Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Dunia Sudah Tahu Sang Pangeran Bersalah, Laporan Intelijen Ancam Hubungan AS-Saudi

Dunia Sudah Tahu Sang Pangeran Bersalah, Laporan Intelijen Ancam Hubungan AS-Saudi Jamal Khashoggi. ©2018 Merdeka.com

Merdeka.com - Buntut Laporan Atas Kematian Jamal Khashoggi, Pertaruhkan Hubungan Mesra AS-Saudi

Tak ada misteri tentang bagaimana tewasnya seorang Jamal Khashoggi. Dia dibunuh dengan darah dingin dan brutal.

Rekaman audio intelijen Turki menangkap momen di dalam konsulat Arab Saudi di Istanbul, bagaimana agen pemerintah Saudi membius, mencekik, dan memutilasi kolumnis The Washington Post berusia 59 tahun tersebut.

Pada 879 hari sejak peristiwa itu, satu-satunya pertanyaan geopolitik yang menjadi konsekuensi adalah peran apa yang dimainkan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Salman, yang dikenal dengan MBS, dalam kematian Khashoggi.

Dua tahun lalu, CIA menyimpulkan dengan keyakinan tinggi bahwa MBS secara pribadi memerintahkan pembunuhan tersebut tapi tak memberi rincian lebih.

MBS telah membantah memerintahkan pembunuhan Khashoggi tapi mengatakan dia bertanggung jawab sebagai seorang pemimpin Saudi karena yang melakukan pembunuhan itu adalah orang yang bekerja untuk pemerintah Saudi.

Saat itu Donald Trump menolak penilaian CIA dan membela MBS. Selama pemerintahan Trump, pejabat intelijen AS tak pernah mengungkap kepada publik atau menunjukkan bukti terkait pembunuhan tersebut.

Sebaliknya, penggantinya, Joe Biden, tak menyukai MBS. Akhirnya pada Jumat, pemerintahan Joe Biden, melalui direktur nasional intelijen mempublikasikan laporan CIA atas pembunuhan Khashoggi tersebut, yang menyatakan MBS menyetujui pembunuhan sadis itu.

Mengecewakan Saudi

Penulis laporan tersebut “menilai” MBS “menyetujui operasi di Istanbul, Turki untuk menangkap atau membunuh” Khashoggi. Namun laporan tersebut tak menyodorkan fakta yang mengungkapkan bukti yang tak terbantahkan terkait keterlibatan MBS.

Tetapi bukti tidak langsung dari laporan Kantor Direktur Intelijen Nasional sangatlah besar. Demikian dikutip dari CNN, Senin (1/3).

Disebutkan bahwa MBS memiliki kontrol atas pengambilan kebijakan di negara kerajaan tersebut. MBS memiliki “kontrol mutlak” atas operasi intelijen dan keamanan negara, keterlibatan langsung penasihat utama dan anggota pasukan pengamanan MBS dalam operasi tersebut, dan dukungan MBS untuk menggunakan langkah-langkah kekerasan untuk membungkam para pembangkang di luar negeri, termasuk Khashoggi membuatnya sangat tidak mungkin hal itu bisa berjalan tanpa “otorisasi” MBS. Hal itu berkontribusi pada kesimpulan penulis terkait kesalahan MBS.

Dan laporan ini mengecewakan Saudi. Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengeluarkan pernyataan pendek, mengatakan: “Sangat disayangkan bahwa laporan ini, dengan kesimpulan yang tak dapat dibenarkan dan tak akurat, diterbitkan saat Kerajaan dengan jelas mengecam kejahatan keji ini.”

Mereka sangat sedih karena tuduhan itu menargetkan Putra Mahkota. Narasi Saudi menyatakan bawahan MBS yang mengacaukan dan salah informasi satu sama lain.

“Ini adalah kejahatan yang menjijikkan dan pelanggaran mencolok terhadap hukum dan nilai Kerajaan. Kejahatan ini dilakukan oleh sekelompok individu yang telah melanggar semua peraturan dan otoritas terkait dari lembaga tempat mereka bekerja.”

Tantangan hadapi opini publik

Pada Desember 2019, pihak berwenang Saudi mengatakan menyelidiki 11 tersangka dalam pembunuhan Khashoggi. Dalam persidangan tertutup, delapan orang dinyatakan bersalah, lima di antaranya dijatuhi hukuman mati. Namun pada akhirnya, mereka semua dipenjara seumur hidup.

Namun, terdakwa dengan profil tertinggi - dua di antaranya orang dekat MBS - telah dicabut tuduhannya, tidak ada yang sejalan dengan laporan intelijen baru yang juga menyalahkan orang-orang terdekat MBS.

Hal yang sulit bagi MBS adalah menghadapi pengadilan opini publik internasional yang telah lama memutuskan dia bersalah. Namun ayahnya, Raja Salman bin Abdulaziz memilihnya untuk mereformasi negara, di mana dia tetap populer dan tak akan lengser dari jabatannya.

Secara pribadi, para pejabat Saudi mengakui citra internasional MBS secara permanen "ternoda”, jauh sebelum pembunuhan Khashoggi. Peran Saudi di perang Yaman dan penahanan sekitar 200 pangeran dan pengusaha yang diduga korupsi di dalam hotel mewah bintang lima Ritz Carlton di Riyadh pada November 2017 membuat reputasinya anjlok.

Awal bulan ini, Biden mengumumkan AS mengakhiri semua dukungan Amerika untuk operasi ofensif dalam perang di Yaman, termasuk penjualan senjata yang relevan. Biden juga mengatakan akan menunjuk seorang utusan untuk fokus pada konflik berkepanjangan tersebut.

MBS ingin dikenal sebagai pemimpin yang berjasa memodernisasi Arab Saudi, segera melakukan diversifikasi ekonomi, membuka lowongan pekerjaan, dan mewujudkan perubahan sosial yang ambisius melalui Visi 2030-nya yang ambisius.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengumumkan “Khashoggi Ban”, menjatuhkan sanksi dengan menerapkan pembatasan visa terhadap 76 warga Saudi yang diyakini terlibat dalam “mengancam para pembangkang di luar negeri, namun tidak terbatas pada pembunuhan Khashoggi.”

Kementerian Keuangan AS juga menjatuhkan sanksi pada mantan Wakil Kepala Presidensi Intelijen Umum dan Pasukan Reaksi Cepat Saudi (RIF) atau “Tim Macan”, tim pengamanan pribadi MBS, yang “terlibat” dalam pembunuhan Khashoggi.

Pedang bermata dua

Baik Biden dan MBS saling terikat. Harga yang harus dibayar MBS dalam kasus ini cukup mahal.

Tanpa Saudi, Biden tidak hanya kehilangan pengaruh atas Iran, dan pengaruh militer di kawasan itu, ia membuka pintu bagi musuh utamanya China, atau Rusia, untuk mencetak pengaruh strategis dan mengikis pusat hegemoni AS di Teluk.

Tidak ada pilihan yang mudah atau bagus, yang dapat menjelaskan mengapa Biden tidak memberikan sanksi kepada MBS, dan mengapa laporan intelijen yang telah lama ditunggu-tunggu itu rinciannya sangat singkat.

Namun demikian, Arab Saudi diperingatkan Blinken, “kami telah memperjelas bahwa ancaman dan serangan ekstrateritorial oleh Arab Saudi terhadap aktivis, pembangkang, dan jurnalis harus diakhiri. Mereka tidak akan ditoleransi oleh Amerika Serikat.”

Tapi ancaman Blinken adalah pedang bermata dua: Biden sekarang juga menjadi sandera garis merah. Sekeras apa pun untuk memasukkan kepentingan nasional AS melalui dugaan pengkhianatan Saudi, akan jauh lebih sulit jika MBS dinilai telah melanggar standar AS lagi.

Kado bagi Iran

Apapun yang merusak hubungan strategis AS-Saudi adalah kado bagi musuh regional Saudi, Iran.

Dikutip dari BBC, Senin (1/3), terlepas dari sanksi bertahun-tahun, para ahli baru-baru ini menyimpulkan Iran telah mencapai keunggulan di Timur Tengah, memperluas jangkauan strategisnya melalui milisi proksi di Lebanon, Suriah, Irak dan Yaman - meninggalkan Arab Saudi.

Ketika Presiden Biden mengumumkan moratorium penjualan senjata AS untuk Saudi yang berkaitan dengan perang Yaman, pemberontak Houthi yang didukung Iran segera memanfaatkan ini. Mereka menyadari musuh mereka tertatih-tatih oleh larangan senjata tersebut.

Dalam jangka panjang, hal ini akan mendorong Saudi untuk mendiversifikasi mitra pertahanan dan keamanannya, kemungkinan membuka pintu baru bagi Rusia dan China.

Ini juga dapat mendorong Riyadh untuk membangun hubungan yang lebih dekat dengan Israel, yang memiliki ketakutan yang sama terhadap ekspansi Iran dan proliferasi nuklir.

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sisi Gelap Sang Putra Mahkota Muhammad bin Salman, Palsukan Tanda Tangan Raja Salman Sampai Beli Lukisan Rp7 Triliun
Sisi Gelap Sang Putra Mahkota Muhammad bin Salman, Palsukan Tanda Tangan Raja Salman Sampai Beli Lukisan Rp7 Triliun

Pemalsuan tanda tangan ini diduga dilakukan terkait persetujuan pengerahan pasukan darat ke Yaman untuk memerangi Houthi.

Baca Selengkapnya
Tembakan di Kepala Untuk Raja Pemberani Penentang Israel
Tembakan di Kepala Untuk Raja Pemberani Penentang Israel

Tak ada Raja Arab Saudi yang seberani ini saat menghadapi Israel dan Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya
King Faisal, Raja Arab Saudi Musuh Israel yang Wafat Ditembak di Kepala
King Faisal, Raja Arab Saudi Musuh Israel yang Wafat Ditembak di Kepala

Kisah Raja Arab Saudi pro-Palestina yang meninggal karena ditembak oleh keponakannya sendiri.

Baca Selengkapnya
Saudi Eksekusi Dua pejabat Pertahanan karena Berkhianat Kepada Negara
Saudi Eksekusi Dua pejabat Pertahanan karena Berkhianat Kepada Negara

Penangkapan dua mantan personel tersebut terjadi atas laporan berbagai kejahatan militer pada September 2017.

Baca Selengkapnya
Pulangkan Pekerja Migran Asal Jember, Kemenlu Ungkap Masih Ada 155 WNI Terancam Hukuman Mati
Pulangkan Pekerja Migran Asal Jember, Kemenlu Ungkap Masih Ada 155 WNI Terancam Hukuman Mati

Sepanjang tahun 2024 hingga bulan Juli, 25 WNI di sejumlah negara, sebagian besar di Malaysia, terbebas dari hukuman mati.

Baca Selengkapnya
Saudi Hukum Mati Kritikus Pemerintah Karena Cuitan di Media Sosial dengan Akun Hanya 9 Follower
Saudi Hukum Mati Kritikus Pemerintah Karena Cuitan di Media Sosial dengan Akun Hanya 9 Follower

Arab Saudi menghukum mati seorang kritikus pemerintah yang mengungkap dugaan korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia melalui media sosial.

Baca Selengkapnya
Jenazah Meluncur di Bendungan Sungai Cikamiri Garut, Diduga Korban Pembunuhan
Jenazah Meluncur di Bendungan Sungai Cikamiri Garut, Diduga Korban Pembunuhan

Setelah diautopsi, jenazah itu diduga merupakan korban pembunuhan.

Baca Selengkapnya
Saudi Eksekusi Dua Warga di Makkah karena Bunuh Orang Tua dengan Cara Keji
Saudi Eksekusi Dua Warga di Makkah karena Bunuh Orang Tua dengan Cara Keji

Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi mengatakan dua warga Saudi dieksekusi di Makkah karena membunuh orang tua dan saudara mereka.

Baca Selengkapnya
Anwar Sadat, Presiden Mesir Tewas Diberondong Peluru Usai Damai Dengan Israel
Anwar Sadat, Presiden Mesir Tewas Diberondong Peluru Usai Damai Dengan Israel

Anwar Sadat sempat menjadi pahlawan bagi rakyat Mesir. Kenapa akhirnya dia ditembak?

Baca Selengkapnya