Dunia Sudah Tahu Sang Pangeran Bersalah, Laporan Intelijen Ancam Hubungan AS-Saudi
Merdeka.com - Buntut Laporan Atas Kematian Jamal Khashoggi, Pertaruhkan Hubungan Mesra AS-Saudi
Tak ada misteri tentang bagaimana tewasnya seorang Jamal Khashoggi. Dia dibunuh dengan darah dingin dan brutal.
Rekaman audio intelijen Turki menangkap momen di dalam konsulat Arab Saudi di Istanbul, bagaimana agen pemerintah Saudi membius, mencekik, dan memutilasi kolumnis The Washington Post berusia 59 tahun tersebut.
-
Siapa yang dibunuh secara sadis? Hasil analisis menunjukkan, kedua mumi laki-laki ini mengalami kematian di tempat akibat tindakan kekerasan yang disengaja.
-
Bagaimana korban dibunuh? 'Dengan adanya perkataan dari korban tersebut maka pelaku menjadi sakit hati dan sangat kesal sehingga secara spontan pelaku membunuh korban dengan cara mencekik dan menjerat leher korban dengan tali sepatu sehingga korban meninggal dunia,' jelas Wira.
-
Kenapa korban dibunuh? 'Oleh karena pelaku menolak untuk membayar 100 ribu selanjutnya korban memaki-maki dan mengancam pelaku dengan kata-kata yang kasar dan mengancam untuk memanggil abang-abang (keluarga) yang daripada korban,' kata Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Wira Satya Triputra, Kamis (25/4).
-
Bagaimana korban meninggal? 'Dalam proses dari Lampung ke Jakarta ini (korban) pendarahan hebat. Pelaku juga mengetahui bahwa si korban sedang pendarahan. Pelaku ini mengetahui bahwa korban sedang pendarahan hebat, namun dibiarkan saja, sehingga korban kehabisan darah dan meregang nyawa,' kata dia.
Pada 879 hari sejak peristiwa itu, satu-satunya pertanyaan geopolitik yang menjadi konsekuensi adalah peran apa yang dimainkan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Salman, yang dikenal dengan MBS, dalam kematian Khashoggi.
Dua tahun lalu, CIA menyimpulkan dengan keyakinan tinggi bahwa MBS secara pribadi memerintahkan pembunuhan tersebut tapi tak memberi rincian lebih.
MBS telah membantah memerintahkan pembunuhan Khashoggi tapi mengatakan dia bertanggung jawab sebagai seorang pemimpin Saudi karena yang melakukan pembunuhan itu adalah orang yang bekerja untuk pemerintah Saudi.
Saat itu Donald Trump menolak penilaian CIA dan membela MBS. Selama pemerintahan Trump, pejabat intelijen AS tak pernah mengungkap kepada publik atau menunjukkan bukti terkait pembunuhan tersebut.
Sebaliknya, penggantinya, Joe Biden, tak menyukai MBS. Akhirnya pada Jumat, pemerintahan Joe Biden, melalui direktur nasional intelijen mempublikasikan laporan CIA atas pembunuhan Khashoggi tersebut, yang menyatakan MBS menyetujui pembunuhan sadis itu.
Mengecewakan Saudi
Penulis laporan tersebut “menilai” MBS “menyetujui operasi di Istanbul, Turki untuk menangkap atau membunuh” Khashoggi. Namun laporan tersebut tak menyodorkan fakta yang mengungkapkan bukti yang tak terbantahkan terkait keterlibatan MBS.
Tetapi bukti tidak langsung dari laporan Kantor Direktur Intelijen Nasional sangatlah besar. Demikian dikutip dari CNN, Senin (1/3).
Disebutkan bahwa MBS memiliki kontrol atas pengambilan kebijakan di negara kerajaan tersebut. MBS memiliki “kontrol mutlak” atas operasi intelijen dan keamanan negara, keterlibatan langsung penasihat utama dan anggota pasukan pengamanan MBS dalam operasi tersebut, dan dukungan MBS untuk menggunakan langkah-langkah kekerasan untuk membungkam para pembangkang di luar negeri, termasuk Khashoggi membuatnya sangat tidak mungkin hal itu bisa berjalan tanpa “otorisasi” MBS. Hal itu berkontribusi pada kesimpulan penulis terkait kesalahan MBS.
Dan laporan ini mengecewakan Saudi. Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengeluarkan pernyataan pendek, mengatakan: “Sangat disayangkan bahwa laporan ini, dengan kesimpulan yang tak dapat dibenarkan dan tak akurat, diterbitkan saat Kerajaan dengan jelas mengecam kejahatan keji ini.”
Mereka sangat sedih karena tuduhan itu menargetkan Putra Mahkota. Narasi Saudi menyatakan bawahan MBS yang mengacaukan dan salah informasi satu sama lain.
“Ini adalah kejahatan yang menjijikkan dan pelanggaran mencolok terhadap hukum dan nilai Kerajaan. Kejahatan ini dilakukan oleh sekelompok individu yang telah melanggar semua peraturan dan otoritas terkait dari lembaga tempat mereka bekerja.”
Tantangan hadapi opini publik
Pada Desember 2019, pihak berwenang Saudi mengatakan menyelidiki 11 tersangka dalam pembunuhan Khashoggi. Dalam persidangan tertutup, delapan orang dinyatakan bersalah, lima di antaranya dijatuhi hukuman mati. Namun pada akhirnya, mereka semua dipenjara seumur hidup.
Namun, terdakwa dengan profil tertinggi - dua di antaranya orang dekat MBS - telah dicabut tuduhannya, tidak ada yang sejalan dengan laporan intelijen baru yang juga menyalahkan orang-orang terdekat MBS.
Hal yang sulit bagi MBS adalah menghadapi pengadilan opini publik internasional yang telah lama memutuskan dia bersalah. Namun ayahnya, Raja Salman bin Abdulaziz memilihnya untuk mereformasi negara, di mana dia tetap populer dan tak akan lengser dari jabatannya.
Secara pribadi, para pejabat Saudi mengakui citra internasional MBS secara permanen "ternoda”, jauh sebelum pembunuhan Khashoggi. Peran Saudi di perang Yaman dan penahanan sekitar 200 pangeran dan pengusaha yang diduga korupsi di dalam hotel mewah bintang lima Ritz Carlton di Riyadh pada November 2017 membuat reputasinya anjlok.
Awal bulan ini, Biden mengumumkan AS mengakhiri semua dukungan Amerika untuk operasi ofensif dalam perang di Yaman, termasuk penjualan senjata yang relevan. Biden juga mengatakan akan menunjuk seorang utusan untuk fokus pada konflik berkepanjangan tersebut.
MBS ingin dikenal sebagai pemimpin yang berjasa memodernisasi Arab Saudi, segera melakukan diversifikasi ekonomi, membuka lowongan pekerjaan, dan mewujudkan perubahan sosial yang ambisius melalui Visi 2030-nya yang ambisius.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengumumkan “Khashoggi Ban”, menjatuhkan sanksi dengan menerapkan pembatasan visa terhadap 76 warga Saudi yang diyakini terlibat dalam “mengancam para pembangkang di luar negeri, namun tidak terbatas pada pembunuhan Khashoggi.”
Kementerian Keuangan AS juga menjatuhkan sanksi pada mantan Wakil Kepala Presidensi Intelijen Umum dan Pasukan Reaksi Cepat Saudi (RIF) atau “Tim Macan”, tim pengamanan pribadi MBS, yang “terlibat” dalam pembunuhan Khashoggi.
Pedang bermata dua
Baik Biden dan MBS saling terikat. Harga yang harus dibayar MBS dalam kasus ini cukup mahal.
Tanpa Saudi, Biden tidak hanya kehilangan pengaruh atas Iran, dan pengaruh militer di kawasan itu, ia membuka pintu bagi musuh utamanya China, atau Rusia, untuk mencetak pengaruh strategis dan mengikis pusat hegemoni AS di Teluk.
Tidak ada pilihan yang mudah atau bagus, yang dapat menjelaskan mengapa Biden tidak memberikan sanksi kepada MBS, dan mengapa laporan intelijen yang telah lama ditunggu-tunggu itu rinciannya sangat singkat.
Namun demikian, Arab Saudi diperingatkan Blinken, “kami telah memperjelas bahwa ancaman dan serangan ekstrateritorial oleh Arab Saudi terhadap aktivis, pembangkang, dan jurnalis harus diakhiri. Mereka tidak akan ditoleransi oleh Amerika Serikat.”
Tapi ancaman Blinken adalah pedang bermata dua: Biden sekarang juga menjadi sandera garis merah. Sekeras apa pun untuk memasukkan kepentingan nasional AS melalui dugaan pengkhianatan Saudi, akan jauh lebih sulit jika MBS dinilai telah melanggar standar AS lagi.
Kado bagi Iran
Apapun yang merusak hubungan strategis AS-Saudi adalah kado bagi musuh regional Saudi, Iran.
Dikutip dari BBC, Senin (1/3), terlepas dari sanksi bertahun-tahun, para ahli baru-baru ini menyimpulkan Iran telah mencapai keunggulan di Timur Tengah, memperluas jangkauan strategisnya melalui milisi proksi di Lebanon, Suriah, Irak dan Yaman - meninggalkan Arab Saudi.
Ketika Presiden Biden mengumumkan moratorium penjualan senjata AS untuk Saudi yang berkaitan dengan perang Yaman, pemberontak Houthi yang didukung Iran segera memanfaatkan ini. Mereka menyadari musuh mereka tertatih-tatih oleh larangan senjata tersebut.
Dalam jangka panjang, hal ini akan mendorong Saudi untuk mendiversifikasi mitra pertahanan dan keamanannya, kemungkinan membuka pintu baru bagi Rusia dan China.
Ini juga dapat mendorong Riyadh untuk membangun hubungan yang lebih dekat dengan Israel, yang memiliki ketakutan yang sama terhadap ekspansi Iran dan proliferasi nuklir.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemalsuan tanda tangan ini diduga dilakukan terkait persetujuan pengerahan pasukan darat ke Yaman untuk memerangi Houthi.
Baca SelengkapnyaTak ada Raja Arab Saudi yang seberani ini saat menghadapi Israel dan Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaKisah Raja Arab Saudi pro-Palestina yang meninggal karena ditembak oleh keponakannya sendiri.
Baca SelengkapnyaPenangkapan dua mantan personel tersebut terjadi atas laporan berbagai kejahatan militer pada September 2017.
Baca SelengkapnyaSepanjang tahun 2024 hingga bulan Juli, 25 WNI di sejumlah negara, sebagian besar di Malaysia, terbebas dari hukuman mati.
Baca SelengkapnyaArab Saudi menghukum mati seorang kritikus pemerintah yang mengungkap dugaan korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia melalui media sosial.
Baca SelengkapnyaSetelah diautopsi, jenazah itu diduga merupakan korban pembunuhan.
Baca SelengkapnyaKementerian Dalam Negeri Arab Saudi mengatakan dua warga Saudi dieksekusi di Makkah karena membunuh orang tua dan saudara mereka.
Baca SelengkapnyaAnwar Sadat sempat menjadi pahlawan bagi rakyat Mesir. Kenapa akhirnya dia ditembak?
Baca Selengkapnya