Dua Tahun Covid, Pergulatan Ilmuwan Mengakui Penularan Virus Lewat Udara
Merdeka.com - Bagi Catherine Noakes, ilmuwan yang mempelajari bagaimana patogen bergerak di suatu lingkungan, bulan-bulan awal pandemi virus corona diwarnai dengan rasa frustrasi.
Frustrasi itu berasal dari asumsi bahwa Covid-19 tidak menyebar melalui udara lewat partikel mikroskopis yang disebut aerosol, tapi lebih utama melalui tetesan atau percikan pernapasan di antara orang yang berada dalam jarak dekat sehingga percikan itu bisa jatuh mendarat di permukaan terdekat.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) awalnya membantah Covid-19 menyebar lewat partikel kecil aerosol yang bertahan di udara.
-
Mengapa Covid-19 menjadi pandemi global? Pandemi Covid-19 telah menjadi salah satu peristiwa paling berdampak di abad ke-21. Penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru ini telah menginfeksi lebih dari 200 juta orang dan menewaskan lebih dari 4 juta orang di seluruh dunia.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama ditemukan? Menurut pengumuman resmi dari Presiden Joko Widodo, kasus Covid-19 pertama di Indonesia terjadi pada dua warga Depok, Jawa Barat, yang merupakan seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya berusia 31 tahun.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Bagaimana penyakit misterius ini menyebar? 'Tidak jelas kapan wabah ini dimulai karena akan tidak biasa bagi begitu banyak anak untuk terpengaruh begitu cepat,' Dan Silver, seorang pelapor ProMED.
-
Bagaimana pneumonia bisa menyebar? Dilansir dari lung.org, persebaran dari pneumonia ini biasanya terjadi melalui batuk, bersin, sentuhan, atau hanya dari bernapas.
-
Bagaimana flu menyebar? Flu merupakan infeksi virus pada saluran pernapasan yang menyebar terutama melalui kontak dekat dengan orang yang terinfeksi. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), virus ini menyebar melalui tetesan kecil yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin, atau bahkan berbicara. Tetesan ini dapat terhirup oleh orang lain atau menempel pada permukaan seperti gagang pintu atau meja. Jika seseorang menyentuh permukaan yang terkontaminasi dan kemudian menyentuh hidung, mulut, atau mata mereka, kemungkinan besar mereka akan tertular flu.
Seiring munculnya berbagai bukti dan desakan dari ilmuwan seperti Noakes, WHO akhirnya mengakui kemungkinan penularan lewat udara tapi masih lebih menganggap yang utama adalah karena tetesan sehingga yang dianjurkan adalah mencuci tangan dan membersihkan setiap permukaan benda ketimbang tindakan yang lebih ketat.
Tapi kemudian bukti-bukti semakin bermunculan menyatakan virus dari Covid-19 terutama menyebar lewat udara dan WHO akhirnya pada Desember 2021 mengatakan virus itu bisa menyebar lewat aerosol atau tetesan.
"Anda bisa paham bahwa pada masa-masa awal kita tidak punya semua bukti," ujar Noakes, 46 tahun, melalui sambungan video Januari lalu, seperti dilansir laman Aljazeera, Selasa (15/3).
"Jadi kita harus mengikuti prinsip pencegahan: cuci tangan, bersihkan permukaan benda, bersihan udara. Tapi kita hanya fokus kepada tangan dan permukaan benda karena belum menerima pentingnya udara."
Hal itu, menurut Noakes dan segelintir ilmuwan aerosol, adalah kesalahan fatal.
Posisi WHO bersandar pada doktrin yang didominasi wacana medis selama beberapa dasawarsa: patogen penyebab penyakit infeksi saluran pernapasan menyebar terutama karena kontak dekat dengan individu yang sudah terinfeksi dan mengeluarkan banyak tetesan yang membawa virus lewat berbicara dan batuk, misalnya.
Sejumlah penyakit seperti tuberkolosis dan cacar, selama ini dipahami menular melalui aerosol dan tidak selalu ada kontak dekat dengan orang yang sakit. Dengan kata lain, penularan lewat udara secara tradisional dipahami penyakit yang menular lewat jarak jauh.
Februari 2020 WHO menggelar jumpa pers soal virus corona.
Selama 40 menit, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghenreyesus menyebut Covid yang disebabkan oleh virus Sars-CoV-2 menyebar lewat udara. Beberapa menit kemudian, setelah berbincang dengan Dr Michael Ryan, direktur eksekutif program darurat kesehatan WHO, Tedros meralat pernyataannya dan meminta maaf karena sudah mengatakan "menular lewat udara" dan dia menuturkan virus itu menyebar lewat "tetesan atau pernapasan". Dia juga membantah virus menyebar lewat udara pada awal Maret.
Pada akhir Maret 2020, WHO mencuit: "FAKTA: #COVID19 TIDAK menular lewat udara."
Noakes ingat betul kala itu, "pernyataan itu dikutip banyak ilmuwan pada 2020 untuk membantah penularan lewat udara."
Karena sadar pernyataan WHO itu bisa membuat berbagai negara merumuskan tindakan pencegahan, Noakes, Prather, dan beberapa ilmuwan aerosol lainnya di seluruh dunia segera mengumpulkan bahan untuk menyangkal pendapat itu. Dalam sebuah surat terbuka yang kemudian ditandatangani 239 ahli, mereka mengatakan perlunya tindakan untuk mengatasi penularan lewat udara.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaJangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan.
Baca SelengkapnyaKemenkes mengatakan, kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mycoplasma pneumoniae.
Baca SelengkapnyaMunculnya wabah misterius ini mirip dengan awal kemunculan Covid-19 tiga tahun lalu.
Baca SelengkapnyaPenyakit Pernapasan Melonjak di China, WHO Minta Penjelasan
Baca SelengkapnyaUdara tidak hanya tercemar oleh asap, tapi juga mikroplastik.
Baca SelengkapnyaTim peneliti menjelajahi lapisan es di Himalaya dan membawa kepingan es-es itu ke laboratorium untuk diperiksa.
Baca SelengkapnyaAhli epidemiologi molekuler membuat heboh dengan pernyataan muncul gelombang pandemi 2.0.
Baca SelengkapnyaKasus pneumonia misterius baru-baru ini menghebohkan China.
Baca SelengkapnyaPenelitian terbaru mengungkap penyebab sejumlah orang aman dari Covid-19 tanpa pernah terinfeksi.
Baca SelengkapnyaKementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta masyarakat untuk tidak panik dengan adanya pneumonia misterius yang tengah merebak di China dan Eropa.
Baca SelengkapnyaInformasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca Selengkapnya