Dunia Cemas Hadapi Varian Baru Virus Corona yang Menular 70 Kali Lebih Cepat
Merdeka.com - Baru-baru ini varian baru virus corona ditemukan di Inggris. Varian baru ini disebut 70 persen menular lebih cepat dibanding virus varian lama.
Munculnya virus varian baru ini memaksa Inggris menerapkan pembatasan-pembatasan lebih ketat. Bahkan, wilayah kota London dan Inggris tenggara memberlakukan karantina wilayah selama perayaan Natal sampai Januari.
Para ilmuwan di Inggris tengah meneliti varian baru ini, termasuk apakah vaksin Covid-19 ampuh melawan penularannya. Namun menurut pakar Uni Eropa, mereka meyakini vaksin Covid-19 yang telah ada saat ini efektif melawan varian baru ini, seperti disampaikan Menteri Kesehatan Jerman, Jens Span pada Minggu.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Siapa yang melakukan penelitian tentang penanganan Covid-19 oleh polisi? Disertasi yang berjudul 'Evaluasi Kebijakan Operasi Aman Nusa II dalam Penanganan Covid-19 oleh Polrestabes Bandung,' karya Kombes Pol Dr. Yade Setiawan Ujung, menyoroti peran kritis Polri dalam mengimplementasikan strategi efektif yang mengintegrasikan keamanan dan kesehatan publik.
-
Bagaimana vaksin kanker ini bekerja? Putin menyatakan keyakinannya bahwa vaksin tersebut, bersama dengan obat imunomodulator generasi baru, akan segera menjadi bagian integral dari terapi individual yang efektif.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Apa yang ditemukan oleh para peneliti? Puluhan petroglief berusia ribuan tahun ditemukan terukir di atas bebatuan di balik semak-semak di daerah pedesaan di Tanum, Provinsi Bohusian, Swedia.
-
Siapa yang mengembangkan vaksin flu pertama? Para ilmuwan mulai mengisolasi virus flu pada tahun 1930-an, dan pada tahun 1940-an, Angkatan Darat AS membantu mensponsori pengembangan vaksin untuk melawan virus tersebut.AS menyetujui vaksin flu pertama untuk penggunaan militer pada tahun 1945 dan untuk penggunaan sipil pada tahun 1946.
"Berdasarkan segala hal yang kita ketahui sejauh ini, varian baru tak ada pengaruh pada vaksin, yang masih tetap efektif," jelasnya, mengutip para pakar Eropa, dilansir NDTV, Senin (21/12).
Spahn merujuk terutama pada vaksin Pfizer-BioNTech, yang telah diberikan persetujuan di sejumlah negara termasuk AS dan Inggris dan yang hampir menerima persetujuan dari Badan Obat-Obatan Eropa (EMA).
Seorang juru bicara kementerian kesehatan mengatakan, pertemuan para ahli Uni Eropa telah berlangsung pada Minggu dan termasuk perwakilan dari Robert Koch Institute (RKI) Berlin untuk kesehatan masyarakat.
Terdeteksi di Inggris, Denmark, Italia, Belanda, Australia
Sejumlah negara Uni Eropa telah melarang perjalanan udara dari Inggris sebagai respons atas varian baru virus ini. Sementara Prancis mengatakan akan memblokir orang yang datang dari Inggris.
Pada Sabtu, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson mengatakan varian ini lebih menular sampai 70 persen, berdasarkan data awal.
WHO mengatakan, sembilan kasus telah terdeteksi di Denmark dan masing-masing satu di Belanda dan Australia, sementara Italia mengatakan pada Minggu malam pihaknya juga telah mendeteksi satu kasus pada seseorang yang kembali dari Inggris.
Jerman, yang memegang jabatan presiden bergilir Uni Eropa, telah menyelenggarakan pertemuan para ahli pada Senin untuk membahas tanggapan blok itu terhadap ancaman baru, kata juru bicara Kementerian Kesehatan.
Pertemuan tersebut akan diadakan di bawah skema respon krisis IPCR Dewan Eropa, yang dapat dilakukan untuk kesehatan, lingkungan atau keadaan darurat teroris.
Penelitian Angkatan Darat AS
Para ilmuwan di Institut Penelitian Angkatan Darat Walter Reed meneliti apakah vaksin virus corona bisa bekerja melawan varian virus baru ini. Demikian disampaikan peneliti vaksin terkemuka di institut tersebut.
Direktur Pusat Penelitian Penyakit Menular di Institut Penelitian Angkatan Darat Walter Reed, Dr Nelson Michael menyampaikan, meskipun selalu ada kekhawatiran vaksin tidak akan berhasil jika virus bermutasi secara signifikan, para ilmuwan Walter Reed masih berharap vaksin tersebut akan efektif melawan varian baru ini.
"Masuk akal bahwa mutasi ini bukanlah ancaman, tetapi Anda tidak pernah tahu. Kami masih harus rajin dan terus mencari," jelas Michael, dikutip dari CNN, Senin (21/12).
Pada Kamis, tim Walter Reed mulai memeriksa urutan genetik dari varian virus baru yang diunggah secara online oleh para peneliti Inggris.
Mereka melakukan analisis komputer sebagai langkah pertama.
"Analisis komputer akan memungkinkan kami untuk mengukur seberapa besar perhatian yang harus kami miliki," ujar Michael.
"Tim lain di seluruh dunia juga melakukan analisis ini," lanjutnya.
Jika analisis komputer menunjukkan adanya kekhawatiran, maka penelitian perlu dilakukan di laboratorium dan pada hewan untuk lebih menentukan secara pasti apakah vaksin akan bekerja pada varian ini.
"Asumsi kerja kami saat ini dari semua ilmuwan adalah bahwa respons vaksin harus memadai untuk virus ini," jelas Kepala Penasihat Ilmiah Inggris, Dr Patrick Vallance pada konferensi pers.
Mudah dilacak
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah memberikan otorisasi pada vaksin Pfizer dan Moderna. Keduanya bekerja dengan membuat cetak biru genetik untuk spike atau ujung runcing yang muncul di permukaan virus corona baru. Sistem kekebalan "melihat" lonjakan dan belajar bagaimana melancarkan serangan terhadapnya.
Seperti varian baru Covid-19 lainnya, varian yang ditemukan di Inggris ini membawa sidik jari genetik yang membuatnya mudah dilacak. Artinya mutasi membuatnya menyebar dengan lebih mudah, juga bukan berarti variasi ini lebih berbahaya.
Beberapa ahli dalam genetika dan epidemiologi virus mencatat, virus ini mungkin hanya jenis yang "beruntung" yang telah diperkuat karena peristiwa yang sangat menyebar; bisa jadi mutasi yang entah bagaimana membuatnya menyebar lebih mudah tanpa menyebabkan penyakit yang lebih serius; atau bisa jadi hanya kebetulan.
Pada Agustus, tim Walter Reed menerbitkan sebuah penelitian yang menunjukkan vaksin masih bekerja melawan beberapa mutasi lain dari virus corona.
Penasihat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, Dr Willoam Schaffner mengatakan, vaksin masih berguna karena virus terus bermutasi, tetapi biasanya tidak dengan cara yang membuat vaksin tidak berguna
"Bahkan dengan mutasi, virus pada dasarnya tetap sama," kata Schaffner.
"Ini sama dengan seseorang. Saya bisa mengganti mantel cokelat saya dengan mantel abu-abu, tapi saya tetap Bill Schaffner. Saya telah mengubah sesuatu, tapi saya tetap orang yang sama," pungkasnya.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Varian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaWHO saat ini memonitor berbagai varian yang banyak ditemui.
Baca SelengkapnyaVarian tersebut memicu ada peningkatan kasus Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaKemenkes meminta pelayanan kesehatan meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran Covid-19.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaVarian JN.1 merupakan pemicu lonjakan Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaKelompok orang yang rawan tertular cacar monyet diminta untuk sadar dalam mencegah penyakit ini.
Baca SelengkapnyaTren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca SelengkapnyaAni menjelaskan, JN.1 memiliki gejala yang sama seperti Covid-19 lainnya.
Baca SelengkapnyaVaksin flu universal bisa membantu mengatasi berbagai jenis flu dan mutasinya seperti Covid-19.
Baca Selengkapnya