh kita keunggulan melawan varian masa depan juga.

Sel B adalah bagian tubuh yang memproduksi antibodi secara massal. Beberapa sel cukup matang untuk menghasilkan antibodi yang sangat lengket dan sangat halus setelah diberikan booster. Sel lainnya dapat melihat virus corona, tetapi tetap setengah matang dan fleksibel.

"Virus bisa menyebar ke arah yang berbeda dan ketika mereka berkembang biak mereka mulai mengejar varian baru," kata Prof Ball.

Dan kemudian ada sel T, yang lebih banyak dan lebih baik dalam menyerang virus Covid sebagai respons atas booster.

Sel-T menggunakan trik berbeda untuk mendeteksi virus dan berpatroli di tubuh kita mencari tanda-tanda sel terinfeksi Covid. Sel-T mengenali bagian-bagian dari virus corona yang menurut virus lebih sulit untuk bermutasi.

Jadi sementara Omicron menjauh dari sistem kekebalan kita, setiap dosis vaksin dan setiap infeksi memberi pertahanan tubuh kita lebih banyak alat untuk memburunya.

Semua ini menjadi pertanda baik bagi vaksin yang melindungi kita dari sakit parah.

"Kekebalan terhadap virus hampir tidak pernah mutlak - Anda hampir selalu dapat terinfeksi ulang dan apa yang ingin Anda lakukan adalah infeksi ulang yang sangat sepele sehingga Anda tidak tahu bahwa Anda terinfeksi atau sangat ringan," kata Prof Bangham.

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Gejala Covid Pirola yang Wajib Dikenali, Varian Baru Corona yang Tengah Berkembang
Gejala Covid Pirola yang Wajib Dikenali, Varian Baru Corona yang Tengah Berkembang

Varian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya
Covid-19 Naik Lagi, Kemenkes akan Beri Vaksin Booster Ketiga Untuk Masyarakat
Covid-19 Naik Lagi, Kemenkes akan Beri Vaksin Booster Ketiga Untuk Masyarakat

Rencana pemberian booster ketiga ini buntut kembali meningkatnya kasus Covid-19.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam
Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam

Covid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.

Baca Selengkapnya
Benarkah Penerima Vaksin Covid-19 mRNA akan Meninggal dalam 3 atau 5 Tahun? Cek Faktanya
Benarkah Penerima Vaksin Covid-19 mRNA akan Meninggal dalam 3 atau 5 Tahun? Cek Faktanya

Beredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun

Baca Selengkapnya
Kemenkes Tegaskan Vaksin Mpox Sudah Mendapat Persetujuan WHO dan BPOM
Kemenkes Tegaskan Vaksin Mpox Sudah Mendapat Persetujuan WHO dan BPOM

Pemerintah berupaya mencegah penyebaran Mpox dengan melakukan vaksinasi yang sudah disetujui WHO dan BPOM.

Baca Selengkapnya
Punya Efek Samping Berbahaya, AstraZeneca Tarik Peredaran Vaksin Covid-19 di Seluruh Dunia
Punya Efek Samping Berbahaya, AstraZeneca Tarik Peredaran Vaksin Covid-19 di Seluruh Dunia

Badan Pengawas Obat Eropa juga telah melarang peredaran vaksin ini.

Baca Selengkapnya
Pakar Ungkap Vaksin Dengue Mampu Lindungi Diri dari DBD
Pakar Ungkap Vaksin Dengue Mampu Lindungi Diri dari DBD

Dia lalu mengatakan vaksin dengue dapat diberikan kepada masyarakat berusia 6 hingga 45 tahun.

Baca Selengkapnya
CEK FAKTA: Hoaks Virus Mpox Disebabkan karena Efek Samping Vaksin Covid-19
CEK FAKTA: Hoaks Virus Mpox Disebabkan karena Efek Samping Vaksin Covid-19

Beredar penyebaran virus mpox merupakan efek samping vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya
Vaksin AstraZeneca Disebut Picu Kasus TTS, Begini Hasil Kajian BPOM
Vaksin AstraZeneca Disebut Picu Kasus TTS, Begini Hasil Kajian BPOM

Belakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.

Baca Selengkapnya
Waspadai Potensi Peningkatan Covid-19 di Indonesia
Waspadai Potensi Peningkatan Covid-19 di Indonesia

Masyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.

Baca Selengkapnya
Penjelasan Ahli Kesehatan Usai Heboh Efek Samping Vaksin AstraZeneca hingga Ditarik dari Peredaran
Penjelasan Ahli Kesehatan Usai Heboh Efek Samping Vaksin AstraZeneca hingga Ditarik dari Peredaran

Komnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.

Baca Selengkapnya
Dinkes DKI Temukan 2 Kasus Kematian Covid-19
Dinkes DKI Temukan 2 Kasus Kematian Covid-19

Dua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.

Baca Selengkapnya